17. Stamp

8.2K 1.1K 29
                                    

Gue jahat kalau gue ngomong gini, tapi, bisa gak kalau Doyoung sakit aja terus? Soalnya dia jadi lembut dan halus banget orangnya kalau dia sakit. Bahkan waktu dia nonton We Bare Bears aja dia banyak ketawa. Waktu gue tanya kenapa dia ketawa terus, dia hanya menjawab, "receh." Lalu kembali tertawa. Kalau dia ketawa gue, deretan gigi putihnya yang rapi langsung terlihat, matanya mendadak menjadi segaris, dan ada kerutan kecil di ujung matanya yang hanya terbentuk kalau dia lagi ketawa.

Seharian ini gue hanya di rumahnya Doyoung dan Juhoon. Lagian gue mau balik ke rumah juga ngapain? Selain itu kalau gue pulang, nanti yang ngerawat Doyoung sama Juhoon siapa? Kalau seandainya mereka membutuhkan bantuan gue gimana? Jadi gue memutuskan untuk diam disini sampai sekiranya jam 9 malem. Mama udah gue kabarin kalau gue bakal pulang larut malem banget biar mama gak usah nungguin gue pulang.

"Nah, nanti habis makan obat, Juhoon langsung tidur ya?" Tangan gue mengancingkan kancing-kancing yang ada di baju tidurnya Juhoon. Dia baru ganti baju lagi jadi baju tidur yang baru, biar agak seger sedikitlah waktu dia mau tidur. Dia udah mandi sebenernya waktu sore, tapi dia keringetan lagi. Mungkin efek obat. Jadi sekarang gue mengganti bajunya lagi.

"Oke tante."

Setelah Juhoon naik ke kasurnya, lalu gue menyelimuti dirinya dengan selimut dan mengatur boneka miliknya yang ada disebelahnya, gue langsung mengecup keningnya.

"Goodnight Juhoon. Cepet sembuh ya. Besok Tante Lila kesini lagi."

"Goodnight Bunda."

Apa? Bunda? Juhoon memanggil gue dengan sebutan bunda? Lagi sakit kali jadi dia gak sepenuhnya nyadar kalau yang dia panggil itu bukan bundanya.

Lalu gue kembali mengecup keningnya, dilanjuti pipi kanan dan pipi kiri. Lampu utama yang besar gue matikan dan gue nyalakan lampu yang kecil disebelah kasurnya Juhoon.

Sambil membawa baju kotornya, gue keluar kamar Juhoon lalu menutup pintunya dengan perlahan.

"Aaa!" Kata gue sedikit berteriak. Karena begitu gue membalik ada Doyoung yang berdiri di belakang gue. Dia dateng dari mana? Suara langkah kakinya sama sekali gak terdengar oleh gue.

"Jangan teriak, Lila." Katanya. Doyoung baru selesai mandi. Buktinya rambutnya sekarang masih basah, selain itu baju piyamanya juga udah beda. Tadinya dia menggunakan baju piyama bahan katun berwarna abu-abu muda—gue tau bahannya katun soalnya keliatan aja kalau itu bahannya katun. Nah sekarang, piyama yang dia kenakan berwarna biru dongker.

"Kamu lagi ngapain berdiri disitu? Saya kan kaget."

"Oh kaget..." ucapnya dengan polos. Terus dia berharap gue gak akan kaget sama sekali gitu?

"Iya kaget."

"Oh..." dia hanya ber-oh ria sambil menganggukan kepalanya dengan pelan.

"Kenapa?" Tanya gue. Gue tau dia menghampiri gue karena ada hal yang ingin dia sampaikan. Gak mungkin dia menghampiri gue tanpa memiliki tujuan tertentu.

"Maksudnya?" Alisnya mengangkat sebelah. Raut wajahnya heran.

"Kamu mau bilang apa ke saya?"

"Oh..." oh lagi. "Hmm..."

"Kenapa?"

"Kamu bisa nginep gak malem ini disini?"

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang