15. Why

8.5K 1.2K 67
                                    

Hal yang gue lakukan selama seharian ini cuma nonton dan makan cemilan. Tanpa rasa malu, gue masuk ke dalam pantry makanannya dan mengambil makanan yang menurut gue kelihatannya enak. Kan dia bilang make yourself at home, jadi ya gue menuruti apa yang dia bilang ke gue.

Saluran TV satu demi satu gue pindahkan karena gak ada acara TV yang menarik. Jarang banget ada acara TV yang menarik di hari-hari weekdays kayak sekarang. Kebanyakan acara TV ramenya itu waktu weekend.

Duk!

Suara hentakan keras menarik perhatian gue. Suaranya berasal dari lantai atas, jadi gue asumsikan kalau orang yang membuat suara tersebut itu antara Doyoung atau Juhoon. Dengan cepat kaki gue melangkah ke atas, menaiki dua anak tangga sekaligus dalam satu langkah, kaki gue panjang jadi bisa langsung melewati dua anak tangga sekaligus.

Gue awalnya ke kamarnya Juhoon terlebih dahulu, tapi dia masih tertidur lelap. Jadi pasti yang membuat suara tadi adalah Doyoung.

"Doyoung?" Gue menghampiri pintu kamar mandi yang ada di lantai dua. Pintunya tadi masih tertutup waktu gue turun ke bawah, tapi sekarang terbuka dengan lebar.

Di bawah sana, Doyoung terduduk lemas di lantai. Tangannya menggenggam handuk kecil yang gue gak tau mau dia apakan handuk itu.

"Doyoung kamu ngapain?" Kata gue lagi.

"Saya mau basahin handuknya."

"Kamu panas lagi? Bukannya tadi minum obat?"

"Kayaknya belum bekerja obatnya, soalnya badan saya masih panas terus kepala saya juga masih sakit."

"Kan tadi saya bilang, kalau kamu butuh bantuan panggil saya aja." Sambil mengambil handuk yang dia genggam lalu membasahinya dengan air. "Sini berdiri." Kata gue sambil mengulurkan tangan gue.

"Saya lemes banget, Lila."

Mau gak mau gue harus membopong tubuhnya lagi ke dalam kamar. Dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam tubuh gue, gue mulai mengangkat Doyoung dari posisi duduknya. Tangan gue, gue taruh kembali di pinggangnya.

"Saya ambil termometer dulu sebentar." Kata gue lalu beranjak pergi dari kamarnya dan mengambil termometer di lantai bawah.

Saat masuk ke kamarnya kembali, Doyoung udah terbaring dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya. Termometer yang Doyoung punya sama kayak yang Taeyong bawa tadi, cara penggunaannya hanya cukup di arahkan ke dahi atau kening, lalu nanti keluar angka di layar termometernya.

"Doyoung, panas kamu panas banget loh, 40.6°C. Kayaknya saya bisa masak telor goreng di dahi kamu. Panas banget..." suara gue memelan di akhir kalimat.

"Yaudah cobain aja masak telor..." dia sakit tapi masih bisa bercanda. Hebat.

Tangan gue meraih dahinya, dan ternyata bener. Panas banget. "Panas banget. Tunggu ya saya ambil handuknya dulu." Handuk kecil yang tadi gue ambil dari Doyoung di kamar mandi udah gue basahkan dan baru gue taruh di pinggiran wastafel.

"Tante Lilaaaa." Suara Juhoon kemudian terdengar di telinga gue. Suaranya gak kencang, tapi berhasil meraih pendengaran gue.

"Kamu ke Juhoon aja sana, kasian dia." Kata Doyoung setelah gue menaruh handuk kecil basah di atas keningnya.

"Nanti saya balik lagi kesini ya. Kalau ada apa-apa, bilang. Jangan ngelakuin sendiri."

"Ya." Lalu matanya kembali terpejam.

Kaki gue melangkah keluar dari kamarnya Doyoung menuju kamarnya Juhoon yang terletak gak jauh dari kamarnya Doyoung.

Waktu gue masuk, Juhoon udah menyingkirkan selimut yang tadinya membalut tubuhnya yang kecil. Saat gue raih dahinya, panasnya udah lumayan turun tapi Juhoon keringetan banget sekarang. Bajunya juga sampe basah karena keringet yang dihasilkan tubuhnya efek dari obat yang dia minum tadi sebelum dia tidur.

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now