6. Little Accident

9.2K 1.3K 143
                                    

Check up-nya Juhoon di Rumah Sakit yang berada di wilayah Cheongdam, gak berlangsung lama. Bahkan gak sampe 30 menit kita bertiga berada di dalam ruangannya Dokter Lee.

Setelah membantu Juhoon menaiki car seat miliknya, gue langsung menuju kursi sebelah pengemudi. Sebelum pergi tadi gue dimarahin soalnya gue mau duduk di kursi penumpang yang ada dibelakang. Dia bilang "duduk di depan! Saya bukan supir." Ya akhirnya gue duduk di depan untuk menghindari perdebatan antara gue dengan Doyoung. Baru hari pertama masa gue udah berantem sama orang tua anak yang gue asuh? Gak lucu.

"Kita makan siang." Ucap Doyoung sambil menyalakan mesin mobil. Perkataannya barusan terdengar lebih seperti pernyataan. Intonasi bicaranya datar, gak naik atau turun. Jadi gue asumsikan kalau perkataannya itu ya sebuah pernyataan. "Saya bilang kita makan siang." Katanya sekali lagi.

"Ya yaudah? Kita mau makan siang dimana?"

"Ya nggak tau. Pikirin dong. Masa saya yang nyetir, saya yang bayar, saya juga yang disuruh mikir?"

Yeeeeh dia gak bilang kalau gue yang harus menentukan tempat makan siangnya. Bilang kek "kita makan siang dimana ya?" Atau "kamu tau nggak tempat makan siang yang enak dan child friendly dimana?" Ini mah gue kayak harus tau apa isi pikiran dia. Emang gue cenayang apa? Hello? Kalau gue gak kerja buat dia, kepala dia udah melayang.

"Ya saya nggak tau? Kamu nggak bilang saya yang harus nyari tempatnya?" Gue nggak mau disalahkan. Karena gue emang gak salah.

Doyoung mendecak dengan kesal sambil memberikan tatapannya yang minta gue colok matanya. "Cari sekarang." Enak banget dia nyuruh. Gue pengasuhnya Juhoon ya, bukan asisten dia yang harus melakukan apa yang dia bilang. Duh, tarik nafas yang dalam Lila... tarik nafas... buang... tarik nafas... buang.

Dari pada manusia yang disebelah gue ini marahnya kambuh, akhirnya gue mencari tempat makan yang enak di dekat sini. Selain itu gue juga mencari tempat makan yang child friendly, kan Juhoon juga ikut. Biar dia bisa main disana.

"Saya udah dapet tempatnya."

"Nama tempat makannya apa?"

"Rice and Chopstick."

"Saya nggak suka disana, makannya nggak enak."

Untung tempat yang gue cari gak hanya satu, ada alternatif lain. Jaga-jaga kalau Doyoung menolaknya.

"Yaudah ke Pepper Bowl aja."

"Tempat makan itu udah saya blacklist dari kehidupan. Pernah ada semut di makanan saya." Yaila cuma semut aja, gak akan sampe sakit yang gimana kan kalau kemakan semut?

"Yaudah, Korean Grill House." Itu restoran yang Doyoung miliki. Dia gak bisa nolak untuk yang satu ini. Please.

"Saya bosen makan disana."

"Ya terus kita kemana sekarang?"

"Ke restoran yang saya suka aja." BILANG DONG DARI TADI. Dia kayaknya emang sengaja ngerjain gue. Untung sabar. Mana gue udah membuang kuota internet gue dengan cuma-cuma. Tanduk di kepala gue udah keluar dua-duanya. Minta gue sentil banget jantungnya. "Saya bilang kita ke restoran yang saya suka." Ya terus gue harus gimana? Tinggal pergi aja kali. Lagian kalau gue nolak juga yang ada kena marah.

"Ya terus?"

"Mau nggak?" Sambil menatap gue.

"Ya kalau kamu maunya disana ya kita kesana aja."

"Oke." Lalu menginjak gas dan perlahan mobilnya mulai melaju.

Gila, ngetes kesabaran banget manusia yang satu ini. Ada masalah apa sih di hidupnya sampe dia kayak gini?

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang