RENJANA 5

83 7 0
                                    


Kinan bangun pagi-pagi sekali. Tentu saja hanya untuk mematikan alarm dan langsung kembali tidur. Tapi kemudian ponselnya berdering setelah ia kembali masuk ke balik selimutnya. Dengan malas ia meraih ponselnya dan menekan tombol hijau tertera di layar. Ia tak sempat melihat siapa penelponnya dan langsung menempelkannya ke telinganya.

"Hm?" sapanya seadanya.

"Bangun, Nan, jadi pergi nggak kita?"

Kinan mengernyitkan dahinya. Suara cowok. Siapa? Ia tidak punya janji dengan siapa pun—

"Bang Geo!!" pekiknya, langsung duduk tegak di atas kasurnya, ia mengacak-acak rambutnya karena lupa dengan janji amat pentingnya hari ini dengan Geo: ke aquarium.

Terdengan suara decakan di seberang sana, "Gue tau lo pasti kesiangan makanya ini gue telepon. Buruan mandi, gue jemput 30 menit lagi."

"Siap, bos!!"

Kinan langsung melempar ponselnya, tak peduli dengan jawaban Geo setelahnya. Ia melesat menuju kamar mandi kosannya yang ada di ujung lorong. Semua kamar mandi sedang dipakai. Panik, ia menggedor pintu tengah, meminta orang di dalam untuk cepat. Sahutan marah dari dalam ia terima sebagai jawaban. Pintu paling kanan terbuka, teman sekosannya keluar dengan santai. Kinan secepat kilat masuk.

"Eh, Nan, jangan! Gue abis—" Kinan sudah mengunci pintunya, "BAB."

Kinan langsung ingin muntah begitu mencium bau kamar mandi yang ia masuki. Tapi ia tak peduli, ia harus cepat rapi-rapi sebelum Geo sampai ke sini. Ia mandi secepat kilat, menggosok giginya dan membasuh wajahnya dengan sabun wajah. Setelahnya ia cepat kembali ke kamarnya dan membuka lemarinya lebar-lebar. Kinan mengeluh kenapa ia tidak punya baju bagus satu pun yang bisa ia pakai untuk jalan bersama Geo.

Dengan putus asa Kinan menarik keluar kemeja putih oversize dan celana selutut warna coklat susu. Dengan cepat ia memakainya. Lalu selanjutnya ia merapikan wajahnya sedikit dengan pelembab dan bedak tipis dan terakhir ia memakai liptint seadanya. Terakhir ia menyisir rambutnya dan mencepolnya tinggi-tinggi. Oke, begini cukup oke. Nanti ia harus mengingatkan dirinya untuk membeli pakaian baru yang lebih bagus. Semua lemarinya hanya dipenuhi kaus, hoodie dan kemeja.

Ponselnya berdering dan nama Geo tertera di layarnya. Kinan mengangkatnya cepat.

"Ya, Bang?"

"Gue udah depan kosan lo, nih."

"Oke, aku turun sekarang!"

Kinan menyambar kaus kaki dan sepatu ketsnya, tak lupa ponsel dan tas kecil serutnya yang dengan cepat ia selempangkan di pundaknya. Kinan menuruni anak tangga dua-dua, di ujung anak tangga ia bisa melihat Geo sudah berdiri di depan mobil BMW hitamnya. Kinan melambai dengan semangat. Ia memakai sepatunya cepat dan langsung melesat menuju Geo yang menyambutnya dengan senyum.

"Jangan lari-lari. Aquariumnya nggak bakal ke mana-mana kok kalo kita telat."

Kinan terengah, tapi nyengir lebar, "Yuk, berangkat, Bang!"

Geo mematut Kinan dari atas sampai bawah. Gaya simpel Kinan baginya selalu kelihatan manis. Terutama hari ini kemeja oversizenya yang benar-benar menunaikan tugasnya dengan baik: menenggelamkan tubuh Kinan di baliknya. Geo tak bisa menahan senyumnya. Tapi senyumnya sirna melihat plester menempel di sudut kening Kinan.

"Bentar. Ini kenapa?" Geo menunduk, meniti plester di kening Kinan.

Kinan mengulum senyum, "Kepentok wastafel kemarin."

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang