58. Something Serious

7K 949 57
                                    

"Kamu ngebisikin apa ke Juhoon?!" Tanya gue begitu kita dalam lift menuju lobi karena udah ada mobil yang menunggu gue dan Doyoung dan siap mengantar kita ke tempat makan malam gue dengan dia.

"Nanti aku kasih dia dedek bayi." Sambil nyengir.

"Boneka kan?"

"Beneran lah, dari kamu."

Gue langsung memukul lengannya berkali-kali. Ya iyalah, nikah aja belum—dia udah bilang ke Juhoon kalau dia mau ngasih Juhoon dedek bayi?

"Ampun ampun!" Doyoung mengatakannya sambil membentuk tameng menggunakan lengannya.

"Ngomong tuh dipikir-pikir dulu. Kalau dia nanyain nanti gimana? Terus ditagih?"

"Bilang aja... masih di perut kamu. Hehehe."

Dan ya, gue memukul Doyoung lagi karena ucapannya barusan.

Kota Paris di malam hari adalah waktu-waktu terfavorit gue kalau pergi ke Paris. Selain suasananya yang romantis, banyak pula orang yang bermain musik di setiap sudut kota. Orang yang berjalan di malam hari untuk menikmati indahnya Kota Paris juga nggak sedikit, banyak banget. Selain itu, kotanya yang tenang. Dalam artian, vibes yang gue dapatkan setiap kali berkunjung ke Paris, ya membawa gue dalam ketenangan. Kayak beda aja vibes-nya kalau dibandingkan gue pergi ke Italy.

Le Dali Restaurant. Doyoung membawa gue ke salah satu restoran hotel terbaik yang ada di Paris. Gue pernah mendengar Le Dali, tapi belum pernah mengunjunginya sekalipun. Gue lebih suka makan yang kayak di cafe pinggir jalan kalau gue berkunjung sendirian ke Paris.

Restoran dengan interior yang dreamy dan extravagant disaat yang bersamaan ini membawa gue seakan-akan gue sedang berada di jamannya King Louis XVI. Semua tentang restoran ini begitu cantik.

 Semua tentang restoran ini begitu cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bonsoir Monsieur et Madame. Have you made a reservation before?" Tanya hosting staff yang mengenakan pakaian setelan super rapi.

"Yes, I have made reservation before. The reservation is under Kim Doyoung."

"Wait for a second, Monsieur." Sambil mengecek list nama yang terdaftar di buku reservasi. "Right, this way please." Lalu menuntun gue dan Doyoung ke meja yang udah Doyoung pesan.

Gue baru sadar akan satu hal. Sedari tadi turun dari mobil, Doyoung terus mengenggam tangan gue. Jari-jari kita bertautan dan rasanya hangat saat tangan gue digenggam oleh Doyoung. Tubuhnya memancarkan energi panas di Kota Paris yang lagi dingin ini. Tentu Paris dingin, karena gue dan Doyoung ke Paris di bulan Januari, lagi dingin-dinginnya.

Ada yang beda makan malam kali ini. Kalau sebelumnya gue makan malam berdua dengan Doyoung saat gue dan dia belum resmi menjadi tunangan, sekarang, kita udah resmi tunangan. Rasanya gimana ya? Beda. Setiap harinya gue juga memperhatikan Doyoung kalau sifatnya setiap waktu lebih baik dari pada sebelumnya. Mungkin efek dia udah berdamai dengan masa lalunya juga.

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang