44. Night In

8.1K 1K 23
                                    

Doyoung memesan tipe kamar presidential suite yang di dalamnya ada dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu meja makan, dua kamar mandi, dressing room, dapur, dan ada pula balkon yang langsung menghadap ke laut. Dengan tujuan untuk memudahkan kalau ada apa-apa.

Gue membantu Doyoung meletakan Juhoon di atas kasur dengan hati-hati biar Juhoon nggak terbangun.

Seusai meletakan Juhoon, Doyoung langsung keluar dari kamar gue dan Juhoon. Dari suara langkahnya dia berjalan menuju ke kamarnya. Karena hal selanjutnya yang gue dengar adalah suara pintu ditutup, dan suaranya gak jauh—tepat di sebelah kamar gue dan Juhoon. Sementara letak kamar mandi gak sedeket itu.

Menit berganti jam. Doyoung masih belum keluar dari kamarnya, karena sedari tadi gue duduk di sofa yang ada di kamar, gak ada suara pintu terbuka. Mungkin Doyoung juga ketiduran karena lelah.

Disisi lain, gue sama sekali gak merasakan lelah. Walaupun, perjalanan dan aktivitas yang kita lakukan hari ini lumayan banyak. Mungkin gue emang udah terbiasa melakukan banyak aktivitas sampai tubuh gue udah merasa kebal dengan rasa lelah dan akhirnya gak mengenal rasa lelah lagi.

Krrrrt

Suara perut gue bunyi. Iya gue laper. Terakhir makan berat itu antara jam 1 atau jam 2 siang. Setelah makan siang, kita berjalan-jalan dulu sebentar ke toko-toko kecil yang ada di pinggiran sebelum akhirnya kita memutuskan untuk ke pantai. Terus dalam perjalanan ke pantai kita beli es krim, udah itu aja. Ini udah jam setengah delapan malem. Wajar aja kalau gue laper.

Ceklek

Akhirnya ada suara pintu terbuka. Langkah kakinya dapat gue dengar dengan jelas semakin berjalan mendekat.

"Lila, mau room service sekarang?"

Doyoung berdiri beberapa meter dari gue. Pakaian yang dia kenakan sekarang udah berbeda dari yang tadi dia kenakan. Pakaiannya sekarang dapat dibilang terlalu santai, bahkan kalau orang melihat Doyoung dengan pakaian seperti ini—gak akan ada yang mengira kalau dia udah punya anak yang berumur 7 tahun.

Hanya bermodal kaos oblong putih yang lumayan transparan sehingga gue agak bisa melihat otot yang ada di perutnya, lalu celana pendek selutut berwarna cokelat muda, dan rambutnya yang acak-acakan gak beraturan. Jatuhnya, rambut dia malah terlihat kayak keriting, tapi lucu banget Doyoung kalau rambutnya kayak gitu.

"Mau room service gak?" Tanyanya lagi setelah gak mendapatkan jawaban dari gue.

"Mau."

"Mau pesen apa?" Doyoung berjalan ke nakas yang ada di sebelah kasur, membuka lacinya dan mengambil... apa itu? Mungkin buku menu room service.

"Nggak tau Doyoung, saya aja belum liat menunya."

"Nih." Lalu memberikan buku menunya ke gue. Setelah itu dia mengambil duduk di single sofa yang ada di sebelah sofa yang lagi gue duduki.

"Kamu udah tau mau mesen apa?" Tanya gue sambil membolak-balikan menu makanan yang ada. Gue pun gak tau harus makan apa. Pengen makan yang enak dan nikmat. Hmmm, ramen kali ya?

"Nggak tau, kamu dulu aja yang liat."

"Saya udah selesai." Sambil menyodorkan buku menunya ke Doyoung yang sedang memegang handphone-nya. Menunya langsung dia ambil saat gue menyodorkannya.

"Emang kamu mau makan apa?" Tanyanya. Matanya fokus membaca menu-menu yang hotelnya sediakan.

"Ramen."

Doyoung langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap gue gak percaya. "Lila. Kamu ke Jeju pengennya makan ramen?"

"Iya."

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang