Bab 4 : Pengantin Prematur

1.1K 56 8
                                    

Rumah baru

.
.

Riyan membawa Loli menuju rumahnya yang kini menjadi rumah baru bagi istrinya. Sebuah rumah yang cukup besar namun terkesan sederhana. Eksteriornya mengesankan. Taman kecil yang dihuni oleh sekitar lebih dari 100 jenis tanaman berbunga dan dua jenis pohon, yaitu pohon mangga bercabang lima dan jambu biji yang hampir masak buah yang menggantung padanya.

Wew. Jadi gue bakal tinggal di sini? Mulai sekarang? Atau mulai besok aja? Gue nggak tau kalau perjanjiannya gue harus seatap sama dia.

Loli mengitari seluruh pekarangan depan rumah barunya dengan sorot netra yang liar. Riyan hanya tertawa kecil melihat tingkah istrinya.

"Ayo masuk," kata Riyan menuju pintu utama rumah mereka. Loli manggut-manggut sambil mengikuti langkah sang suami.

"Yan, mama mana? Betewe kok ini rumah sepi amat, yak?"

"Mama? Di rumah utama lah," sahut Riyan acuh.

"Hah? Jadi di rumah ini bakal cuma kita berd-"

"Jangan ngayal deh lo, pembantu rumah ini bakal sampe besok pagi. Jadi nanti malem kita bakal makan di luar," jelas Riyan.

"Hah? Kenapa nggak gue aja yang masak? Emangnya nggak ada dapur?"

"Gue nggak mau modar di hari pertama gue nikah," jawab Riyan sekenanya dan melanjutkan langkahnya menuju teras rumah untuk membuka pintu.

"Hati-hati ntar malem lo, gue nyimpen katter bergerigi di bawah bantal!!!" teriak Loli dengan lantang sambil tangannya mengepal erat ke arah Riyan.

Cih. Bego banget, harusnya gue nggak bilang soal lokasi katternya.

"Si tiang pancang nemu duit dari mana, ya? Kok dia bisa beli rumah segede ini, yah walaupun nggak segede kapal Titantik, sih. Seenggaknya ini besarnya seperseratuslimapuluhnya waet hors lah."

Ini kamarnya siapa? Kamar gue di mana?

Loli melangkah pelan, memijakkan kakinya pada setiap setengah meter lantai sambil mengendap-endap. Ia membuka setiap pintu kamar dengan hati-hati. Si pancang pasti lagi mandi. Gue nggak mau ekting sok tereak-tereak kayak di drama-drama weptun yang nggak sengaja ngeliat tubuh sispek cowoknya yang abis mandi.

Astaghfirullah... Mikir apa, sih, gue?

Ceklek. Ia membuka salah satu pintu kamar.

Sepi. Cukup luas. Setidaknya cukup menenangkan untuk merebahkan diri. Oh, ya, gue juga harus mandi.

Fiks! Kamar gue di sini!

Setelah mandi, Loli berniat untuk mengganti baju. Oh sheed, baju gue di mana? Sumpahhh bego banget. Batin Loli menepuk jidatnya sendiri.

Ponsel.

Ia segera meraih ponsel di atas matras dan mencari nama si pancang.

Tuuut
Tuuut
Tuuut

Tidak diangkat.

Recall

Tuuut
Tuuut
Tuuut

"Halo? Lo di mana? Kok pake nelepon segala?"

"Baju gue mana, Yan?"

"Baju?" Riyan mengangkat sebelah alisnya.

"Gue tadi mandi dan lupa kalo baju gue nggak ada di sini tole'!!!"

"Hah? Terus lo di sebelah mana sekarang?"

"Gue di kamar, paling ujung, deket tangga. Cepetan, lo mau dipenjara gara-gara gue mati kedinginan?"

Nikah Lagi, yuk!Место, где живут истории. Откройте их для себя