RENJANA 38

42 5 0
                                    

Halloo, maap yaa baru up lagi.. Silahkan membaca :)

-

Kinan menolak bertemu Anjas.

Kejadian di kafe malam itu terus terngiang-ngiang di kepala Kinan. Biar ia jelaskan, meski pacaran Kinan sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Anjas akan menciumnya seperti itu. Kejadian itu benar-benar membuatnya syok, apalagi bau alkohol yang menguar masih membuat kepalanya pusing kalau teringat. Rasanya aneh sekali. Kinan sama sekali tidak senang mendapat perlakuan seperti itu dari Anjas.

Seminggu penuh ia terus memikirkan apa alasan yang membuatnya malah merasa marah karena kejadian itu. Meski Anjas pacarnya, tapi mengapa ia malah merasa seperti dilecehkan? Kinan kesal bukan main malam itu dan hampir menampar Anjas ditempat kalau saja ia tak ingat tempat dan orang di sekelilingnya. Mungkinkah karena Anjas pacar pertamanya jadi Kinan sama sekali belum terbiasa? Atau semata karena Kinan tak suka ide soal 'ciuman' antar kekasih? Atau hanya karena itu Anjas?

Kinan menolak bicara pada Anjas, mengabaikan semua teleponnya dan tidak membalas chat-nya. Kinan masih butuh waktu sampai ia mendapat jawaban mengapa ia merasa marah.

Tapi Anjas yang tak tahan menunggu Kinan di depan kelasnya siang itu. Meski belum siap, tapi pada akhirnya mereka memang harus bicara. Anjas tak banyak basa-basi. Ia bertanya pada Kinan apa yang terjadi, salah apa dia sampai Kinan menghindar selama 2 minggu darinya.

Yang membuat Kinan terkejut adalah kenyataan bahwa Anjas tidak mengingat kejadian malam itu. Ia bahkan tidak ingat kalau ia membiarkan Kinan mengambil kunci motornya dan pulang sendirian.

"Ya udah kalo nggak inget. Malem itu kamu emang mabuk," kata Kinan.

Percakapan mereka berlangsung alot. Anjas yang awalnya sabar perlahan mulai tersulut melihat sikap Kinan yang dingin.

"Lo marah karena gue nyium lo?"

Kinan mengerutkan dahi.

"Mana mungkin gue lupa itu." Anjas mendengus, "Lo marah karena itu? kenapa?"

Ini yang membuat Kinan bingung. Ia juga tidak tahu kenapa ia marah karena hal itu.

"Lo pacar gue. Kita udah sama-sama gede, masa yang kayak gitu lo marah?"

Kinan tidak bisa berkata-kata. Memangnya kalau pacaran antar orang dewasa ia tak boleh marah karena dicium tiba-tiba seperti itu? Yah walau oleh pacar sendiri, tapi tetap saja rasanya tak adil baginya kalau ia harus menerima begitu saja 'serangan' tiba-tiba itu. Terserahlah mau bilang bahwa Kinan aneh, tapi ia benar-benar tak suka dengan perlakuan Anjas malam itu.

"Lo nggak suka gue cium? Kita pacaran. Wajar kalo gue ngelakuin itu. Gue nggak bisa pacaran gaya anak SMP yang cuma pegangan tangan."

Pembicaraan mereka tidak berjalan baik. Anjas yang kesal memilih pergi. Kinan yang tinggal sendiri mendadak hampa. Anehnya adalah kepergian Anjas sama sekali tidak membuatnya sedih atau terluka. Ternyata bertengkar dengan pacar tidak sesakit yang orang-orang bicarakan. Lagipula alasan Anjas marah padanya cukup membuat Kinan membuang semua simpatinya.

Anjas memang pacarnya, tapi mendengar kalau ia tidak cukup hanya dengan menggenggam tangan Kinan, membuat Kinan merasa sedikit kecewa. Ia tidak bisa menghindar dari pikiran bahwa setelah Kinan memberi izin untuk menciumnya, kelak Anjas akan kembali menuntut lebih yang akan berujung pada penyesalan bagi Kinan.

Akhir semester 7, bersamaan dengan selesainya proposal skripsinya, selesai juga hubunngannya dengan Anjas.

-

Liburan! Kinan geleng-geleng kepala saat tiba-tiba saja Ocha mengumumkan hal itu. Seenaknya ia menyuruhnya dan Bella mengemas barang mereka untuk perjalanan seminggu. Tak tanggung-tanggung rupanya Ocha juga sudah memesan tiket pesawat menuju Bali dan sudah menyewa kamar untuk mereka bertiga. Kinan yang merengek bahwa belum siap mengeluarkan uang tabungannya untuk liburan tiba-tiba ini dibungkam oleh jaminan Ocha kalau semua liburan ini disponsori oleh orang tuanya. Ketika ditanya bagaimana bisa, Ocha tak menjawab.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang