RENJANA 17

50 5 0
                                    

Hello guyz maap kemarin ga up, sekarang aku mau double up yaaaa.. Happy reading

-

Bella tak percaya Raka benar-benar mempercayakan soal pilihan kalung itu padanya. Padahal sudah berkali-kali ia bilang ia sama sekali tak mengerti soal perhiasan. Kalau ia salah memilihkan dan ternyata orang tuanya tak suka, ia akan merasa sangat bersalah. Ia sudah berkali-kali meyakinkan Raka untuk memilih sendiri, tapi cowok itu keras kepala mengatakan bahwa se-tidak-mengerti apapun Bella soal perhiasan, ia tetap seorang perempuan yang punya  selera yang amat berbeda dari cowok.

“Naik lift aja, ya? Langsung ke basement? Udah jam 8, langsung pulang aja, kan?”

Bella mengangguk. Ia mencoba mensejajari langkah Raka yang lebar, bersyukurlah ia juga punya kaki yang panjang hingga mudah baginya mengimbangi Raka. Lift di depan mereka terbuka lebar, Raka membiarkan Bella masuk lebih dulu dan menyusul di belakangnya. Lift mall itu berdinding kaca transparan yang menghadap langsung ke luar area mall. Bella mengangkat alis melihat hujan turun dengan deras di luar. Ia mengeluh karena ia terpaksa tak bisa pulang kerena ia mengendarai motor dan tidak membawa jas hujan.

“Gue pulang nanti aja kayaknya,” kata Bella.

“Lho? Kenapa?”

Bella menunjuk kaca lift yang basah.

Raka mengeluh pelan, lalu berkata cepat, “Gue anter aja kalo gitu. Kebetulan gue lagi bawa mobil.”

Bella langsung menolak, tapi dengan cepat Raka menghentikan penolakan Bella.

“Gue bawa motor. Kalo gue pulang sama lo gimana nasib motor gue.”

“Gampang. Besok gue anter lo lagi ke sini ambil motor. Yuk sekarang gue anter aja, biar lo bisa sempet belajar.”

Setelah beberapa kali mempertimbangkan, Bella akhirnya setuju. Lagi pula ia harus cepat-cepat ke rumah Ocha. Tadi sahabatnya itu menelepon dirinya dan dengan nada mendesak menyuruhnya langsung ke rumahnya setelah pergi bersama Raka.

Sepanjang perjalanan Bella memberitahu Raka arah menuju rumah Ocha. Ditemani hujan yang sudah sedikit reda dan lampu-lampu kota yang basah, keduanya berkendara dalam hangatnya percakapan. Tidak ada embel-embel dosen dan mahasiswa, hanya dua orang teman yang saling berbagi cerita. AC di dalam mobil membuat kaca mobil berembun, sesekali Raka akan menurunkan sedikit kaca mobil di sebelah Bella untuk mennghilangkan embun yang menutupi penglihatannya pada spion.

“Ini rumah Ocha sebenernya.” Kata Bella ketika keduanya sampai di depan gerbang tinggi sebuah rumah besar.

“Oh, bukan rumah lo?” meski Raka tak yakin siapa itu Ocha, tapi ia tidak menanyainya.

Bella menggeleng, “Thanks, ya.. besok gue ambil motor gue sendiri aja.”

Bukan mengiyakan atau menolak, Raka malah bertanya, “Besok selesai UAS jam berapa, deh? Gue belom sempet liat jadwal UAS hari terakhir.”

“Sebentar, kok, jam 10 udah kelar. Gue besok naik ojek atau apalah.. gampang!”

“Telepon gue kalo lo udah keluar kelas.”

“Ngapain?” Bella mengerjap bingung.

“Telepon aja. Ada yang mau gue sampaiin. Penting. Lo udah simpen nomor gue kan tadi abis gue nelpon?”

“Oh, iya, nomor lo!”

Raka memandang Bella dengan tatapan sedikit kesal, “Simpen sekarang. Gue liatin. Di sini.”

Bella menurut, ia mengeluarkan ponselnya dari tas dan menyimpan nomor Raka. Ketika akan mengetikkan nama kontaknya, jarinya berhenti, kepalanya berpikir, bagaimana seharusnya ia menamai nomor Raka di kontak teleponnya?

Melihat Bella yang kebingungan Raka dengan cepat merebut ponsel Bella dan menulis ‘Raka’ di kolom nama kontaknya dan memencet tombol simpan.

Done!” Raka mengembalikan ponsel Bella, “Sana masuk. Jangan lupa besok kalo udahan telepon gue, penting banget soalnya!”

“Kenapa nggak diomongin sekarang?”

Raka menggeleng, “Next time, Bell.” Raka menyerahkan jaketnya dari jok belakang, “Buat payung seadanya.”

Bella hendak menolak, tapi Raka lebih dulu menekan klakson mobil. Satpam rumah Ocha keluar memeriksa, dan Bella buru-buru keluar sebelum Pak Satpam itu repot-repot membuka gerbang lebar-lebar.

Dari dalam pos satpam, dengan jaket Raka di atas kepalanya yang menutupi hingga sebatas pinggang, Bella melambai pada Raka yang langsung melajukan mobilnya. Setelah mobil Raka menghilang di ujung jalan, Bella menyapa Pak Satpam yang sudah amat dikenalnya itu dan berlari masuk ke dalam rumah.

Bella berlari masuk ke dalam rumah Ocha, menyeberangi ruanng tamu hingga ia berpapasan dengan Kinan dan Bella di dasar tangga.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang