9. Good Night

8.6K 1.2K 85
                                    

"Ketemu besok ya Juhoon?" Kata gue sambil berlutut di depan Juhoon.

"Mau sama Tante Lila."

"Rumahnya Tante Lila kan disini. Juhoon pulang dulu sekarang. Besok kita kan bisa ketemu lagi. Oke?"

"Nggak mau." Jawabnya.

"Juhoon." Mulai lagi Doyoung.

"Juhoon nggak mau sama ayah." Disini ada mama, jadi Doyoung bisa sedikit mengendalikan emosinya. Mungkin takut malu. Kalau gini mending mama aja deh yang jadi pengasuhnya Juhoon, terus gue yang gantiin posisi mama di kerjaannya. Habis, kalau depan mama, Doyoung tuh kayak yang kalem orangnya. Padahal... *rolling eyes.*

"Juhoon. Pulang." Kata Doyoung lagi.

"Nggak mau."

"Juhoon." Tangan besar milik Doyoung mulai menggenggam tangan putranya — tapi menggenggamnya dengan paksa.

"Lepasih ayah!" Juhoon lagi-lagi mulai memberontak.

"Pulang sekarang."

"Nggak mau! Mau sama Tante Lila aja! LEPASIIIN!!!" Keliatan dari raut wajahnya Doyoung, dia udah berusaha menahan emosinya.

"Duh Doyoung, kalau Juhoon mau tidur disini nggak apa-apa. Gak ngerepotin juga kok!" Mama berusaha menengahi pertengkaran antara Doyoung dan Juhoon.

"Nggak tante, makasih. Nanti yang ada malah ngerepotin." Tangannya masih menggenggam tangan Juhoo dengan paksa. Pengen gue lepasin tuh genggamannya.

"Gak apa-apa. Lagian Lila juga gak keberatan juga kok, iya kan, La?" Mama menoleh ke gue.

"Iya nggak apa-apa kalau Juhoon mau nginep. Kasian di rumah dia kesepian." Di kompleks yang gue tinggali sekarang. Gak banyak anak kecil disini. Rata-rata anak-anaknya udah masuk SMP, SMA, dan kuliah. Jarang banget anak yang umurnya setara dengan Juhoon. Kasian dia kesepian.

Akhirnya Doyoung melepaskan genggamannya. Dengan cepat Juhoon berlari ke arah gue dan memeluk kaki gue, wajahnya dia sembunyikan, seolah-olah memberitahu kalau dia gak mau melihat ayahnya.

"Tapi Juhoon bawa baju dulu. Disini nggak ada baju Juhoon." Kata Doyoung.

Akhirnya kita bertiga berjalan menuju rumahnya Doyoung. Rumah kita deket banget sebenernya, gak sampe 5 menit jalan juga nyampe kok.

Begitu tiba di dalam rumahnya, gue dan Juhoon langsung naik ke lantai atas. Belum sampai di lantai atas, suara Doyoung udah menginterupsi duluan.

"Nanti langsung keluar aja, gak usah pamit." Katanya dari lantai bawah.

"Emang kamu mau kemana?"

"Kerja."

"Ke kantor?"

"Mikir dong Lila. Ini udah malem, ya kali saya ke kantor jam segini? Saya mau kerja di ruang kerja saya lah!" Ya biasa aja dong jawabnya!

"Ya yaudah, selamat kerja." Gue dan Juhoon kembali melangkah sampai akhirnya tiba di kamarnya Juhoon.

"Tante, Juhoon bawa berapa baju?" Tanyanya sambil membuka lemari pakaiannya.

"Bawa satu aja. Kan cuma nginep hari ini."

"Kalau Juhoon mau tidur selamanya di rumah Tante Lila boleh nggak?"

Gue tertawa mendengar pertanyaannya Juhoon, "nggak dibolehin sama ayahnya Juhoon."

"Kenapa nggak boleh? Ayah aja nggak sayang sama Juhoon."

"Nanti ayah sedih dong kalau Juhoon tidurnya di rumah Tante Lila terus?"

"Kenapa sedih? Ayah kan seringnya marahin Juhoon. Berarti nggak apa-apa kalau Juhoon pergi dari rumah juga. Kalau Juhoon nggak di rumah, kan ayah nggak usah marah-marah."

Second Heartbeat | Kim DoyoungOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz