RENJANA 24

51 4 0
                                    

Hallo, jangan lupa Vote dan comment yaaa..

-

“Demi apa?” pekik Bella yang sedang bicara di telepon.

Saat ini sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Setelah sepanjang siang dan sore kemudian malam Kinan sama sekali tak bisa dihubungi, Bella tak bisa tenang. Satu-satunya alasan ia tak langsung melesat menuju kosan Kinan sekarang juga adalah fakta bahwa meski nomor Kinan tak bisa di telepon, namun anak itu sempat terlihat online pada pukul 7 malam tadi. Artinya ia masih baik-baik saja hingga jam menjelang malam.

Ketika teman kosan Kinan memberi kabar bahwa ia sudah pulang dan memberitahu bahwa kamar Kinan terkunci dan Ibu kos mereka melihat Kinan keluar dengan tas besar sekitar pukul tujuh malam.

“Lo yakin itu Kinan?”

“Ibu kos gue bilang gitu. Dia bawa tas gede banget dan pake sepatu gunung gitu.”

Bella mengerutkan dahi mendengarnya. Kinan dengan perlengkapan naik gunungnya pergi pada malam hari?

“Oke. Thanks. Nanti gue kabarin lagi.”

Bella segera menutup teleponnya dan menelepon Ocha. Ia dengan cepat menjelaskan keadaannya dan langsung mengambil kunci motornya. Ia pun melesat menuju rumah Ocha untuk mencari jalan keluar mencari Kinan.

-

Ocha mondar-mandir di depan gerbang rumahnya. Sudah pukul 11 malam saat ini. Kompleks rumahnya amat sepi. Pak satpam rumahnya menemani di belakangnya. Di kejauhan ia bisa melihat sebuah motor mendekat. Ia yakin itu pastilah Bella. Ocha meminta Pak Satpam membuka gerbang dan membiarkan Bella memasukkan motornya.

Ocha langsung mengikuti Bella yang langsung membuka helmnya dan menaruhnya asal di atas spion. Cewek itu terlihat kusut. Kelihatan sekali ia berangkat kemari terburu-buru. Bella bahkan hanya mengenakan sandal jepit dan baju tidur di balik sweaternya.

Keduanya sama-sama tak tahu harus melakukan apa dan siapa yang bisa mereka tanyai. Bella menggigit kukunya, kebiasannya saat gugup. Sementara Ocha terus mencoba menghubungi nomor Kinan meski tahu itu percuma.

Gerbang rumah Ocha kembali terbuka, kini lebih lebar. Mobil BMW Geo memasuki garasi dan parkir di samping motor Bella. Ocha dan Bella sama-sama saling pandang saat melihat Geo keluar dengan wajah kusut.

“Si Kinan mau ke mana, sih?” tanya Geo begitu ia berdiri di hadapan Ocha dan Bella.

Ocha dan Bella sama-sama mengerutkan dahi.

“Terakhir gue cek lokasi dia di stasiun kota? Dia mau ke mana?”

“Stasiun kota???” Ocha bertanya bingung sekaligus kaget.

“Lo tau darimana Kinan di stasiun kota, Bang?” Bella bertanya kebingungan.

Geo mengeluarkan ponselnya, menunjukkan layarnya yang menampilkan aplikasi berbentuk maps dengan wajah Kinan di dalam bundaran diam di lokasi berlabel ‘stasiun kota’.

Ocha melihat ponsel Geo juga dan seketika merasa sedikit lega. Ia terduduk di bangku panjang di dalam garasi dan mengusap wajahnya. Bella masih meniti ponsel Geo.

“Keterangan waktu lokasinya setengah jam yang lalu?”

“Berarti dia on setengah jam yang lalu.” Geo mengambil ponselnya kembali, memperhatikan bulatan bergambar wajah Kinan di layarnya.

“Mau ke mana si dia malem-malem gini ke stasiun kota?” tanya Ocha kesal, ia tak bisa menyembunyikan rasa frustasinya.

“Ibu kos-nya bilang dia bawa tas gede sama pake sepatu gunung gitu,” kata Bella sedikit menerawang.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang