Bab 65

88.8K 6.4K 258
                                    

Arsena makan dengan lahap bersama Afiqah.

"Gimana enak masakan mas?" Hari ini Arsena memasak ayam rica-rica.

"Masakan mas selalu enak beda kalau Afi yang masak." Afiqah yang tadi semangat menjadi lesu. Padahal ia sudah berjuang keras belajar masak tetap saja tidak bisa mengalahkan masakan Arsena. Bumbu dan cara memasaknya juga sama seperti yang di ajarkan Arsena tapi tetap saja hasilnya berbeda.

"Sabar sayang semua butuh proses, mas yakin nanti masakan kamu bisa lebih enak dari punya mas."
Suara ketukan pintu membuat mereka berhenti sejenak.

"Sepertinya ada tamu mas?"

"Sebentar mas yang akan bukakan." Arsena bangkit dari kursi menuju pintu utama. Ketika ia meraih gagang pintu ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang. Kali ini bukan Pangeran melainkan Putri. Ada apa gadis itu kesini? Bukannya dia di Jakarta.

"Loh kok kamu disini?"

"Pangeran bikin masalah lagi. Dia berantem di sekolah dan hampir bunuh anak orang. Jadi mama sama papa harus kesini dan aku juga ikut. Dirumah papa lagi marah jadi kata mama suruh nginep di rumah mas Sena untuk sementara." Arsena hanya menggelengkan kepala. Ia tidak tahu menahu soal itu. Pantas saja ia jarang bertemu Pangeran akhir-akhir ini. Ia juga tak habis pikir dengan kakaknya sebenarnya Pangeran dan Putri itu anaknya siapa kenapa harus selalu dititipkan kepadanya.

"Cerita di dalam saja. Kebetulan mas juga masak jadi sekalian makan."

"Kamu sendiri, Pangeran mana?"

"Lagi markirin motor." Arsena mengangguk tepat saat itu sosok yang tengah di bicarakan muncul. Bisa dikatakan wajah Pangeran hancur penuh dengan luka. Dasar anak muda suka sekali baku hantam.

Kemudian Pangeran langsung menyelonong masuk tanpa di suruh Arsena.

"Dasar anak tidak tahu sopan santun." Arsena hanya bisa menghela napas sabar.

Mereka duduk di meja makan bergabung untuk makan. Afiqah yang melihat ke dua anak itu langsung di sambut dengan antusias bahkan membantu mengambilkan makan.

"Mas Ahwan dan mbak Sheila mana?" Tanya Afiqah.

"Lagi ngurus berkas kepindahan Putri. Mama sama papa juga akan tinggal disini lagi. Kebetulan Kakek juga minta papa pindah. Katanya takut mati sebelum bisa melihat anak-anaknya." Arsena menggelengkan kepalanya. Itu mah akal-akalan papanya saja agar anak-anaknya kembali tinggal di solo. Bahkan ia saja sampai dipindahkan ke kantor yang di Surakarta dan tidak akan bekerja di Sukoharjo lagi, berkat papanya yang membujuk mertuanya.

"Loh kamu mau pindah juga." Afiqah menatap Putri bingung.

"Iya sekalian mau jagain Pangeran biar nggak tambah brutal."

"Emang pangeran kenapa?"

"Dia berantem di sekolah dan hampir aja mau bunuh orang itu. Padahal dulu di Jakarta nggak segitunya. Makannya papa marah terus memutuskan untuk pindah kesini agar bisa memantau Pangeran." Pangeran obyek yang di bicarakan hanya diam saja. Ia lebih memilih sibuk memakan masakan omnya itu.

"Kamu kenapa bisa berantem?" Arsena angkat bicara. Ia penasaran apa yang membuat keponakannya ini brutal seperti itu. Ia jadi ingat dirinya dulu. Pangeran itu seperti kopian dirinya. Dibanding ayahnya Ahwan yang kalem dan berprestasi.

Awalnya Pangeran diam enggan menjawab namun tatapan Arsena yang begitu menusuk membuat pria itu mau bicara.

"Pangeran hanya membela teman Pangeran." Semua orang diam menunggu kelanjutan cerita.

"Namanya Kalila dia berniat baik memberikan Rio minuman. Tapi pria itu malah mengguyur Kalila dengan minuman itu. Padahal Kalila sangat menyukai Rio. Brengsek memang pria itu!"

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Where stories live. Discover now