51. Lipstick

8.8K 1.1K 90
                                    

"Jadi, kamu mau nikah sama saya?" Ucapnya berhati-hati.

"Mau."

Andaikan mata gue bisa merekam kejadian-kejadian yang ingin gue kenang semasa gue hidup di dunia ini lalu memutarnya kembali saat gue ingin melihat kejadian tersebut. Salah satunya kayak sekarang, dimana Doyoung memperlihatkan senyum terlebarnya yang pernah gue lihat. Ini pertama kali gue melihat Doyoung selebar ini. Belum lagi cahaya dari matanya yang memancarkan sinar dengan terang.

"Lila, makasih banyak!" Ucapnya dengan girang lalu memeluk gue dengan erat.

Pelukannya Doyoung terasa hangat dan buat gue betah untk berlama-lama di dalam pelukannya Doyoung.

Doyoung melepas pelukannya dengan gue setelah beberapa menit. Iya, dia memeluk gue selama itu. Tapi gue gak keberatan dia meluk gue dalam waktu yang lama. Justru ingin dipeluk dia terus... hehe.

Berbeda dengan sang ayah, Juhoon kelihatannya malah heran dengan apa yang sedang terjadi. Dia menatap Doyoung dan gue secara bergantian—meminta penjelasan atas apa yang barusan terjadi.

"Juhoon!" Ujar Doyoung dengan riangnya. "Juhoon seneng nggak Tante Lila jadi bundanya Juhoon?"

"Tante Lila beneran jadi bundanya Juhoon?" Dengan tampang yang masih heran.

Sambil mengangguk cepat gue mengatakan, "iya, Tante Lila mau jadi bundanya Juhoon." Sambil tersenyum ke arah Juhoon yang masih duduk di atas kasur.

"Berarti, Juhoon boleh panggil Tante Lila bunda nggak?"

Senyum gue semakin lebar ketika Juhoon ingin memanggil gue dengan sebutan 'bunda'. Gak pernah terbayangkan sebelumnya kalau pada akhirnya gue akan menjadi bundanya Juhoon—anak yang gue asuh selama berbulan-bulan. Apalagi menikah dengan Doyoung... sama sekali gak terlintas di benak gue.

"Boleh dong."

Mendengar gue memperbolehkannya memanggil gue dengan sebutan 'bunda,' Juhoon langsung memeluk gue dan menangis sejadi-jadinya.

"Bunda, maafin Juhoon ya kalau Juhoon marah-marah ke bunda. Sama kalau Juhoon nggak ngejawab bunda kalau bunda ngomong ke Juhoon."

Mendapatkan permintaan maaf dari anak berumur 6 tahun tentu mengharukan. Gue sama sekali gak mengharapkan Juhoon akan meminta maaf—karena di mata gue dia gak salah. Dan kalau pun dia ada salah, gue pasti akan memaafkan dan memaklumi sikapnya Juhoon.

"Juhoon nggak ada salah sama bunda kok." Gue membalas pelukannya dan mengelus punggung kecil milik Juhoon. Badannya bergetar karena dia masih menangis dalam pelukan gue.

Telinga gue menangkap suara lain yang sedang menangis pelan. Suara isak tangisnya yang pelan tentu mendapatkan perhatian dari gue. Waktu gue menoleh ke sumber suaranya, gak lain pemilik suara tersebut adalah Doyoung.

Begitu melihatnya, Doyoung sedang berlinang air mata. Matanya terus-terusan mengeluarkan air mata, namun senyum manis dan hangatnya gak pernah sedetik pun meninggalkan wajahnya.

Doyoung menangis bahagia.

"Lila, makasih ya." Kata Doyoung sambil membawa gue dan Juhoon ke dalam pelukannya. "Makasih banget."

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now