Bab 13 : Kuliah lagi

475 35 2
                                    

Cekidot!

Setelah hampir sebulan liburan UAS berlangsung, akhirnya semua mahasiswa harus masuk pada tanggal yang sudah ditentukan. 4 Maret 2019 menjadi tanggal horror bagi mahasiswa yang sudah terlanjur cinta pada hari-hari libur panjang mereka.

Di sisi lain, gadis bertudung merah maroon terduduk lesu di barisan terdepan yang langsung menghadap meja dosen. Ia hanya seorang diri. Itu karena Riyan harus pergi ke RS dan lab kampus lebih pagi untuk persiapan ujian tahap kedua. Pikiran Loli mulai bercabang sekarang.

Kalau dia berjuang sekeras itu menuju kesuksesan, kenapa gue nggak?

“Akkh,” ia meringis sambil menekan kuat dua sisi kepalanya yang terasa hampir pecah.

“Lo kenapa, Bont?” tanya Mita yang muncul entah dari mana.

“Nggak tau, akhir-akhir ini gue berasa kek lagi sekarat aja,” jawab Loli masih berusaha meredam sakitnya.

Dosen masuk.

Pak Ridwan, suara lantang beliau memenuhi ruang kelas seluas ruang seminar gedung TPB, yang hanya diisi oleh beberapa gelintir orang. 45% warga aslinya masih di luar sana. Ada yang sedang dalam perjalanan balik dari kampung halaman, ada yang terlambat, ada juga yang menikah dan hilang kabar, ada pula yang cuti beranak.

Loli kembali dengan wajah carut marut miliknya. Ia hanya tak tahu mengapa tubuhnya tak lagi sebugar dulu. Ia merasa sistem imunnya mulai menua.

“Agustin, apa itu Metodologi Penelitian?” tanya pak Ridwan menatap horror.

Loli yang memang mendengar dan memperhatikan beliau akhirnya menjawab, “Proses ilmiah untuk menemukan data dalam keperluan penelitian.”

“Apa saja pembagian paradigma penelitian?”

“Paradigma kualitatif dan paradigma kuantitatif," jawab Loli mantap.

“Good. Saya kira kamu tidak memperhatikan saya,” ujar pak Ridwan menyela.

“Maaf, Pak. Saya akan memperbaiki sikap saya,” balas Loli sopan.

.
.
.

Bahkan Mita tampak begitu prihatin dengan keadaan sahabatnya. Ia merasa berjalan bersama Zombie tiap kali bersama Loli.

“Wah, untung lo selamet dari pak Ridwan. Gibah para kakak tingkat, pak Ridwan killer dari segala aspek, nilai ataupun jalannya kelas.”

“Lo tau itu gibah, masih aja lo percaya mentah-mentah. Lo jalanin aja. Cuman orang yang ngejalanin yang bisa ngenilai. Mungkin para kakak tingkat dulu ngelakuin kesalahan yang emang bikin manusia gedeug.”

“Tumben otak lo rasional, salut gue. Kayaknya semenjak lo seatap sama partner hidup lo yang perpek itu, level mikir otak lo jadi naik dikit-dikit," cibir Mita bersedekap ria.

“Dih, gue emang udah mudeng dari sononya, ya?” sahut Loli dengan sebelah bibir terangkat.

“Seatap?” celetuk Rea tampak begitu kebingungan.

“Ih, kucingnya, dia punya kucing jenius! Otak kucingnya lebih top dari pada orang yang piara,” Mita menyambar gugup.

“Ooh kalo yang itu sih gue tau, laler bercula aja menang telak!” Rea menimpali. Untung si Rea juga nggak kalah bego.

“Hey! Ngumpul, yuk? Dah lama nggak liat muka-muka nestapa lo semua,” celetuk Lina tiba-tiba muncul dan merangkul pundak Rea dan Mita.

“Dih, kalo lo sefanatik itu ngefans sama gue, nih gue kirimin foto-foto liburan gue pas ke Bali! Huhuhu” Rea menyahuti Lina sambil jempol kanannya dengan ria menari di atas layar ponsel miliknya.

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang