RENJANA 26

43 4 0
                                    

Hai haiii. Maaf bgt yaaaa hari minggu kemarin renjana tidak up. Karena adminnya lagi syibuks.. Kkk,

Okeokeee happy reading guys.. Jangan lupa Vote dan comment yaaa..

-

Malam minggu sudah kembali menyapa. Besok Kinan akan pulang dari naik gunung. Tapi sebelum itu, Ocha harus menuntaskan misinya malam ini: makan malam dengan Ren. Ya, cuma butuh seminggu untuknya kembali diundang makan malam. Kali ini ia hanya akan makan berdua dengan Renm dan percayalah Ocha sama sekali tak cemas. Cowok itu memang punya karisma yang luar biasa, tapi setelah mendengar ide konyolnya soal menerima perjodohan itu, Ocha langsung bisa menangkap sifat aslinya yang membuatnya tak suka.

Geo setuju untuk mengantarnya dengan cepat. Tumben sekali abangnya itu mau terlinat dalam urusan ‘keluarga’ begini. Ia kenal sedikit dengan Ren karena mereka pernah sempat mengobrol sebelumnya—entah di mana. Ocha tak tertarik saat Geo menawarkan untuk memberinya sedikit bocoran mengenai hal soal Ren. Malam ini dia hanya ingin datang dan menolak ide bodoh cowok itu. Ia sudah memikirkannya masak-masak, ia tak mau membuat masalah baru hanya untuk lepas dari cengkraman orang tuanya.

Ocha berjalan mengikuti pelayan yang mengantarnya ke restoran di lantai atas sebuah hotel. Ia bisa melihat satu dua meja terisi dan dinding kaca di sisi lain dipenuhi pemandangan langit malam dan lampu kota yang indah. Ocha tak berencana lama-lama, ia hanya ingin cepat mengakhiri ide bodoh yang bahkan belum dimulainya ini.

Dari awal masuk restoran ia sudah bisa  melihat Ren yang duduk dengan santai sambil melihat pemandangan kota. Sampai di depannya, Ocha menjabat tangannya sekilas dan menolak saat cowok itu ingin menarikkan kursinya. Dengan cepat ia duduk dan melihat daftar menu.

Ocha tak suka basa-basi dengan orang yang tak ia kenal. Selama makan ia hanya menjawab seperlunya jika Ren bertanya dan ia sama sekali tidak tertarik untuk menggali lebih lagi soal diri Ren. Tak disangka sikapnya yang begini sama sekali tidak memunculkan canggung. Harusnya mereka canggung, tapi pembawaan Ren yang tenang, menyelematkan suasana di antara mereka. Ren tampak sama sekali tidak terganggu pada sikap Ocha yang menolak.

“Oke. Kalau nggak ada yang mau dibicarain saya panggilin supir sekarang,” kata Ren setelah mereka selesai makan malam dan sedikit mengobrol.

Ocha mengerutkan dahi, “Anda nggak punya hal yang mau diomongin?”

Ren menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, “Nggak ada. Makasih udah datang dan semoga ke depannya kita punya kesempatan buat ketemu lagi.”

Ocha mengerutkan dahi. Kenapa Ren sama sekali tidak membicarakan soal perjodohan mereka? Apa ia bisa membaca sikap penolakan dari Ocha?

Ren bangkit lebih dulu, ia mempersilahkan Ocha untuk berjalan lebih dulu. Mereka menuruni tangga bersama menuju lobi restoran baru setelahnya menuruni lift menuju lobi hotel. Di depan lobi sudah ada Geo menunggu karena memang Ocha sudah meneleponnya dan menolak tawaran supir panggilan dari Ren.

“Ah, salam buat Pak Reno..” kata Ren sambil mengangkat tangannya tanda perpisahan.

-

Kinan merapatkan maskernya, membenahi letak topinya, mengeratkan ikatan jaket di pinggangnya dan memakai kerilnya. Ia siap turun dari kereta. Sebelumnya Kinan sudah menelepon Geo dengan ponsel Sonya, memberitahu jam perkiraan waktunya ia sampai di stasiun kotanya. Kinan melompat sedikit saat keluar dari gerbong. Sebelum mereka pulang masing-masing, mereka berkumpul sebentar dan ketua MAPALA membarikan sedikit ucapan penutupan. Kinan dan yang lainnya bertepuk tangan ria setelah ‘pidato’ singkat itu selesai.

Kinan berjalan bersisian dengan Sonya, temannya itu sudah dijemput oleh adiknya. Kinan berjalan menuju pintu keluar peron dan menemukan sosok Geo sudah berdiri di sana mencari dirinya. Kinan melambai, mendadak bersemangat melihat sosok Geo. Kinan pamit sekilas pada Sonya dan berlarian kecil menuju Geo. Senyum lebarnya tak bisa ia tahan.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang