PROLOG

461 15 4
                                    

          Kinan membatu. Padangannya kosong menatap jalanan beraspal di depannya. Ia sedang ada dalam mood yang amat buruk karena kejadian tempo hari. Ia bahkan belum bisa berdiri tegak. Ia perlu sahabat-sahabatnya untuk menopang dirinya. Tapi sekarang yang terjadi di depannya malah menambah runyam suasana hatinya.

"Lo bilang sama gue, lo ada rasa sama Raka?" tanya Ocha sengit.

Bella mendesah kasar, "Gue minta lo jauhin Raka bukan karena gue cemburu atau apa. Lo tau gue benci banget sama dia. Gue nggak mau sahabat gue deket-deket sama orang kayak gitu!"

Ocha tertawa sinis, "Lo nggak tau Raka orang kayak apa! Dia punya alasan kenapa dia ngelakuin itu ke lo, dan itu alasan yang cukup buat gue memaklumi tindakan dia!"

"Jadi maksud lo, lo nggak masalah kalo gue disakitin? Gue peduli sama lo dan lo malah begni ke gue?"

Kinan menghela napas, ia menutup matanya, air matanya jatuh mengaliri pipinya yang pucat, "Plis gue udah pusing sama masalah gue.."

"Lo diem dulu. Biar gue kelarin masalah sama Bella dulu." Potong Ocha cepat.

Bella melirik Kinan sekilas, tak ada waktu bersimpati saat ia sendiri sedang merasa sakit.

"Lo tau kenapa gue deketin Raka awalnya? Karena gue peduli sama lo. Gue nggak mau sahabat gue disakitin. Tapi setelah gue tau kebenarannya, kenapa Raka ngelakuin itu ke lo, gue nggak punya alasan lagi buat nyakitin dia. Gue suka sama Raka dan lo nggak ngatur gue soal itu. Lo ambil Ren dari gue dan sekarang Raka juga?!" pekik Ocha.

Lengang. Angin malam bertiup.

Kinan mengusap wajahnya kasar, "Lo berdua kalo mau ributin cowok jangan di depan gue! Kalian sadar nggak sih kalo gue udah punya cukup masalah, nggak usah kalian tambahin lagi."

Bella menarik napas, emosinya sudah terlanjur meluap, "Lo kira lo doang yang punya masalah? Lo kira lo orang paling menderita di sini? Jangan cengeng. Kadang gue juga capek ngalemin lo yang sok menderita kayak gini!"

Kinan tertohok. Ia menatap Bella nanar.

Ocha tak acuh, ia sendiri sedang kesal dan melihat Kinan yang kusut membuatnya tambah kesal.

"Gue nggak pernah ngambil siapa pun dari lo! Lo minta gue gantiin lo untuk nemuin Ren tiap kali kalian ada janji. Gue juga nurutin lo, gue juga nggak mau sahabat gue harus dijodoh-jodohin sama orang yang nggak dia suka. Kita impas. Lo ngerti nggak sih, gue minta lo jauhin dara karena dia nggak baik. Gue nggak mau lo juga disakitin sama Raka, kayak gue!"

"Lo nggak tau apa-apa soal Raka!"

Bella mengacak rambutnya, "Gini, gue nggak masalah kalo Raka cowok baik—"

"Dia cowok baik! Dia ngelakuin itu karena nyokap lo yang pelakor itu udah ngehancurin keluarga dia!"

Kinan menahan napas, ia menutup matanya.

Bella membeku. Ocha telah telak menyerangnya, dadanya berdenyut sakit hingga membuatnya sulit bernapas. Yang berdiri di hadapannya kini jelas bukan sahabatnya.

Ocha mendengus, berjalan menjauh dari Bella yang kini menatapnya dengan tatapan terluka dan marah.

Kinan tidak berusaha menahan, ia sendiri sedang kalut dengan masalahnya, ia tidak berkewajiban menenangkan Ocha.

"Bel, jangan diambil hati si—"

Bella menepis tangan Kinan kasar, menatapnya tajam dan berjalan menjauh.

Kinan terperanjat. Inilah akhir dari mereka bertiga. []


*****

Hey hooo. admin balik lagi dengan cerita baru, semoga kalian suka.

don't forget Voment yaa guys...

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang