46. The Big Family?

8K 1.1K 19
                                    

Selimut yang udah menyelimuti tubuh gue, gue tendang-tendang ke udara. Gak, gue gak marah atau kesal. Justru yang ada sebaliknya, gue lagi seneng banget. Apalagi waktu tau kalau Doyoung cemburu karena gue memeluk Dowoon yang merupakan sahabat gue dari kecil. Ekspresi yang ada di wajahnya Doyoung tergambarkan dengan jelas. Waktu dia bilang dia gak suka gue dipeluk laki-laki lain yang bukan dirinya dan Juhoon, tatapan matanya lembut banget ke gue. Tapi disaat yang sama ada rasa kesal dan cemburu juga di matanya itu.

Dowoon pulang begitu mama sampai di rumah. Dia bilang ke gue untuk nungguin gue sampe mama pulang. Padahal gue udah biasa di rumah sendiri kalau mama lagi ada company business ke luar negeri. Tapi itu cuma akal-akalan Dowoon doang pengen dibawain makanan sama mama, dan bener aja, mama bawa banyak makanan untuk Dowoon dan gue.

"Aaaaa!" Gue berteriak ke bantal agar suara gue gak terdengar. Tapi perkiraan gue salah, gue kira suara gue gak akan terdengar. Karena mama mendengarnya, bahkan, sampai masuk ke dalam kamar gue.

"La, kamu kenapa teriak-teriak gitu? Gak stress kan?" Tanya mama heran melihat anak perempuannya bertindak kayak sekarang ini.

"Gak. Aku lagi seneng." Gue menjawab pertanyaan mama dengan senyum lebar yang merekah di wajah gue.

"Doyoung?" Tepat sasaran. Gue hanya mengangguk, dengan senyuman yang gak pudar-pudar. "Kenapa dia emangnya?" Tanya mama lagi dengan penasaran.

"Ya gitu deh." Saking senangnya, gue mengentakan kaki gue ke kasur berkali-kali, sampai membuat mama geleng-geleng kepala sendiri.

"Ya udah nikmatin masa-masa PDKT-nya." Mama juga akhirnya tersenyum melihat gue yang kegirangan ini. Kemudian mama keluar dari kamar gue, gak lupa menutup pintu, dan akhirnya hanya ada gue seorang di dalam kamar gue.

Gue mengecek handphone yang ada di atas nakas. Hanya sekadar berharap kalau Doyoung akan mengirim gue chat. Padahal sebelumnya gue gak pernah berharap kayak ini, tapi untuk hari ini, harapan gue ke Doyoung tinggi. Gue berharap Doyoung akan mengirim gue chat dan mengucapkan sekadar selamat malam atau selamat tidur. Yang penting, gue ingin Doyoung nge-chat gue.

Udah itu aja.

Tapi yang ditunggu gak kunjung datang, sampai akhirnya mata gue perlahan mulai terpejamkan. Gue mulai ngantuk menunggu Doyoung.

Ting

Mata gue yang sebelumnya udah 1 watt, langsung seger lagi begitu mendengar suara ada notifikasi yang baru masuk ke gue. Dengan cepat gue mengeceknya.

Tapi bukan Doyoung. Melainkan sms yang mengatakan kalau besok ada diskon besar-besaran di supermarket dekat rumah. Hhhhhhhhhh. Ya udah, kayaknya harapan gue malam ini gak akan tercapai dulu. Mungkin baru besok-besok tercapainya. Huuu ngarep aja sana ngarep sampe akhirnya gak pernah terjadi dan akhirnya kecewa sendiri. Hhhh gue.

Handphone gue, gue letakan kembali di atas nakas. Lalu bersiap untuk tidur. Lampu kecil pun udah gue matikan, dan keadaan di dalam kamar gue sekarang bener-bener gelap. Gue suka kegelapan.

Ting

Ah paling juga sms diskon lagi. Males gue, mending tidur aja.

Take me back to when we first started, seoro maju bogo seoisseodeon uri~

SIAPA YA INI MALEM-MALEM GINI NELFON.

Gue menarik nafas tanpa membuka mata dan mengambil handphone gue, tentu dengan meraba-raba di atas nakas untuk mendapatkan handphone gue. Lalu gue angkat.

"Halo?" Kata gue dengan juteknya. Males diganggu karena gue udah kepengen tidur dan bertemu Doyoung di alam mimpi.

"Kamu habis ngapain? Kenapa kayak yang kesel?"

Second Heartbeat | Kim Doyoungحيث تعيش القصص. اكتشف الآن