RENJANA 6

79 6 0
                                    

Hallo selamat malam minggu😊
Happee reading guys...

Bella memasuki aula di lantai satu fakultas. Ia baru saja keluar dari kelasnya. Sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Ia menaruh sembarang tasnya di kursi depan auditorium, memakai almamaternya dan nametag. Beberapa panitia yang lain—yang tidak ada kelas—sudah stand by sejak pagi. Bella kali ini kedapatan menjadi panitia bagian humas, jadi ia harus keruangan dosen untuk memastikan siapa dosen yang bisa datang.

“Bell, anak humas yang lain mana? Kok lo doang?” Adit, si Ketua Pelaksana menegur ketika ia keluar dari aula.

Di depan aula banyak panitia yang berkumpul, terutama panitia bagian acara dan konsumsi. Bella berhenti sebentar di meja kedatangan untuk mengisi absen panitia.

“Gue gak tau. Lo cari aja sendiri. Gue buru-buru mau ke ruang dosen.”

“Ya lo WA kek merekanya. Kalo gini kan lo juga ribet jadi nggak ada yang bantuin buat ngurus undangan.”

“Ribet! Ribet! Ntar aja gue WA-nya.” Bella segera berlari menuju tangga.

“Ya sambil jalan oncom, tinggal ketik doang, tanya pada di mana.”

Bella sudah berlarian menaiki tangga, ia mengibaskan tangannya menolak permintaan Adit untuk ketiga kalinya. Ia  terus menaiki tangga hingga lantai 3. Di depan ruang dosen ia merapikan rambutnya  yang berantakan dan mengetuk pintunya yang terbuka lebar. Bella segera masuk dan melihat berkeliling mencari Pak Dani, dosen manajemennya yang akan jadi perwakilan dosen untuk hadir di seminar.

Beberapa kali celingukan, sosok pendek gempal Pak Dani tidak terlihat di mana-mana. Bella segera mengeluarkan ponselnya, kini menuruti permintaan Adit dan mengirim WA ke grup humas untuk meminta teman-temannya untuk segera datang ke aula dan mulai mem-follow up para undangan terutama dari himpunan jurusan lain dan dewan fakultas. Ia mengetikkan pesan-pesan itu dengan cepat, tak peduli titik koma, tak peduli kalau pesannya tak jelas. Setelah memencet tombol kirim, Bella langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya.

“Bu, maaf, Pak Dani ke mana, ya?” Bella mendekati seorang dosen entah siapa.

“Pak Daniansyah?” Bella mengangguk, “Beliau off hari ini. Anaknya sakit.”

Bella mengerjap, “Oh, makasih, Bu.”

Bella merutuk dalam hati. Dosen memang sering sekali berbuat seenaknya. Padahal ia sudah sampaikan undangan untuk seminar ini sejak seminggu yang lalu, tapi tetap saja begini jadinya. Sejak dulu dosen jurusannya memang terkenal malas untuk datang ke acara-acara yang diadakan mahasiswa jurusan mereka sendiri. Bella hendak mengeluarkan ponselnya tapi seseorang lebih dulu menyita perhatiannya.

“Pak Raka.” Sapa Bella ketika sosok itu tertangkap retinanya.

Raka tersenyum, melirik nametag yang mengalung di leher Bella, “Oh, Bella.” Sapanya kembali, “Kamu cari Pak Dani?”

Bella mengangguk, “Iya, tapi katanya nggak ada.”

Raka mengangkat alis, “Beliau udah minta tolong saya buat gantiin beliau buat datang seminar.”

Mata Bella melebar, “Beneran, Pak?”

Raka mengangguk, “Yuk.”

Bella seketika merasa lega, setidaknya dia tidak akan kena evaluasi sesudah acara karena gagal mendatangkan dosen. Ia mempersilakan Raka jalan lebih dulu, sementara ia mengekor dekat dengannya. Di depan lift mereka menunggu dalam diam. Suasana entah kenapa terasa canggung di antara keduanya. Saat bunyi ting terdengar Bella segera bersiap melangkah ke dalam lift, tapi begitu pintu terbuka, tampaklah lift yang penuh sesak.

Bella mengerjap, Raka menghela napas, mereka akhirnya tak jadi naik lift.

“Turun pake tangga aja, gimana? acaranya udah mau mulai, kan?” usul Raka cepat.

“Oh, Bapak nggak apa-apa kalo turun tangga?”

Raka menggedikkan bahu, “Saya nggak bakal pingsan juga, kan? Yuk.”

Bella dan Raka akhirnya menuruni tangga. Sampai di aula Bella langsung mempersilakan Raka duduk di depan dan segera kembali keluar dari aula. Acara segera dimulai begitu Raka datang.

“Lo jemput Pak Raka?” tanya Sonya sambil memperhatikan Raka dari kaca kecil di pintu aula yang tertutup. Wajahnya girang.

“Pak Dani niatnya. Tapi ternyata beliau off.”

“Terus lo nyeret Pak Raka?” Sonya tidak memalingkan wajahnya dari pemandangan Raka di dalam aula.

“Lo jangan ngintip-ngintip gitu dong!” sergah Bella jengah, “Sini lo duduk jagain absen peserta. Masih banyak yang belom dateng juga.”

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang