Bab 16 : Trauma

506 32 2
                                    

Ini hanya tentang kita,
Tentang dunia yang tak cukup beruntung dipijaki oleh kisah kita
Kisah yang memprihatinkan






Cekidot!

.

.

.

Ramai. Kelas XII IPA 1 riuh oleh kedatangan seorang siswi pindahan dari Bandung. Gadis itu pindah ke Jakarta dengan alasan ayahnya dimutasi. Ia ditempatkan di dalam kelas yang sama dengan laki-laki berparas tampan dan terkenal jenius di sekolahnya. Dia adalah Adriyan Pratomo, laki-laki sedingin salju dan sekaku es batu.

"Hai, Professor!" sapa Ayla, teman sekelas Riyan sejak awal masuk SMA. Julukan itu diberikan oleh teman-temannya karena dia tak pernah memiliki angka tak sempurna di laporan prestasinya.

"Yoo," jawab Riyan dingin sembari membalik lembaran ke-257 dari buku berjudul Review of Medical Physiology.

"Lo udah tau tentang murid pindahan itu? Katanya dia cantik dan karena masuk ke kelas ini, otaknya pasti bagus." Ayla menjelaskan dengan semangat.

"..."

"Ih, napa diem?"

"That's non of my business," sahut Riyan singkat.

"Uuhh nanti kecantol baru tau rasa deh lo," cibir gadis itu sambil menjulurkan bibirnya.

Ayla melengkungkan tubuhnya ke belakang sambil menghela bosan. Ia menunggu respon lebih banyak dari laki-laki super dingin di sisinya. Sesekali tatap teduhnya menatap punggung tegak Riyan yang masih asyik dengan bacaan di depannya.

Siswi pindahan, Natasha Olivia, tengah berjalan penuh percaya diri menuju deretan bangku yang ditempati Riyan dan Ayla. Gadis bernama Ayla itu heboh sendiri sembari menepuk pundak Riyan yang mulai kesal karena tindakannya.

"Eh, Yan! Liat, kayaknya dia ke sini," bisik Ayla mengguncang kursi yang diduduki Riyan.

"Ck. Apaan, sih? Lagi fokus, nih!" Decak Riyan kesal.

"Hai, Riyan. Gue Natasha Olivia, lo bisa panggil gue Acha," sapa gadis itu berusaha ramah. Riyan yang sudah berpengalaman menghadapi gadis-gadis semacam itu tak ingin terlibat lebih jauh.

"Ok," jawab Riyan singkat bahkan tanpa memandang ke arah lawan bicaranya.

"Gue denger lo yang terbaik di sekolah ini. Gue juga dulu yang terbaik di sekolah asal gue. Jadi gue harap kita bisa deket," Acha melanjutkan pembicaraan. Sementara seisi kelas terutama Ayla membentuk mulut mereka seperti huruf O.

"Oh, ok."
Singkat dan tajam.

"Kalo gitu gue balik dulu, ya? Ntar gue hubungin lagi," kata Acha tak menyerah.

Riyan hanya terdiam, bahkan tiga helai rambutnya yang mencuat ikut bergeming.

"Hey! Lo kira posisi lo itu bisa didapetin sama semua cowok?" gertak Ayla menggebrak meja Riyan.

"Ck. Emangnya gue minta?" bantah Riyan membela diri.

"Huft... Iya deh pak Professor!" Ayla meledek sambil memanipulasi nada bicaranya sendiri.

.
.
.

Pulang sekolah.

Acha menunggu Riyan di ujung koridor. Namun gadis itu terkejut ketika mendapati sosok laki-laki yang diincarnya tengah berjalan dengan seorang perempuan. Kenapa sih, tu cewek? Sigh.

"Hai, Riyan. Jemputan gue hari ini telat. Gue bisa nebeng, nggak?" Acha memulai proses pedekatenya.

"Ay, lo pulang pake mobil, kan? Sekalian aja." Riyan menatap Ayla sebagai isyarat.

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang