62. To Make You Happy

7.5K 943 24
                                    

"Doyoung, kamu udah kirim undangan buat Sunhee sama Jaehyun?" Tanya gue ke Doyoung sambil merapikan baju-baju gue. Melipatnya dengan rapi dan memasukannya ke dalam koper.

"Udah, tenang."

"Oke."

Gue nanya ke Doyoung kalau dia udah atau belum ngasih undangan pernikahan gue dengan Doyoung di Bahamas ke Sunhee dan Jaehyun, karena dia sempat lupa memberikan undangan ke Kak Chanyeol. Kak Chanyeol tuh yang excited banget dengan acara pernikahan gue dengan Doyoung, kalau dia sampe gak dikasih undangannya, wah, gak tau gimana nanti jadinya.

"La, ini sepatu kamu masukin ke koper apa ke kardus?"

"Kardus aja."

"Kalau kebaret-baret gimana? Lumayan nih Louboutin, Jimmy Choo, dan heels kamu yang lainnya kalau kebaret. Sakit gak berdarah."

"Kalau gitu masukin dulu ke pouch-nya. Aku tiap beli sepatu selalu dikasih pouch-nya sama mereka."

"Dimana?"

"Laci sebelah kiri rak sepatu."

"Oke ketemu." Kemudian Doyoung memasukan heels-heels gue ke dalam semacam pouch untuk melindungi heels gue dari baretan. Kalau gue perhatikan, dia memasukan sepatu gue ke dalam pouch sesuai merknya. Padahal kata gue gak usah, karena nanti juga bakal dikeluarin lagi. Heels gue dimasukan ke dalam pouch kan biar gak kena goresan. Tapi karena udah terlanjur, ya udah gue biarin aja.

Di bulan yang udah memasuki musim semi ini, gue dibantu dengan Doyoung lagi membereskan barang-barang gue yang ada dirumah mama dan akan dipindahkan ke rumahnya Doyoung. Karena minggu depan, gue dan Doyoung udah akan menikah di Nassau, Bahamas. Begitu pulang dari Nassau, kita berpikir kalau males banget harus beres-beres habis nikahan. Mending beres-beresnya sebelum nikahan, ya gak?

Gue sedih banget sebenernya. Karena dengan gue menikah, gue otomatis akan mulai hidup gue dengan Doyoung dan tinggal di rumahnya. Dan artinya, gue akan meninggalkan mama hidup sendiri di rumahnya. Rumah ini, bukan lagi menjadi tempat gue akan berpulang nantinya. Karena gue udah punya rumah baru yang nantinya akan menjadi tempat pulang gue.

Yang gue maksud rumah disini, adalah orang. Bukan tempat. Doyoung dan Juhoon adalah sosok baru yang akan menjadi tempat gue berpulang. Dan mama, bukan tempat gue untuk berpulang lagi nantinya—karena gue udah punya kehidupan yang baru.

Sometimes, home is not a place. But a person.

Gue udah wanti-wanti mama untuk memperkerjakan seorang asisten rumah tangga. Tapi mama gak mau karena, apa yang mau asisten rumah tangganya kerjakan di rumah? Lalu gue mengusulkan untuk menyuruh nenek tinggal di rumah, biar mama gak sendirian banget. Lagian di Busan nenek juga tinggal sendirian. Kalau nenek tinggal disini kan seenggaknya mama dan nenek gak sendirian.

Bisa sih gue berkunjung ke rumah mama setiap hari karena rumahnya Doyoung dengan rumah mama kan dekeeet banget. Tinggal ngesot juga nyampe.

Akhirnya mama menghubungi nenek dan untungnya nenek mau. Jadi mama lagi menjemput nenek di Busan, sekalian pindahan ke Seoul. Rencananya, rumah nenek di Busan akan menjadi tempat semacam weekend getaway. Kalau pusing dengan kehidupan kota yang super sibuk kayak Seoul, nanti di akhir pekan berkunjung ke Busan untuk mengistirahatkan pikiran.

Gue menghabiskan waktu gue dengan mama—tinggal di bawah atap yang sama, nonton acara TV bareng, belanja bareng, dan masih banyak kegiatan yang gue lakukan dengan mama selama 27 tahun lamanya. Gue sedih karena harus meninggalkan mama, tapi yang namanya hidup terus berjalan ya... gue gak bisa menghindar dari takdir yang udah tertuliskan untuk gue. Gue gak bisa selamanya hidup sama mama. Karena... karena ya life goes on. Ada hal-hal yang suatu saat harus gue lepas untuk melanjutkan hidup gue.

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now