Bab 37 : Ending (1) - Everytime I Close My Eyes

455 36 3
                                    

Setiap kali aku menutup mata,
aku akan menemukanmu.
Karena bagiku kau adalah mimpi.
Dan saat aku terbangun, kau pun pergi.
.


.
.
Cekidot!
Happy reading
(Enak nih kalo baca sambil denger lagu Yang Pa-Aurora, soalnya gue ngetik bab ini sambil dengerin tuh lagu, huhuhu)
.
.
.

Riyan...?

"Gimana rasanya? Baikan?"

Itulah wajah yang menjadi bayangan pertama yang masuk ke dalam pupil gadis terbujur lemah. Ia bahkan belum terbangun sepenuhnya.

Apaan nih?
Kok berasa nggak punya mayat...
Gue nggak bisa ngerasain kaki gue cuy...
Ato gue udah jadi bang Casper?

"You've done it well," ucapnya menjawab pertanyaan yang tersirat di antara kerutan-kerutan halus di kening Loli, meski baginya tak sedikitpun memberi jawaban.

Loli ingin menimpali kalimat-kalimat yang dilontarkannya. Tapi, ia merasa tak cukup kuat untuk sekadar memilah kata. Terlebih lidahnya kelu, tatapnya pun samar.

Namun perlahan ia menyadari bahwa dirinya tengah terluka parah. Ia bisa merasakan aliran oksigen yang berlomba-lomba memasuki ruang organ pernapasannya, atau jarum infus yang perlahan-lahan seolah menghancurkan vena-nya, atau bahkan lilitan cervical collar yang mencekik batang lehernya. Remuk, satu kata itulah yang mampu mendefinisikan luka raga dan perasaannya.

"Syukurlah, sebenarnya saya tidak yakin dia bisa selamat dalam kecelakaan hari itu," papar salah seorang dokter yang memeriksa monitor.

Ke-kecelakaan?

"Tapi hari ini..." Dokter itu menyendat kalimatnya sendiri.

"Dia akan terbangun... Hari ini," sela Riyan tanpa ekspresi.

Poker face...
Dia... Baik-baik aja?

"Masa kritis sudah lewat."

Kritis?
Gue separah itu?

.
.
.

Dua hari setelah Lolita benar-benar terbangun. Kini ia bisa menoleh ke kiri dan ke kanan dengan bebas tanpa kekangan dari penyangga leher. Keadaannya berangsur-angsur pulih meski ia masih harus menginap untuk melihat efek yang mungkin akan timbul akibat insiden yang menimpanya sekitar 6 bulan yang lalu.

Ia dikerumuni oleh keluarga dan sahabatnya. Meski begitu, mimpi tak bisa meninggalkan dirinya begitu saja. Ia, mimpi itu, masih menjadi kenyataan yang sulit untuk ditampikkan oleh dirinya sendiri.

Kenapa si Tiang nggak muncul-muncul?
Padahal pas gue setengah sadar kemaren dia ada kok.

Apa dia lagi ngurus surat talak di KUA?
Gara-gara gue jadi setengah idup begini?
Wah gila sih..

Yawla su'udzon ae...

Lagian kenapa mama sama papa juga nggak nanyain menantunya sih?

"Ma, Riyan mana? Dia ngilang dua hari ni. Masak dia kabur dari tanggung jawab? Uuuhh..." keluh Loli pada mamanya yang kini memandang putrinya dengan tatapan nanar sekaligus penuh curiga.

"Nahh ada apa Ita sama dokter Riyan?" Tanya Bu Rosita sambil mengacungkan jari telunjuknya ke atas.

Hah?

"Masak dokter ganteng cinlok sama mayat mau busuk kek lo?" tukas Ifah yang tengah sibuk mengurus Gusdri, bayinya.

Cinlok?
Maksut el?

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang