Bab 7 : With New MaBa

659 39 4
                                    

Gerbang rumah mapa baru.
(Dih, mapa, medit amit nulisnya Lo!)

"King, doain gue, ya?"

"Gue selalu doain lo, mudah mudahaaaaannn sahabat gue satu ini punya otak seenggaknya senormal gue lah," timpal Mita sambil berjalan mengikuti Loli di depannya.

"Bukan itu, tolo!" sahut Loli berwajah 3/2 serius. Mita terkesiap melihat tingkah aneh sahabatnya yang terlalu mendadak.

"Terus apa, tole'!?"

"Doain supaya ntar keluar dari sini, gue masih bisa mandangin matahari asli, bukan buatan orang-orang syiomai, hiks..." ujar gadis itu sambil punggung tangannya mengusap area bawah mata.

"Duh, padahal tadi lo semangat amit pas gue nakutin," sentil Mita ria.

"Ini gue cuman praktekin ujaran ustadz di tipi sama yutup. Katanya, trik ngejaga keutuhan NKRI, eh maksud gue suami istri, lo harus dianggep anak asli sama mapa baru lo," jelas Loli yakin.

"Nah, yang gue denger malah, anak itu senjata paling ampuh biar nggak gampang talak," cengir Mita menyikut lengan sahabatnya.

"A-Anak? Gila lo, ya! Masih pagi udah bengkok aja otak lu," sabet Loli panas.

Tretetet tretetet tretetet

"Iya, halo? Lo di mana? Iya, gue samperin sekarang," ujar Mita kepada orang yang menyimak di ujung telepon.

"Pergi sana lo! Gara-gara lo nih gue gugup," pekik Loli menggeram.

"Dih, sapa juga yang mau diem di tempet horror begini?" balas Mita mencibir. "Jangan lupa, ya, hubungi manusia kesayangan lo kalo udah nyampe," tambahnya.

Oh, ya. Gue hampir lupa lagi.

Tuuut tuuut

"Hallo, Assalamualaikum?"

"Wa'alaikumussalam, Yan, gue udah depan rumah lo, nih. Terus sekarang apa?"

"Ya, masuk lah! Ato lo mau diem di sana sampe gue dateng. Gue selese bimbingan jam 3. Mau lo nunggu?"

"Ogah!"

"Makanya masuk kek! Ga bakal ada kanibal sejenis lo kok di dalem. Anggep aja di sana lo kanibalnya."

"Sigh. Lo niat nggak sih, ngasih gue solusi?"

"Dari tadi gue udah ngasih ujaran solusi, bego! Gue bilang masuk."

"Iya, deh, iya! Sana dah lo? Pacaran lagi sama laptop kesayangan lo!"

"Haha, ya udah deh, Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalam,"

Ckit.
Mati.
Ponselnya, bukan gue.

Perjuangkan rumah tangga gaje Lo, Lol! Lo pasti bisa. Bismillah.

"Assalamu'alaikum..."

"Mama, akak Lita dateng," teriak seorang anak, perempuan, kira-kira umuran 5 tahun. Adeknya, ya? Gue baru liat. Tapi dari mana ni bocah tau gue, ya? Apa pas ijab qobul dia dateng? Akhh sayang sekali waktu itu gue nggak sempet kenalan sama keluarga suami gue sendiri.

"Wahh... Adek, mama di mana?" tanya Loli sambil mengusap lembut kepala gadis bertudung hijau di depannya.

Duh, gue jongkok nggak, ya? Tapi kok berasa kayak tinggi gue nyaris sama kayak ni bocah?

"Lita?" suara seseorang. Ya, ini adalah bu Kartika. Sesuai dengan namanya, beliau memiliki wajah dan tatap teduh yang bisa mengeringkan luka. Logat Sunda-nya awet bahkan setelah 25 tahun menikah dan menjalani asimilasi sekaligus akulturasi di tempat tinggal barunya yang lama, ya di sini.

Nikah Lagi, yuk!Where stories live. Discover now