Bab 17 : Makin aneh aja

411 31 1
                                    

Tak ada yang salah tentang cinta
Begitu pula dengan ruang yang menghuninya
Meski hati kadang keliru dalam memaknai rasa
Tapi cinta tahu bahwa tak ada cara untuk membuktikan eksistensi dirinya
Kecuali dengan ikatan pernikahan

Cekidot
.
.
.

Malam. Dinginnya membelah kota Mataram beserta penghuninya, tak terkecuali Loli. Ia masih tak sanggup mengurai senyum pada lentera yang berusaha membunuh gelapnya. Matanya terpejam beberapa kali dan membuka hanya untuk memastikan bahwa sosok yang terduduk dengan wajah tertekuk di hadapannya tak berlalu. Ia ingin menikmati mimpi yang indah, namun ternyata ini pun cukup rumit.

"An,"

"Hm?"

"Tentang Yono itu ... " Akhirnya Loli sedikit memberanikan diri untuk membahasnya. Meski nyatanya kalimat itu tertahan cukup lama.

"Kenapa? Gue udah ngancem dia buat jangan deketin lo,"

"Dia nanya alasan? Alasan apa yang lo kasi ke dia?"

"..."

Ia tahu mungkin laki-laki itu tak ingin mengungkapkan hal-hal yang merugikan perasaan Loli. Ia hanya memilih untuk tetap membisu.

Ah. Bego bangetttt gue nanya. Ni mulut pengen disumpel keknya.

"Setidaknya gue pengen tetep begini sampe gue bangun," ucap Loli dan berdiri hendak pergi. Suara decitan kursi menjadi pertanda gadis itu akhirnya berlalu.

Cih. Apa, sih, yang gue harepin?

Nggak, gue cuman pengen nanya alasan yang dia pake.

Biar sinkron, kan, alasan gue sama dia di depan orang yang sama?

Masak gue bilang dia misan gue, ntar dia bilang gue pembokatnya?

Cih. Gue malah main kabur-kabur aja. Ngarep dikejer-kejer kek di sinet-sinet alayers?

Sadar, Lol! Ini si Tiang! Si hati beton karatan!

Dengan segala usaha Loli untuk membuang jauh rasa ragunya, akhirnya ia berbalik hendak meminta maaf dan mencoba mengembalikan suasana. Tapi, sayangnya lagi-lagi ia harus mengalami gangguan jantung alias kejang-kejang.

"Huwaaaaaah!?"

"Cih, kayaknya gue emang harus oplas biar nggak dengerin tereakan merdu lo tiap kali liat penampakan gue," decak Riyan setengah kesal.

"Iya, sekalian bentuk muka lo miripin kayak jenglot kesedot tornado biar gue gaplokin tiap hari," balas Loli ketus.

Gadis itu melanjutkan langkahnya dan mengurungkan niat serapat-rapatnya untuk meminta maaf. Namun belum sampai setengah meter kaki kanannya mengikis udara, ia terhenti.

"Kapan kita kencan?"

Eh? Kuping gue emang rada-rada rusak gara-gara tereakan Rea kemaren di dapur.

Dengan keterpaksaan yang haqiqi, gadis itu berbalik.

"Apa?" Alisnya bertaut satu sama lain.

"Kalo lo beneran budeg, gue batalin aj-"

"Gue denger, tole'!" sambar Loli berusaha mengubur dalam-dalam wajah sumringah yang terpampang tanpa seizinnya.

"Terus?"

"Ya udah, gue kan cuma istri. Apalah daya seorang istri yang harus nurut ke suami," ujarnya berusaha melempar batu sembunyi tangan.

"Lo terpaksa nggak, nih?"

Nikah Lagi, yuk!Where stories live. Discover now