45. Exception

7.5K 1.1K 52
                                    

Prang!

Begitu gue memasuki rumah dan mengunci pintu depan, ada suara barang yang jatuh—lebih tepatnya barang itu pecah. Otomatis kepala gue langsung menoleh kebelakang untuk mencari apakah di rumah gue ada orang atau gak.

Satu hal yang baru gue sadari. Mama gak ada di rumah karena mama tadi bilang ke gue kalau mama lagi makan malem sama temen-temen semasa kuliahnya. Berarti, siapa yang ada di dalem rumah? Siapa yang memecahkan barang?

Pintu depan gue buka kuncinya, lalu gue chat Doyoung dengan isi pesannya untuk cepat ke rumah gue dan membawa alat apapun yang ada di rumahnya karena di rumah gue ada orang lain selain gue. Doyoung juga tau kalau mama lagi ketemuan sama temen-temennya.

Kaki gue melangkah sangat pelan, berusaha gak menimbulkan suara yang disebabkan kalau gue melangkah di atas lantai berbahan kayu ini dengan langkah yang cepat. Gue memasuki dapur, dan ternyata kosong. Gak ada barang yang pecah juga. Setelah itu gue ke ruang tengah, tapi hasilnya juga nihil. Gak ada orang sama sekali. Akhirnya gue memutuskan untuk ke lantai atas. Karena pintu akses ke belakang, yaitu ke tempat laundry, tertutup rapat. Dan gak ada tanda-tanda kalau pintunya dibuka.

Akhirnya, gue pun menuju ke lantai dua. Tangan gue memegang tongkat bisbol yang gue temuka di dalam rak coat menggantung yang ada di dekat pintu depan.

Kaki gue menaiki anak tangga dengan pelan, pelaaan banget. Bahkan gue sendiri sampe gak bisa mendengar langkah kaki gue sendiri. Sesekali kepala gue mengintip dan melihat siapa tau ada bayangan orang yang ada di dalam rumah gue.

Dan ternyata...

Lampu kamar mandi menyala.

Gue dan mama mempunyai kebiasaan untuk mematikan lampu kamar mandi, setiap kita selesai menggunakan kamar mandi. Mama orangnya gak akan lupa untuk mematikan lampu. Kalau gue? Masih ada kemungkinan untuk lupa. Kemungkinannya besar malahan. Tapi kan gue baru pulang dari Jeju ini, ya kali mama gak mematikan lampu kamar mandi di lantai dua selama 3 hari berturut-turut? Nggak, nggak. Pasti ini ada orang di dalem rumah gue.

Genggaman tangan gue menggenggam tongkat bisbol semakin kuat, bersiap untuk menghajam orang—atau gue sebut pencuri? Ya, gue bersiap untuk menghajam pencuri yang masuk ke dalam rumah gue.

Siapapun dia pencurinya, dia pasti udah memiliki kemampuan yang tinggi. Karena, perumahan yang gue tempati dengan mama sekarang, termasuk ke dalam perumahan dengan sistem keamanan yang canggih, bahkan 11-12 dengan sistem keamanan di White House yang ada di Washington D.C. Dan dia yang bisa menerobos masuk rumah gue, gue akui dia pasti pintar dan udah banyak berlatih untuk menerobos sistem keamanan disini.

"Aw!" kata suara itu.

Laki-laki. Siap-siap, Lila.

Tubuh gue semakin mendekati pintu kamar mandi. Namun, begitu gue sampai di tembok yang berada di samping pintu, gak ada suara dari dalam kamar mandi lagi. Dia sebenernya lagi ngapain?

"HAAAA!" Teriak gue sambil mengarahkan tongkat bisbol ke laki-laki yang ternyata lagi duduk di atas lantai kamar mandi.

"AAAAA!!!" Balasnya. Kaget melihat gue yang tiba-tiba datang dan mengarahkan tongkat bisbol ke laki-laki ini dan bersiap untuk menghadangnya kapan pun.
"STOP STOP LILA!" Katanya lagi.

Dia tau nama gue?

"Ini Dowoon!" Dengan cepat dia melepas masker dan topi hitam yang menempel di wajahnya. Lalu menunjukan raut wajah yang takut dan kaget sekaligus. "Tuh ini gue!" Katanya setelah berhasil melepas masker dan topinya.

Gue lemas. Tongkat bisbol yang gue pegang langsung gue jatuhkan di sebelah gue.

"Lo ngapain pake masker sama topi di dalem rumah gue sih?!" Kata gue dengan nada yang masih panik.

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang