BAB 47

102K 7.9K 181
                                    

Yuk sebutkan kota Kalian 🤗 

love dulu buat part ini

Dari pada kamu mencari hal yang bisa membuat kamu bahagia, lebih baik kamu mencari seseorang yang tidak bisa bahagia tanpa kamu.
-
-

Afiqah mengerutkan kening membaca pemberitahuan di Instagram. Setelah selesai mengisi baterai, ia langsung mengecek salah satu media sosialnya itu. Banyak sekali coment yang memberinya selamat. Keningnya berkerut melihat fotonya hilang semua yang tersisa hanya fotonya dengan Arsena. Sejak kapan ia meng-upload foto ini? Dan semua DM yang belum ia sempat balas sudah tidak ada. Pasti sudah di hapus.

Afiqah menghela napas pasti ini kerjaan suaminya itu. Ia meletakan ponselnya di meja. Kemudian menunggu suaminya keluar dari kamar mandi. Tepat saat itu Arsena keluar dengan kaos pendek dan celana selutut. Pria itu menatap Afiqah aneh.

"Ada apa dek?" Tanya Arsena. Jika mereka berhadapan seperti ini, Afiqah terlihat sangat mungil karena tingginya hanya mencapai bahunya.

"Mas bajak Instagram Afi kan?" Tanya Afi dengan mata mendelik tajam. Arsena tersenyum kecil seperti tersangka yang ketahuan perbuatannya.

"Hehehe."

"Mas Arse jahat. Afi benci sama mas Arse ngak izin sama Afiqah." Arsena berusaha untuk tersenyum menanggapinya. Ia tidak marah dengan perkataan Afiqah. Justru ia senang. Memang Arsena itu aneh. Dengan sigap Arsena menangkup tangan Afiqah, tapi gadis itu menolak.

"Ngak boleh pegang-pegang." Tepis Afiqah.

"Ngak lucu ya mas, Afiqah lagi marah tahu." Ujar Afiqah melihat senyum Arsena yang mengembang.

"Habis kamu cantik kalau lagi gitu." Mendengar itu Afiqah mendelik, perkataan Arsena hampir membuatnya luluh.

"Afi benci sama mas Arse."

"Mas seneng kok di benci kamu, itu artinya Mas selalu ada di pikiran kamu." Ujar Arsena sambil menaruh kepalanya di bahu gadis itu. Ia sampai harus menunduk melakukan itu. Ternyata istrinya itu pendek sekali.

Afiqah menelan ludah mendengar itu. Apalagi tangan Arsena entah sejak kapan sudah memeluk perutnya erat. Jantungnya berdebar sangat kencang, rasanya ingin meledak jika di posisi seperti ini. Menantang Arsena ternyata adalah hal yang salah. Bukannya ia yang menang tapi ia malah kalah telak dengan ke-bucinan milik Arsena.

"Mas lakukan itu agar kamu tidak mencari kebahagiaan lain di luar."

"Afi cuma main Instagram cuma nambah temen aja. Happy-happy aja mas." Ucap Afiqah mencari pembelaan. Maklum ia senang main di Instagram punya kenalan baru dan punya pengikut serta fotonya banyak yang suka. Ia tidak suka, apalagi banyak sekali laki-laki yang mendekati Afiqah.

"Dari pada kamu mencari hal yang bisa membuat kamu bahagia lebih baik kamu cari seseorang yang tidak bisa bahagia tanpa kamu. Seperti mas yang ngak bisa bahagia tanpa ada kamu di sisi, itulah alasan kenapa mas akan terus membuat kamu nyaman di samping mas. Karena mas tidak bisa bahagia tanpa kamu."

"Jadi cukup cari mas saja, jangan cari yang lain." Afiqah merona mendengar itu. Dalam batinnya ia sebal dengan hatinya yang mudah luluh dengan Arsena.

Arsena mencoba menasehati Afiqah dengan lembut agar tidak keluar batas dari dunia Maya. Ia tidak ingin gadisnya terlena dengan dunia tersebut dan tersesat dalam kenikmatan sementara. Pria itu membalikkan Afiqah lalu mendudukkan gadis itu di meja makan. Mereka saling menatap satu sama lain.

"Masih marah sama mas?" Tanya arsena.

"Kalau ngak marah berarti mas boleh ciumkan?" Tanpa meminta jawaban Afiqah, pria itu memajukan wajahnya ke wajah Afiqah. Bibir gadis itu melambai-lambai minta di cium sejak tadi. Tapi dengan sigap Afiqah menahannya.

