59. Gombal 101

7.1K 952 38
                                    

"Jeno? Gimana ceritanya Juhoon bisa nyebur ke danau sih? Lo kenapa gak tau dia bisa nyebur gitu?" Doyoung gak marah, dia hanya khawatir ke Juhoon karena ini pertama kalinya Juhoon nyebur ke danau dan langsung jatuh sakit.

"Tadi gue lagi main PUBG bang—"

"Gila lo parah, mending main PUBG ya. Anak gue kalau kelelep, gak tau deh nasib lo gimana sekarang."

"Maaf bang..."

"No, lain kali hati-hati ya." Kata gue sambil mengelus pundaknya. "Terus mama tadi kemana pas Juhoon nyebur ke danau?" Pandangan gue kini beralih ke mama yang sama khawatirnya kayak gue dan Doyoung.

"Mama tadi lagi beliin hotdog buat Juhoon sama Jeno. Pas mama balik, eh kenapa ini lokasi di karpet pikniknya kosong. Terus mama liat ada gerombolan deket danau. Pas mama liat dari kejauhan ternyata Jeno lagi ngegendong Juhoon."

Doyoung menggeleng kepalanya lagi setelah mendengar pernyataan dari mama. "No, sumpah deh kalau Juhoon kenapa-kenapa gara-gara lo lengah dan lebih milih main PUBG, gue cincang lo."

"Maaf bang." Tampangnya Jeno menunjukan kalau dia sangat merasa bersalah dan menyesal. "Gue gak akan main PUBG lagi deh..." matanya hanya menatap ke sepatu Balenciaga Speed Trainers miliknya, gak berani menatap Doyoung sekarang.

"Ya elah." Doyoung mendencak. "Gue gak pernah nyuruh lo berhenti main PUBG. Cuma disini kondisinya kan mama lagi beli hotdog buat lo sama Juhoon. Harusnya lo bisa hold sebentar main PUBG-nya sampe mama balik. Kenapa lo jadi bilang lo bakal berhenti main PUBG?"

"Ya kan habisnya—"

"Jadi setiap lo habis melakukan kesalahan, lo bakal berhenti? Lo gak akan berusaha untuk memperbaikinya?"

Jeno diam. Gue juga diam. Begitupun mama yang sedari tadi duduk di kasur sebelah Juhoon.

"Kalau lo di hadapkan sama satu masalah, jangan kabur. Apalagi sampe berhenti."

Jeno masih diam.

"Mau kesalahan yang lo perbuat itu kecil atau besar sekalian, lo harus berusaha untuk memperbaikinya."

Gue merasa apa yang dia omongkan ke Jeno adalah pelajaran hidup yang Doyoung alami sendiri. Karena ingatkan kalau Doyoung pernah mengasingkan diri dan pergi menjauh dibandingkan untuk memperbaikinya? Ya. Doyoung gak hanya mengatakan hal itu ke Jeno, tapi dia juga mengatakan itu untuk dirinya sendiri.

"Maaf bang. Maaf banget. Kalau gitu gue balik ke Korea aja, gak usah ke Bahamas."

"Tuh kan. Baru gue bilangin." Doyoung membuang nafasnya kasar. "Pelajaran buat lo aja, next time lo harus lebih hati-hati."

"Iya bang..." suaranya Jeno semakin kecil.

"Sekarang lo ikut gue ke supermarket." Suruh Doyoung.

"Ngapain?"

"Beli keberanian buat lo biar gak mudah nyerah." Jawabnya dengan santai. "Gak, bercanda gue. Udah ikut aja."

Lagi situasi gini, masih bisa bercanda aja Kim Doyoung.

"La, aku ke supermarket dulu ya." Lalu mengecup pipi gue sebelum pamit ke mama juga. "Ma, Doy ke supermarket dulu." Mama hanya mengangguk.

"Jangan dimarahin di jalan Jeno-nya." Pinta mama.

"Nggak janji ma." Sambil nyengir. Gue tau Doyoung cuma bercanda, tapi Jeno hanya menatap Doyoung horor sekarang dan penuh ketakutan sekarang.

"Yuk No. Bawa shopping bag jangan lupa."

Akhirnya Doyoung dan Jeno keluar dari kamar hotel kita. Gue memposisikan diri gue berbaring di sebelah Juhoon, sementara mama mau ke ruang tengah dan nonton TV.

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now