49. In My Feelings

7.7K 1.1K 84
                                    

Kaki gue, gue tarik mendekat ke dada gue. Memeluknya erat sembari menatap kotak kecil berwarna merah marun dengan bahan velvet yang Doyoung berikan ke gue. Pikiran gue penuh dengan berbagai macam hal. Salah satunya adalah, kalau gue menikah dengan Doyoung, apa gue akan bahagia? Apa Doyoung adalah orang yang tepat bagi seorang Lila untuk menghabiskan sisa waktu hidup gue bersama dia?

Gue berusaha memutar kembali kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Flashback

"Kalau kamu belum yakin, gak usah jawab saya sekarang." Kata Doyoung setelah mendapati gue gak mengatakan satu kata pun.

"K-kenapa kamu mau nikah sama saya?"

"Isn't it obvious?" Katanya lagi. "You captured my heart, Lila. And I really want to spend the rest of my life with you." Tambah pria beranak satu itu dengan percaya diri. Nadanya begitu meyakinkan sampai-sampai, gue bingung sendiri.

"But why me?"

"Soalnya Juhoon juga suka sama kamu. Bunda sama papa saya juga suka sama kamu. Dan saya... saya juga suka banget sama kamu, Lila."

Ekspresi muka gue menunjukan raut wajah yang bingung. Gue merasakan kerutan di dahi gue semakin tergambarkan jelas. Fokus gue sepenuhnya gue berikan kepada pria di depan gue yang mengajak gue untuk menikah dengannya. Menikah. Menikah. Menikah.

"Kamu keliatannya nggak yakin..." wajahnya Doyoung menjadi murung. Karena udah beberapa menit ini gak ada satu pun kata yang keluar dari mulut gue.

"It's not that... I just... saya lagi bingung..."

"Kamu ngeraguin niat saya nikahin kamu?"

Gue diem lagi. Gue gak mau kata-kata yang keluar dari mulut gue terdengar salah di suasana yang lagi canggung kayak sekarang. Jadi gue hanya bisa diam.

"I'll give you some time to think. Whatever your choice, I'll appreciate it. Sekalipun keputusan kamu nolak saya... akan saya hargai itu. At least, pikirin dulu baik-baik ya Lila."

End of Flashback

"Lila ya ampun! Dari tadi dipanggil-panggil." Kata mama agak sensi karena gue gak kunjung menyahut pangilannya.

"Hm?" Gue langsung kaget, melihat sosok mama yang sekarang berdiri di ambang kamar pintu gue. Menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil melihat ke gue, apa yang gue lakukan sampai gue bisa-bisanya gak menyahut panggilan mama.

"Cincin dari siapa?" Tanya mama sambil berjalan mendekat ke arah gue yang lagi duduk di atas kasur. "Doyoung?" Tanya mama lagi.

"Iya." Gue hanya bisa membuang nafas kasar karena memikirkan kembali apa yang terjadi saat makan malam antara gue dan Doyoung hari ini.

"Dia ngajak kamu nikah ya?" Mama menanyakannya ke gue dengan nada yang datar, gak kaget kalau anaknya baru diajak nikah sama orang lain.

"Mama nggak kaget aku diajak nikah sama Doyoung?"

"Nggak. Dia udah bilang ke mama tempo hari kalau dia mau ngajak kamu nikah."

"Terus? Mama restuin?"

"Menurut kamu? Kenapa dia bisa sampe ngajak kamu nikah terus ngasih cincin?"

Gue diem hanya memperhatikan mama lalu kembali menatap kotak velvet merah marun di depan gue.

Kalau ditanya gue udah siap untuk nikah atau belum, gue nggak tau jawabannya. Dibilang siap nggak, tapi dibilang gak siap juga nggak. Jadi gue gak tau gimana perasaan dan apa yang gue inginkan sekarang.

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now