Bab 33 : Alasan

350 30 4
                                    


Moment itu menyakiti hatiku.
Saat aku harus bersusah payah setengah mati untuk melawan egoku,
meredam rinduku yang semakin menusuk dan membusuk dari waktu ke waktu.
Entahlah~

.
.
.

Flashback on : Gea

.
.
.

"Ge, gue minta tugas lo dong. Semalem do'i gue dateng dan gara-gara lupa waktu, gue lupa kalo hari ini tugas bu Anne harus dikumpulin," rengek seorang gadis bernama Misha. Rambutnya lurus dan sedikit pirang karena dicat.

"Oh, iya ini ambil aja."

"Gue juga. Kemaren pas hiking kaki gue kesemutan. Jadi gue nggak bisa ngerjain walopun gue inget," timpal Nian.

"Kemaren liburan reoni, nyampe jam 10 malem jadi gue ngantuk banget dan nggak bisa ngerjain apa-apa." Gadis bernama Zeina menyela.

"Oh, iya boleh kok."

Gadis itu hanya tersenyum, menundukkan kepalanya, dan menyetujui apa yang mereka lakukan padanya. Meski tak dapat dipungkiri, itu bukanlah sesuatu yang mudah baginya.

"Baiklah. Kumpulkan semuanya." Bu Anne menyeru di balik mejanya sambil memukuli pelan meja di hadapannya. Tatapnya seolah ingin menerkam sesuatu, merobek, dan menelannya dalam sekali napas.

Gadis itu, Gea, melangkah pelan menuju salah satu meja yang ditempati oleh Misha.

"Misha, mana buku tugasku tadi?"

"Buku? Buku mana?" Misha menekuk wajahnya seolah tak bersalah.

"Bukankah tadi kamu meminjam untuk menyalin-"

"Menyalin? Lo gila, ya?" Teriak Misha hingga sampai ke telinga Bu Anne.

"Ada apa ribut-ribut?"

"Ini, Bu. Gea maksa saya untuk memberikan tugas saya ke dia. Saya tidak mau karena ini hasil jerih payah saya sendiri."

Jerih payah?

"Apa benar itu, Gea Putri Anindita?" Gelegar bu Anne mendekat.

"Ti-tidak-"

"Saya juga lihat, Bu, kalo Gea tadi sempet rebut buku tugasnya Misha," sabet Zeina mendelik ke arah Misha.

"Iya, Bu. Saya juga lihat gimana Misha ngerjain tugas itu karena kami selalu belajar bersama," sambung Nian menyeringai sedetik setelahnya.

"Karena kamu mengacaukan kelas saya, kamu keluar! Walaupun kamu siswa berprestasi, kamu tidak bisa menggunakan alasan itu untuk berbuat seenaknya."

"Ta-tapi Bu-"

"Saya bilang keluar!"

Gadis itu tersentak. Matanya perih sekarang. Namun ia tak ingin berlama-lama di situasi menyedihkan itu. Ia pun pergi dengan perasaan rapuh.

Ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Itulah kali pertama Gea bertemu dengan sosok dingin Adriyan.

"Oh, Kak?" panggil Ayla mendekati Gea. "Ada apa, Kak? Kelas kakak kosong? Kelasku juga kosong."

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang