BAB 8

188K 17.6K 1.2K
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 🤗

Jangan lupa vote and koment...

****

Jadi perempuan itu jangan jutek. Seharusnya lembut dan ucapannya penuh kasih dan sayang. Apalagi kalau sudah jadi ibu dari anak-anak saya.
-
-

Ponsel Afiqah berdering, ia mengalihkan pandangannya dari Arsena. Tertera nama Andreas disana, tanpa ragu Afiqah mengangkat panggilan tersebut. Hal itu tak lepas dari perhatian Arsena. Pria itu tanpa sadar melempar batu kecil ke sungai mendengar setiap perkataan gadis itu.

"Aku di telaga biru." Ujar Afiqah disaat Andreas menanyakan keberadaannya. Ia hanya bisa meringis disaat Andreas melontarkan perkataan kasar. Mungkin pria itu moodnya sedang buruk.

"Baiklah aku tunggu kamu disini."

"Aku enggak sendirian kok disini. Aku sama pak polisi yang tadi pagi." Setelah Andreas mengakhiri panggilannya, Afiqah menutup ponselnya. Ia jongkok di samping Arsena menghadap telaga.

"Sudah selesai telponnya?" Tanya Arsena.

"Sudah." Jawab Afiqah pendek. Ia mendelik menatap Arsena marah. Gara-gara pria itu membawanya kesini Andreas jadi marah padanya.

"Jadi perempuan itu jangan jutek. Seharusnya lembut dan ucapannya penuh kasih dan sayang. Apalagi kalau sudah jadi ibu dari anak-anak saya." Sindir Arsena yang sedari tadi merasakan hawa permusuhan dari Afiqah.

"Biarin! Sayakan ceritanya lagi marah sama bapak. Lagian saya juga ngak mau jadi istri bapak!!!"

Arsena terkekeh mendengar itu. Ia menggelengkan kepalanya merasa aneh dengan sikap Afiqah yang sangat ekspresif. Gadis itu mudah sekali di tebak. Bahasa tubuhnya menjelaskan suasana hatinya yang tidak dapat dengan mudah menutupi apa yang Afiqah rasakan.

"Bapak kenapa ketawa? Emang ada yang lucu?"

"Kamu."

"Apa?"

"Kamu lucu sekali. Apapun yang kamu lakukan bisa membuat saya bahagia."

"Gombal... Bapak sekarang mulai melantur ya..."

"Saya serius Afiqah..."

"Bohong." Arsena menghela napas. Susah juga bicara dengan anak kecil. Tangannya bergerak ke dalam air lalu melempari ke arah Afiqah.

"Ih bapak apaan sih basahkan baju saya." Afiqah bangkit sambil mengomel disaat Arsena menyipratinya dengan air telaga. Arsena tertawa senang, tangannya semakin aktif menyiram ke arah gadis itu.

"Pak stop berhenti!!!"

"Tidak mau."

Afiqah kesal, ia tidak sadar jika kakinya sudah masuk ke dalam tepi telaga. Ia ikut menyiram Arsena sampai seragam kebangsaan pria itu basah.

"Hahahaha..." Tawa Afiqah menggelegar melihat raut wajah kesal milik Arsena.

"Rasakan ini... Rasakan..."

Arsena tidak mau kalah. Ia ikut turun ke dalam air. Mereka saling menyiram satu sama lain tidak mempedulikan baju mereka yang sudah basah kuyup. Hingga sebuah suara menghentikan keduanya. Mereka terdiam menatap satu sama lain menyadari jika mereka terlalu asik bermain.

"Kamu baik-baik sajakan sayang." Ujar Andreas khawatir melihat baju Afiqah yang basah semua. Ia agak sedikit tidak suka melihat keakraban Afiqah dengan polisi itu. Sedang Arsena mendecih mendengar itu. Masih kecil saja sudah sayang-sayangan.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Where stories live. Discover now