36. You Never Know If You Never Try

7.8K 1.1K 110
                                    

— Doyoung Point of View —

Dalam menjalani kehidupan, dan dalam pengalaman gue selama beberapa tahun terakhir ini, ada hal yang sekiranya gak usah di bilang ke orang-orang. Ada hal yang memang cukup kita sendiri aja yang tau, jangan ada orang kedua yang tau. Ada hal yang akan terus mengantui kemana pun kita pergi gak peduli seberapa besar kita berusaha untuk mengusirnya. Ada hal yang gak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Lila.

Perempuan yang gue anggap sebagai pengasuhnya Juhoon, tapi nyatanya sekarang gue tumbuh rasa dengan perempuan berumur 27 tahun itu.

Gak peduli seberapa galaknya gue, judesnya gue—dia bisa hadapi. Kalau gak salah, gue udah pernah bilang kalau Lila ini berani banget untuk membalas ucapan gue kalau lagi marah.

Dia aja bahkan berani berteriak ke gue waktu gue marah ke Juhoon dan Lila yang berhasil membuat gue jengkel di acara reunian, dimana di acara itu, Sunhee datang bersama dengan Jaehyun. Temen lama gue.

Gue udah berhasil move on dari Sunhee semenjak beberapa tahun yang lalu kok. Tapi, ketika gue mendengar namanya atau bahkan suaranya aja, hati gue sakit. Kalau ditanya kenapa, gue sendiri pun gak tau jawabannya kenapa. Gue gak punya jawaban saintifik dan yang masuk akal. Dan gue hanya bisa menjawab sesuai dengan preferensi gue, ya karena gue sakit aja. Nyesek rasanya.

Udah beberapa hari terakhir ini, gue gak banyak ngobrol dengan Lila setelah kejadian di malam gue mengantarnya pulang setelah kita selesai makan malam bersama.

Gue bahkan meminta bunda dan papa untuk nginep dirumah gue, karena, gue gak tau jadinya akan jadi seperti apa kalau di hari libur atau hari-hari gue gak ke kantor terus gue hanya bertiga dengan Lila dan Juhoon di rumah. Kebayang awkward-nya kan?

Selama beberapa hari ini pula gue menarik diri dari Lila. Kalau dia berusaha untuk membantu gue kayak mengambil sesuatu yang ada di rambut gue, dengan cepat gue akan berusaha menghindar dari sentuhannya.

Sentuhannya Lila itu, addictive. Bikin nagih. Dan gue takut kalau gue bakal ketagihan sama sentuhan tangannya yang lembut. Kulitnya Lila juga halus banget, kalau kulitnya menyentuh kulit gue, detak jantung gue mendadak langsung 999 detak per menit. Lebay banget gue, tapi ya gitu lah pokoknya.

Ketika Lila berusaha membuka topik pembicaraan dengan gue, gue hanya akan menanggapinya dengan singkat, padat, dan jelas. Karena gue gak bisa mendengar suaranya yang lembut dan keibuan itu untuk terus mengalun di telinga gue.

Dan ketika Lila berusaha untuk meraih gue, gue akan semakin menjauhkan diri gue darinya. Berada di dekatnya itu kayak magnet. Sekalinya lo deket sama dia, lo bakal ketagihan untuk terus-terusan berada di dekatnya. Gue gak mau dia menarik gue sampai sedekat itu dan lalu dia pergi tiba-tiba.

"Doy." Panggil bunda begitu memasuki ruang kerja gue dan menyapa gue yang sedang sibuk dengan banyaknya lembaran kertas yang ada di hadapan gue.

"Ya bun?" Balas gue sambil menatapnya.

Bunda berdiri di ambang pintu sambil menyandarkan sebelah tubuhnya pada dinding pintu. Menatap gue dengan penuh rasa heran dan keingintahuan, namun bunda gak mau menanyakannya ke gue perihal hal apa yang menganggu pikirannya itu.

"Makan malem yuk? Bunda sama Lila masak loh."

Mendengar nama Lila dipanggil, gue langsung kembali fokus ke kertas-kertas yang ada di hadapan gue.

"Nanti Doy makan sendiri aja bun, masih banyak kerjaan yang belum beres." Ucap gue.

Bunda memasuki ruang kerja gue lalu menutup pintu di belakangnya. Bunda berjalan hingga akhirnya duduk di kursi yang ada di seberang gue.

Second Heartbeat | Kim DoyoungWhere stories live. Discover now