"Kenapa?" Tanya Arsena dengan wajah memelas ia sudah sangat ingin mencium bibir merah merona itu yang sudah menggodanya sejak tadi. Ia menahan gairahnya.

"Mas Arse Lagi puasa nanti kebablasan." Afiqah memperingatkan karena ia yakin pria itu pasti tidak akan bisa menahannya apalagi melihat kilatan gairah di mata pria itu.

"Astaghfirullah." Sebut Arsena.

Arsena mendongak apa yang dikatakan Afiqah benar masih pukul empat sore. Ia hampir saja lupa kalau sedang puasa. Arsena menahan napas kemudian mengeluarkannya kembali. Lalu mengucapkan istighfar berulangkali. Untung saja gadis itu mengingatkannya. Andai saja tidak mereka pasti akan berakhir di kamar.

"Masih sore ternyata, yasudah lanjut nanti malam saja." Arsena membatu Afiqah turun dari meja. Pria itu mengelus kepala Afiqah yang tertutupi kerudung.

"Dek kamu boleh kok pakai ponsel mas 24 jam tanpa izin." Afiqah bingung mendengar itu.

"Kamu juga boleh membalas semua pesan atau panggilan masuk di ponsel mas, mau main medsos mas juga gak papa. Mas percaya sama kamu dek untuk menggenggam privasi saya, karena bagi mas cinta tidak akan lengkap tanpa setia." Ucapan Arsena menohok hati Afiqah, karena tadi di awal Afiqah menyudutkan Arsena yang membajak ponselnya tanpa izin. Ia jadi merasa bersalah karena tidak mempercayai pria itu. Padahal Arsena begitu memegang komitmen untuk mencintainya. Pria itu memiliki cara tersendiri untuk menasehatinya bukan dengan kata-kata kasar, keras atau menyalahkan tapi dengan cinta.

"Maaf..." Arsena tersenyum lalu menepuk kepala Afiqah membawa gadis itu ke dekapannya.

"Tidak apa-apa, sekarang temani mas cari makan buat berbuka ya." Afiqah mengangguk, ia jadi tambah bersalah karena tidak bisa melayani Arsena untuk menghidangkan makanan berbuka puasa. Biasanya mereka akan memasak bersama lebih tepatnya Arsena-lah yang memasak dia hanya menuruti apa yang pria itu perintahkan.

Ia benar-benar merasa beruntung memiliki Arsena. Ia tidak ingin kehilangan Arsena bagaimanapun caranya. Ia jadi ingat berita yang Dhea tunjukan di sekolah tadi. Namun dienyahkan itu tidak mungkin itu terjadi. Itu hanyalah ketakutannya saja. Ia tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan Arsena, ia tidak ingin itu.

"Afi sayang mas Arse, Afi ngak mau kehilangan mas." Gumam Afi tanpa sadar. Arsena terdiam mendengar itu, ia menunduk sedikit mensejajarkan dengan tinggi Afiqah. Ia tersenyum manis pada gadis itu.

"Mas juga tidak ingin kehilangan kamu dan anak kita. Jadi tidak perlu khawatir merasa kehilangan kita hanya perlu saling mendoakan dan ikhlas bahwa apa yang kita genggam saat ini adalah titipan Allah karena dialah yang memiliki kita, bagi mas kalian adalah titipan terindah yang pernah ada di hidup mas." Arsena memeluk Afiqah erat. Rasanya bahagia sekali mengatakan itu. Cinta itu titipan dan kita sebagai hamba hanya bisa taat, sedalam apapun cinta kita terhadap mahluk tidak akan bisa menandingi sang kuasa karena ia baru sadar bahwa dia adalah titipan dari Allah untuk menjaga Afiqah. Yang pasti akan berpulang ke dalam dekapan Tuhan entah kapan dan Arsena tidak bisa mengingkari itu.

Gadis itu merapatkan dekapannya tanpa sadar seakan takut kehilangan. Lalu mereka berjalan berdampingan bersama Arsena menuju mobil untuk mencari makanan untuk berbuka sekaligus makan malam.

****

GIMANA PART INI??

SPAM KOMEN NEXT DI SINI YAAA


Terimakasih temen-temen mau dukung cerita ini love youuuuuuuuuu 😘
Jangan lupa vote and coment...
Follow Instagram @wgulla_

Mau lanjut banyakin Coment and Vote yakk...

Besok author update lagi kalau banyak yang minat..

Stop atau lanjut?

Selamat tidur :)

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Where stories live. Discover now