RENJANA 23

47 4 0
                                    

Hello selamat malam minggu... Selamat membacaaa, jangan lupa Vote sama Comment yaaa ^^

-

Makan malam itu berjalan lancar. Selesai makan mereka mengobrol sebentar. Ocha yang sama sekali tak mengerti perkara soal bisnis dan politik hanya menatapi dinding kaca yang menyajikan pemandangan malam kota dari ketinggian.

Ketika ia sedang melamun, ia merasakan tepukan lembut di pundaknya. Ocha langsung menoleh dan mendapati semua orang di sekeliling meja menatap ke arahnya. Mereka semua juga sudah bangkit dari kursi mereka. Menyadari bahwa makan malam sudah berakhir, Ocha juga ikut bangkit dari kursinya.

Ocha menyalami Agung dan Raka, cowok itu memberikan senyum penuh terima kasihnya—pasti maksudnya karena ia mau menjaga rahasianya dari Bella. Terakhir ia menyalami Ren, yang sejak awal makan malam belum mengajaknya bicara sekali pun. Ia terkejut, ketika Ren mendekat dan berbisik padanya.

“Gua harap lo nggak lupa sama kesepakatan kita.”

Ocha mengerjap. Ren sudan kembali menjauh, kini ia menyalami orang tua Ocha.

“Selanjutnya saya cuma akan ngundang Ocha ya, Pak.” Ren mejabat erat tangan Reno.

Reno tertawa mendengarnya, “Ya, ya.. maaf malam ini kami mengganggu!”

“Saya ganggu juga ya kalo gitu!” sambut Agung, melirik Ocha dengan tatapan meledek, seraya menjabat tangan Ren.

“Thanks. Lain kali mungkin lo bisa ngundang di tempat lain selain hotel lo sendiri?” Raka menjabat tangan Ren, memeluknya sekilas sambil menepuk punggung Ren.

“Selanjutnya giliran lo kayaknya yang traktir gue!” sahut Ren.

Ocha memperhatikan interaksi keduanya, sepertinya mereka sudah saling mengenal dengan baik satu sama lain. Ia tersenyum, ternyata makan malam ini tidak seburuk kedengarannya. Ia kira makan malam mereka akan amat kaku dan membosankan, tapi nyatanya semua orang di sini tampaknya berteman baik.

-

Bella mengerutkan dahi. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini. Kinan selama seminggu ini terus memberi laporan bahwa setiap hari selalu ada pesan-pesan teror melalui semua media sosial miliknya dan sms. Pesannya kebanyakan hanya berisi foto-foto aneh yang membuat mereka merinding. Ocha bilang berkali-kali kalau itu pastilah ulah Adit. Tapi mereka tidak bisa memastikannya karena nomornya selalu berganti-ganti setiap hari dan akun yang dipakai untuk menerornya selalu hilang hari berikutnya.

Bella sudah tak masuk kuliah, jadi ia tak bisa melabrak Adit lagi dan ini juga menjadi penghambat mereka dalam memastikan bahwa Adit adalah dalangnya. Bukan hanya itu, setiap hari Kinan selalu menerima pesan suara dari nomor tak diketahui yang isinya adalah lagu-lagu menyeramkan. Kinan juga bilang bahwa dalam seminggu sudah dua kali ia mendapat kiriman box berisi bangkai.

Bella tak bisa berhenti memikirkannya selama liburan ini dan ini membuat kepalanya hampir pecah. Ia amat mengkhawatirkan Kinan dan di sisi lain ia juga marah pada Adit meski belum pasti dia pelakunya. Ia sudah meminta Kinan untuk pindah sementara selama liburan ke rumahnya atau Ocha untuk menghindari teror paket yang diterimanya, tapi Kinan menolak.

Selama seminggu ini juga ia belum sempat bertemu kedua sahabatnya itu karena sibuk menyiapkan tetek bengek surat untuk PKL. Ia sudah meminta Ocha untuk menjenguk keadaan Kinan di kosannya, tapi Ocha juga sama sibuknya mengerjakan proyek akhir semesternya. Kinan juga sebenarnya sedang sibuk membuat laporan untuk penilaian UAS-nya yang akan deadline akhir minggu ini, makanya Bella makin khawatir kalau-kalau Kinan makin tertekan.

Ocha mengusulkan untuk minta tolong Geo menjenguk Kinan, tapi Kinan langsung mengancam untuk menghabisi Ocha jika ia berani cerita pada abangnya itu soal teror yang diterimanya. Ocha sedikit mengerti, Kinan pasti tak mau merepotkan Geo yang pastinya sudah sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang