Bab 24 : Nggak Ngerti

374 31 1
                                    

Tak peduli seberapa jauh langkah pergimu
Atau seberapa kejam jarak menyiksaku
Aku yakin,
Perjalanan panjang ini akan berakhir
Hingga langkah-langkah kejarku sampai padamu

.
.
.
.

Cekidot!
.
.
.

Ctik ctak ctuk

Suara mesin keyboard laptop yang dengan rianya mengalun merdu. Membentuk suatu irama mengerikan. Lolita, mahasiswi semester 6 yang tengah berusaha menyelesaikan tugas kelompok seorang diri. Ia menghela napas berat ketika menyadari hingga 20 menit kemudian tak ada yang datang untuk diskusi sesuai rencana di grup We'a. Meja orange persegi itu kini hanya dihuni oleh dirinya sendiri.

Ia melirik penunjuk waktu yang ada di sudut kiri bagian bawah layar laptop yang tengah digerayangi oleh jemari-jemari kecilnya.

"Loli," suara makhluk hidup berlarian dari ujung pintu belakang gedung. Dia Amanda Putri.

"Sorry gue telat. Gue ketiduran, bagian gue yang mana?"

Cih. Lo kira cuma lo yang punya hormon melatonin? Batin Loli kesal.

"Ah, gitu. Jadi lo riset bagian ini," ujar Loli sambil menunjukkan sebuah catatan pembagian tugas kelompok.

"Hah? Sistem Pendidikan di Finlandia? Gimana caranya gue ngeriset? Gue aja nggak pernah ke sana," keluh gadis yang akrab disapa Aman.

"Ya kan lo bisa nyari info dari mana aja sableng! Lo kira bagian gue yang di Jepang sama Amerika maksudnya gue bakal terbang ke sono buat wawancara bapak Trumpet?"

"Huh..." Aman mendesah pasrah.

"Terus si Juleha sama si Roden gimana? Kenapa mereka belon dateng?" tanya Aman sambil menekan tombol turn on laptopnya.

"Si Juleha katanya lagi sakit perut jadi telat. Si Roden katanya laptopnya rusak."

"Lah, terus gimana? Bukannya sub bahasan masih banyak?"

"Serahkan segalanya pada sang Maha di atas Mahasiswa maupun Mahadosen."

"Eh? Siapa tuh?"

"Allah lah," tukas Loli secepat kilat.

10 menit kemudian. Aman baru menulis judul di halaman pertama Microsoft word A4. Ia melirik Loli yang tampak serius.

"Lol?"

"Hm?"

"Di mana gue bisa dapetin riset?"

"Ck. Lo punya semaretpon, kan? Jangan ponsel lo doang yang semaret dong."

"Ish, iya iya."

Satu paragraf setelah 15 menit.

"Lol?"

"Hm?"

"Gue curhat nih."

"..."

"Gue kan punya pacar ..."

Brak! Mejanya bukan digebrak oleh tangan sekecil Loli. Itu ulah sebuah buku yang terhempas oleh tangan mungilnya.

Sebuah buku berjudul, "Udah, Putusin aja!" Karya Ustadz Felix Siauw.

"Ck. Gila lo, yak?"

Yah, ini nih tujuan gue buat beli tuh buku.

Biar orang-orang yang mau curhat ke gue jadi nggak buang-buang waktu.

Nggak perlu nangis-nangis nyeritain masalah absurd mereka di depan gue.
Biar langsung dapet saran tepat.

"Gue ngelakuin itu karena gue sayang sama lo," gumam Loli tetap fokus mengetik.

Nikah Lagi, yuk!Where stories live. Discover now