Bab 30 : Ngaku lo!

359 31 2
                                    

Aku ingin memiliki sempat
Di mana aku bisa menggenggam tanganmu erat
Dan mengatakan,
.....
"Maaf telah memilihmu."
.
.

Cekidot!

.
.
.

Hening. Keberadaan dua raga bernyawa di dalam sebuah ruangan tak mewajarkan terjadinya interaksi di antara mereka. Masing-masing tengah berusaha saling memahami. Kata-kata bagi mereka sudah tak cukup berarti.

Loli keluar menuju dapur. Ia tak sanggup jika situasi itu terus-menerus mencekiknya. Ia ingin memulai kata tapi ia tahu itu tak akan berguna.

Nyampe kapan?
Nyampe kapan gue jadi satu-satunya orang yang nggak tau apa-apa?

Nyampe kapan gue yang berkewajiban tau apa-apa malah jadi yang paling bego?

Nyampe undur-undur bisa koprol?

Gadis itu marah. Tapi semua itu hanya ia simpan seorang diri. Di dalam hatinya. Ia tak bisa. Ia merasa marah adalah keputusan yang salah. Tapi, ia hanya terlalu lelah.

Tuk.

Gelas berisi air putih itu Loli letakkan di atas meja kerja Riyan. Pria itu tak berkedip. Tak ada niat untuk menggubris.

Loli kembali mengerjakan tugas kampusnya. Ia tak berharap apa-apa sekarang. Pertanyaan dan jawaban aneh di rumah sakit saat itu adalah percakapan terakhir mereka.
.
.
.

Esok hari libur. Bukan hari Ahad. Tidak ada jadwal kuliah untuk besok pagi. Tapi ia harus ke kampus sore hari untuk melakukan diskusi kelompok.

Seperti biasa Riyan akan menuju rumah sakit pagi-pagi sekali. Dan kali ini ia tak bersama Loli. Ia akan menjemput Loli nanti sore untuk menemaninya ke kampus.

"Bi, kalau ada sesuatu yang aneh, telepon saya, ya?" Riyan memperingatkan bi Mona sebelum berangkat.

"Baik, Pak."

.
.
.

"Bi, ajarin buat mochi..."

"Mochi?"

"Iya, bibi tau tak?"

"Iya tau neng. Tapi kesambet apaan tiba-tiba mau belajar buat mochi?"

"Biar masuk sorga, Bi."

"Ada Rosul nyebut mochi?"

"Ada, Bi. Katanya, 'sorga istri ada pada ridho suami' gitu."

Jadilah pagi itu Loli belajar membuat mochi dari bi Mona. Wanita itu hanya menggeleng heran melihat kelakuan aneh para majikannya.

"Bi, ini abis dicampur terus diapain?"

"Nanti dimasukin ke oven bentar," jawab bi Mona.

"Bi, enaknya pake es krim rasa apa?"

"Tergantung selera. Es krim kesukaan pak Riyan rasa apa?"

Loli terdiam. Hingga akhirnya bibirnya berciat, "Rasa yang TAK pernah ada, Bi."

Bi Lisa terkejut dan tersenyum setelahnya. Ia sudah menduga bahwa kesunyian rumah ini sejak semalam karena ada sesuatu di antara mereka.

"Bi, suami Bibi cinta sama Bibi?"

"Iya tentu,"

Wahhh, keknya nasip gue aja nikahin cowok yang nggak punya cinta buat gue.

"Begitu. Bi, bukannya bibi udah cukup lama tinggal di sini? Nggak ketemu sama suami Bibi?"

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang