RENJANA 40

53 3 0
                                    

Bella membuka instagramnya, mengunggah beberapa foto liburan mereka beberapa hari ini. Tak menyesal ia mengikuti ajakan dadakan Ocha, ternyata ia memang butuh udara segar dan rehat sejenak dari laporan-laporan kuliah yang harus ia selesaikan akhir semester ini. Ia juga butuh energi lebih untuk bisa mendapat pencerahan soal judul skripsinya yang sampai saat ini belum ia temukan. Dosen-dosennya sudah menagihnya sejak awal semester 7 kemarin, namun hingga saat ini ia sama sekali tak terpikirkan apapun, hingga mereka kebingungan apa yang terjadi pada si Pintar Bella. Jangankan mereka, ia pun bingung, mengapa ia bisa se-tak-punya-ide ini. 

Sebuah notifikasi masuk, seseorang baru saja mengikuti instagramnya. Bella mengerut melihat nama yang familiar. Ren. Bagaimana bisa orang itu menemukan akunnya? Bella mengklik akun Ren, menggeser foto-foto apa saja yang diunggah cowok itu. Senyum kecil terbit disudut bibirnya. Seperti yang diharapkan, foto-fotonya semua berkualitas bagus, dan diambil dengan angle yang baik. semua fotonya menunjukkan sisi kasual dari Ren, tak ada satupun foto yang menunjukkan bahwa ia adalah orang kantoran dan lagi, pimpinannya! Rata-rata fotonya sedang berlibur di luar negeri entah di mana, di pantai, diving, naik gunung, semuanya terlihat santai, memakai baju kasual dan kaca mata hitam. Sebagian lain fotonya adalah foto-foto pemandangan entah itu pegunungan, kota, citylight, pantai, bawah laut. Kalau ia tak kenal Ren, mungkin ia akan mengira bahwa Ren adalah seorang traveller terkenal. Jumlah pengikutnya mencapai ratusan ribu. Bella mendengus melihat betapa populernya orang ini.

Bella menekan pilihan follow back segera setelah puas melihat akunnya. Notif selanjutnya masuk, juga dari Ren, cowok itu baru saja menyukai fotonya. Bella tersenyum sekilas dan menyimpan kembali ponselnya. Ia kemudian bergabung dengan yang lainnya untuk makan malam di restoran yang ada di depan resort mereka.

“Bell, pinjem sweater lo dong,” kata Ocha, sekarang sedang sibuk membongkar koper milik Bella untuk mencari sendiri sweater yang ingin ia pinjam.

Kinan santai menunggu mereka di ambang pintu, ia memakai sweater kuning cerah lengkap dengan pasangan celananya yang tentu juga kuning. Rambut pendeknya ia kuncir sebagian atasnya dan tak lupa ia memakai kaca matanya. Ia sudah rapi sejak tadi, jadi yang paling awal membuka pintu karena ia sudah sangat lapar. Sejak tadi ia sudah mengetuk-ngetuk pintu, meminta dua temannya yang lain untuk lebih cepat.

Stella keluar dari kamarnya, bergabung dengan Kinan, ia mengintip ke dalam, melihat Bella yang baru saja ganti baju.

“Nan, lo seriusan pake baju begituan makan malem di pinggir pantai yang super romantis itu?!” tanya Ocha nampak tak setuju dengan pakaian Kinan.

Kinan mengibaskan tangan,

“Makannya sama lo pada doang, ngapain cakep-cakep.”

“Geo belum keluar?” tanya Stella.
Kinan menggedikkan bahu, “Belom. Masih tidur kali, kan tadi sore katanya dia sakit kepala.”
Stella menghela napas, “Liburan pake sakit deh tu anak. Coba lo cek ke kamarnya, Nan.”

“Kenapa nggak Kak Stella aja?” tanya Kinan.

Stella menggeleng, “Lo aja.”

Kinan mengerutkan dahi, menatap Stella bingung, tapi akhirnya berbalik dan mengetuk kamar Geo yang ada di sebelah kamarnya. Beberapa ketukan, tak ada jawaban. Kinan kembali mengetuk pintunya, kini lebih kencang seraya memanggil-manggil nama Geo beberapa kali. Lagi-lagi tak ada jawaban dari dalam. Kinan membenahi letak kacamatanya, kebiasaan baru yang ia dapatkan dikala panik sejak memakai kacamata. Ia menoleh pada Stella yang kini berjalan mendekat.

“Nggak jawab daritadi. Dia pergi apa?” tanya Kinan.

Stella menggeleng, “Dia nggak pamit sama gue. Sama lo nggak ngomong apa-apa?”

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang