48. I'm Serious

8K 1.1K 92
                                    

Beberapa bulan berlalu dan kini banyak yang berubah di kehidupan gue. Semenjak mengundurkan diri jadi pengasuhnya Juhoon, gue melamar kerja di salah satu perusahaan Multi National Corporation atau MNC yang beroperasi di Korea Selatan. Dan untungnya, gue keterima.

Walaupun gue dan Juhoon udah jarang berinteraksi, gue sama Doyoung masih tetep suka berkomunikasi. Dia suka nanyain gimana kabar gue—padahal rumah kita deketan banget tapi dia tetep nanya gimana kabar gue hihiy gemes gue. Udah gitu, kalau habis pulang kerja, dia menyempatkan 5-10 menit untuk bertemu dengan gue dulu, lalu malamnya nanti dia pasti akan telfon gue. Dia gak pernah absen nelfon gue malem-malem sebelum tidur, walaupun durasinya gak lama—mungkin hanya 3-10 menit? Tapi intinya, dia gak pernah absen untuk nelfon gue.

Dan hari ini, Doyoung mengajak gue makan malem karena kebetulan Tante Sera lagi nginep dirumahnya Doyoung. Jadu beliau bisa mengawasi Doyoung untuk beberapa jam dulu selagi Doyoung pergi dengan gue.

Pertama kali gue melamar kerja setelah berhenti menjadi pengasuhnya Juhoon, gue dibuat kaget dengan fakta kalau gue langsung diterima. Apalagi, posisi yang ditawarkan ke gue lebih tinggi dibandingkan tawaran posisi pekerjaan yang terdapat di pengumuman-pengumuman. Hoki banget gue.

Heels dan baju formal udah menjadi sahabat gue sehari-hari kalau bekerja di kantoran. Gak mungkin kan gue ke kantor pake sneakers, ripped jeans, sama kaos oblong? Mungkin kalau gue yang punya kantornya memungkinkan aja, tapi posisi gue disini hanya sebagai senior general manager—dan satu tingkat lagi, gue bisa meraih posisi menjadi direktur—asal gue bisa memperlihatkan kemampuan dan kematangan dalam mengelola tanggungjawab.

Jadi kangen kerja sebagai pengasuhnya Juhoon. Karena Doyoung emang bener-bener membebaskan pakaian yang gue kenakan kalau pergi bekerja. Gue pake celana training sama kaos aja dia bolehin. Kalau awal-awal kerja jadi pengasuhnya Juhoon sih gue berpakaian rapi, tapi makin kesana... makin santai banget hehe. Tapi selama Doyoung gak masalah dan gak menegur dengan pakaian yang gue kenakan, gue pikir it's ok.

Gue selesai ngantor jam 5, sementara Doyoung baru selesai jam 7 karena ada kerjaan yang harus dia selesaikan hari itu juga. Kalau bos besar belum pulang, tentu yang lain akan segan untuk pulang duluan.

Dengan waktu yang tersedia lumayan lama, gue bisa pulang dulu ke rumah untuk ganti baju. Gue bilang ke Doyoung kalau gue mau pulang dulu ke rumah dan ganti baju. Ternyata dia bilang kalau dia bakal balik dulu ke rumah juga dan dia akan jemput gue. Biar kita ke tempat makannya bareng-bareng.

Ting tong ting tong

Gue yang lagi nonton drama He Is Psychometric otomatis harus mem-pause episode yang sedang berlangsung. Gue melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan kanan kiri gue dan sekarang udah menunjukan pukul 7:15 di malam hari.

Pasti yang ngebel Doyoung.

"Udah siap pergi sekarang, La?" Tanyanya.

Gue mengangguk sambil berkata, "udah. Tunggu sebentar ya, saya ambil tas saya dulu."

Doyoung hanya mengangguk dan menunggu gue di depan pintu.

Suasana di mobilnya Doyoung kini begitu hening. Gak ada satu pun dari kita yang membuka suara dan memulai percakapan. Padahal, kita lagi gak ada konflik apa-apa tuh. Atau mungkin ya kita berdua hanya ingin diam menikmati kesunyian yang ada.

"Selamat malam, sudah reservasi?" Tanya hosting staff yang menyambut kedatangan gue dan Doyoung.

Pakaian yang digunakannya rapi banget, kemeja putih dengan rompi berbahan velvet berwarna biru laut dengan rok hitam berbahan nylon dan sepatu heels kulit dengan tinggi heels 3 cm. Gue bisa ngeliat berapa tinggi heels sepatu dari sekali ngeliat.

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now