RENJANA 7

66 7 0
                                    

Helloww Happy reading guys ^^

-

Ocha memarkir mobilnya di dalam garasi rumah. Bella di sampingnya langsung melepas sabuk pengaman dan menengok ke belakang. Ia juga melakukan hal yang sama. Di kursi penumpang belakang terlihat Kinan terlelap dengan wajah pucatnya. Keduanya berpandangan, ragu apakah mereka harus membangunkan Kinan.

"Abang lo ada?"

Ocha menggeleng, "Gue nggak tau. Gue ke dalem dulu, deh, nyari dia."

Ocha melangkah keluar dari mobil, Bella juga melakukan hal yang sama. Ocha melangkah masuk ke dalam rumah, sementara Bella membuka pintu penumpang belakang dan menjaganya tetap terbuka. Tak lama kemudian Ocha kembali bersama Geo di sampingnya yang memakai baju santai dan celana pendeknya.

"Mana Kinan?" tanyanya. Nada khawatir jelas terdengar di suaranya.

Bella menyingkir dari pintu agar Geo bisa melihat ke dalam. Kerutan halus langsung tercetak di kening Geo.

"Berantem sama siapa dia kata lo, Cha?" Geo menunduk, memperhatikan Kinan yang masih terlelap di dalam mobil.

Ocha dengan malas menjawab, "Adit. Sialan emang tu anak!"

"Temen sejurusannya?"

Bella menggeleng, "Temenku, Kak. Mereka berantem gara-gara aku."

Geo mendesah. Kadang Kinan bisa membuatnya khawatir tak kepalang. Anak itu seperti tahu sekali bagaimana membuatnya kalang kabut. Melihat wajah pucatnya saja membuat Geo mendadak tak nyaman. Ia yang biasanya tidak gampang terbawa emosi ketika berhadapan dengan sesuatu, menjadi mudah marah ketika hal itu sudah berhubungan dengan Kinan. Mungkin karena anak ini benar-benar sudah seperti adiknya sendiri.

"Gendong aja dianya. Kasian kalo dibangunin." Kata Ocha yang bisa melihat perubahan emosi kakaknya itu.

Geo tak menolak, langsung meraih tubuh Kinan, mencoba mengangkatnya perlahan sampai tiba-tiba saja kedua mata Kinan terbuka lebar.

"B—bang Geo?!" matanya melebar, jelas sekali terkejut dari tidurnya.

Kinan kalang kabut, bagaimana tidak, ia terbangun karena gerakan kecil di sekeliling bahunya, dan ketika membuka mata ia dihadapkan pada wajah Geo yang berada tepat di depan wajahnya. Ia mendadak bersyukur—dalam kesetengahan sadarnya—bahwa ia berada di dalam mobil yang gelap hingga rona pipinya tak akan tertangkap oleh Geo.

"Sori, gue malah ngebangunin lo." Geo tersenyum minta maaf, tak mengurungkan niatnya untuk mengangkat Kinan.

"Eh—stop.. Stop." Kinan menahan Geo panik, "A—aku jalan. Jalan sendiri. Udah bangun. Beneran. udah bangun. Aku bisa jalan sendiri" ocehnya sambil berusaha keluar dari mobil melewati tubuh Geo yang menghalangi pintu.

Geo mengangkat alis melihat gerakan panik Kinan, dengan cepat ia bangkit dan menyingkir dari pintu mobil.

"Lo beneran bisa jalan?" tanya Bella.

"Jan sok jual mahal, deh, lo, udah buruan biar digendong aja."

Kinan memberikan tatapan membunuh pada Ocha, membuat cewek berambut pendek itu bergidik.

Geo berdiri diam memperhatikan Kinan dan mendaratkan tangannya di kening Kinan.

Bella, Ocha dan Kinan sama-sama terkesima, mereka mematung melihat ke arah Geo yang kini mengerutkan dahi.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang