Bab 3 : Beneran akad, cuy!

1.4K 71 18
                                    

Speechless. Happy reading aja dah!

Akad dilaksanakan di ballroom hotel Sancika dan disaksikan oleh kerabat keluarga dan tetangga serta beberapa delegasi dari KUA. Lokasi diatur sedemikian rupa sehingga laki-laki dan perempuan tidak berada di tempat yang sama. Yah, ini adalah amanat dari mempelai wanita sebagai wujud rasa cintanya pada syari'at Allah. Jadi saat akad berlangsung nanti, Loli tidak akan membersamai Riyan. Setelah validasi dari penghulu dan para pendampingnya, baru mereka akan bertemu dan bertukar cincin.

Busett nih baju nggak kepanjangan, nih? Gimana gue jalan kalo panjang ekornya ngalahin ekornya Ledigagap pas konser di El-E? Nggak malah salto gue ntar gegara ekor gue kejepit kursi tamu pas mau ke suami gue?

"Kak, gue nggak mau make ini!!!! Mana gamis gue yang biasa??? Ribet banget ah!" teriak Loli sambil mengangkat terusan baju pengantin yang ia sebut ekor.

"Ni botjah bisa langsung manut aja nggak, sih?" sahut Ifah menyundul kepala Loli dengan ujung jari telunjuknya.

"Ih, Kak. Gue nggak mau kerudung gue dimasukin!" keluh Loli yang sukses membuat Ifah kejang-kejang.

"Seraluda!"

"Nah gicu dungss, ri adi kek!"

Akhirnya Loli yang buta fashion harus menangani nasib pernikahannya seorang diri. Para pelayan hanya manggut-manggut setelah mendapat tatapan mengancam dari calon pengantin wanita.

Gue baru sadar kalo gue mungil banget. Idung pas-pasan, hamdalah banget lubangnya masih jauh lebih besar dari ukuran unsur O2 alias Oksigen. Pendek banget. Gue baru keinget kalo bahkan pucuk kepala gue nggak sampe bahunya Riyan. Duh, gimana, nih? Kalo gini terus bulan depan gue bakal dapet madu bohay nih.

"Sayang, gimana? Akadnya udah mau dimulai nih," seru Bu Rosita dari luar. Terdengar suaranya semakin mendekat dan...
"Astaghfirullah! Kenapa kerudungnya diganti, Ta? Acaranya lima menit lagi mulai dan mama ke sini buat jemput Ita,"

"Iya, Ma. Daripada yang tadi, walaupun Loli nggak sebohay Lucina Tuna, tapi tetep aja Islam nggak ngebolehin kerudung yang dimasukin ke baju, kan?" ujar Loli membuat mamanya seketika bungkam. Bukan karena kalimat indah bungsunya, tapi ia masih bingung dengan satu kata dari Loli, ni anak maksudnya Lucina Lucina apaan, sih? Dulu ngidam apaan, ya, pas dia dalam perut?

"Okay, cepat kelarin dalam dua menit. Kakakmu di mana?"

"Tuh, di bawah," jawab Loli sambil matanya menunjuk Ifah yang tergeletak sadis.

"Ifah, kamu baik-baik aja, Nak? Udah mulai kontraksi?" tanya Bu Rosita 105% cemas.

"Nggak sanggup, Ma, semua dibabat habis sama si Loli, Ma. Liat aja terusan gaunnya dipotong, katanya nggak mau punya ekor kayak mimiperih," mendengar penjelasan Ifah, Bu Rosita memicingkan matanya dan menangkap bagian belakang Loli yang sudah tak bersisa apa-apa.

Ups!

"Ma, Ita nggak mau punya ekor," rengek Loli sambil memakaikan kerudung lebar di kepala mungilnya.

"Sudah tidak ada waktu, ayo cepat keluar," sambar Bu Rosita akhirnya. Kini ia sudah membuang 98% rasa malunya saat nanti mengantar putrinya menuju pelaminan.

Akhirnya mempelai wanita keluar dari sarang mek-apnya meski sayangnya mek-ap wajah Loli tak setebal kulit bawang yang dibelah lagi, kalau bisa. Seluruh mata tertuju padanya. Ibu-ibu, adik-adik, kakak-kakak. Jenis tatapan mereka berbeda-beda. Dan, tidak ada satupun dari tatapan itu yang merupakan tatapan rasa kagum akan kecantikannya sebagai pengantin.

Peduli bokek, nikahan nikahan gue.

"Baiklah, acara akad nikah akan segera dimulai. Calon mempelai pria agar bersiap dengan mikrofonnya," ucap sang MC di ujung sana.

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang