57. Whispers

7.6K 981 101
                                    

Gue dan Doyoung udah mendapatkan wedding organizer yang sekiranya mampu untuk membuat keinginan gue dan Doyoung tercapai. Dari mana wedding organizer-nya? Dari Perancis. Nama wedding organizer-nya adalah, Fais de beaux rêves, yang artinya adalah sweet dreams. Wedding organizer-nya itu yang nemu Kak Taeyong, Jeno, dan Kak Gongmyung. Rata-rata, orang yang menggunakan jasa wedding organizer-nya puas dengan jasa mereka.

Gue juga melihat testimoni wedding organizer-nya adalah, salah orang penting di Perancis. Whoa, semakin yakin gue dengan wedding organizer-nya.

Hari ini, gue, Doyoung, Juhoon, mama, dan Jeno akan pergi ke Perancis untuk bertemu langsung dengan wedding organizer-nya. Tadinya kita mau panggil mereka ke Korea, tapi berhubung venue untuk upacara dan resepsinya di salah satu pantai yang ada di Nassau, Bahamas—maka gue dan Doyoung sepakat untuk pergi dulu ke Perancis dan membicarakan mengenai detil pernikahannya. Baru habis dari Perancis kita langsung menuju ke Nassau, Bahamas lewat Miami. Karena gak ada flight yang direct dari Paris ke Nassau, harus transit dulu di Miami. Kecuali ya kalau emang tinggal di Miami bisa langsung direct flight ke Nassau. Karena pesawat ke Nassau, Bahamas ini harus menggunakan pesawat kecil. Bukan pesawat besar yang bisa menampung kapasitas sampai 500 orang.

"Juhoon. Juhoon mau bawa apa lagi selain mainan Juhoon yang udah bunda masukin ke backpack Juhoon?" Tanya gue ke Juhoon yang masih asik menggambar di buku gambarnya.

"Bunda masukin mainan apa aja?"

"Liat dulu coba sama Juhoon. Nanti bunda salah masukin lagi."

"Oke!" Ujarnya sambil menuju ke dapur dimana backpack dia berada.

"Sayang." Panggil Doyoung.

Sampai saat ini gue masih membiasakan diri untuk mendengar Doyoung memanggil gue dengan sebutan 'sayang.' Awalnya gue geli dan malah bergidik setiap dia manggil gue gitu, cuma gue dimarahin sama dia "kalau gak sekarang, kapan, Lila?" Walaupun tampang gue agak merenyeng, dia tetap memanggil gue 'sayang' ya ya udahlah, terserah dia aja mau gimana.

"Kenapa?"

"Kamu liat kaos aku yang baru aku beli di Valentino nggak kemarin?"

"Kaos yang mana? Kaos Valentino kamu banyak."

"Yang baru kemarin aku beli yang warna putih, tulisannya VLTN."

"Bukannya ada di laci kamu ya?"

Iya, semenjak gue dan Doyoung resmi bertunangan, Doyoung sering minta tolong ke gue untuk bantu-bantu dia. Salah satunya minta tolong ke gue untuk merapikan baju dia. Tenang, dia minta tolong bantu ke gue gak seenaknya kok. Doyoung juga ikut ngerapiin, cuma dia minta bantu ke gue biar merapikan bajunya cepet selesai.

"Itu yang udah belel. Aku kan beli baru lagi."

"Kamu punya berapa sih kaos kayak gitu? Sama semua tau gak."

"Punya 3, tapi semuanya udah jelek. Ada yang bolong gara-gara aku nyetrika kepanasan, ada yang warnanya luntur soalnya kemasukin ke cucian baju yang berwarna—warnanya jadi broken white, sama yang satu lagi kegunting sama aku."

"Ya ampun." Ucap gue prihatin sambil geleng-geleng kepala mendengar semua kisah tragis kaos Valentino milik Doyoung yang sekarang gak tau gimana kabarnya... mungkin hanya membusuk di dalam laci baju dia.

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now