BAB 14

164K 14.2K 1K
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 🤗

****

Sabar itu luas tidak ada batasnya, ia tidak akan muat jika di tempatkan di dalam hati yang sempit. Hanya orang berhati lapang yang mampu membawa kesabaran itu ke dalam hatinya.

***

Afiqah mengirim pesan kepada Andreas mengatakan jika ia tidak masuk sekolah karena sakit. Ia takut Andreas khawatir padanya, ia juga menyuruh Andreas untuk tidak menjenguknya dengan alasan ada orangtuanya. Karena yang Andreas tahu selama ini ia tinggal dengan kakak sepupunya. Ia belum berani mengatakan yang sebenarnya pada laki-laki itu.

Demamnya kemarin belum sembuh, saat ini ia berada di dalam mobil ditemani Arsena. Pria itu tidak masuk kerja hanya untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Padahal tadi ia sudah memaksa untuk meninggalkannya. Tapi omongannya hanya dianggap angin lalu.

"Kamu chat sama siapa, senyum-senyum begitu?" Tanya Arsena sambil melajukan mobilnya di jalan raya. Mereka baru saja selesai periksa di rumah sakit. Untung saja ia hanya demam biasa dan HBnya juga tidak rendah. Ia tidak bisa membayangkan jika ia harus melakukan rawat inap.

Afiqah diam tidak menjawab. Ia hanya tersenyum kemudian menyembunyikan ponselnya ke dalam tas biru selempang kecil miliknya. Saat itulah matanya tidak sengaja menangkap sosok tubuh tegap yang mirip dengan Andreas yang masih berbalut seragam putih abu-abu memasuki sebuah gedung sekolah yang sudah tidak di pakai.

Seketika wajah Afiqah menjadi cemas. Ia jadi berpikiran negatif, dan meyakini jika sosok itu benar Andreas, kekasihnya. Apa yang laki-laki itu lakukan di jam sekolah? Seharusnya Andreas belajar bukan membolos. Ingin sekali ia menghentikan mobil ini dan menyusul Andreas ke dalam sekolah. Hati Afiqah dipenuhi banyak pertanyaan. Padahal tadi Andreas mengatakan padanya di pesan bahwa dia sedang berada di sekolah.

"Kamu kenapa terlihat khawatir seperti itu?" Tanya Arsena melihat wajah Afiqah.

"Ngak kok pak." Arsena mengernyit mendengar panggilan Afiqah yang kembali memanggilnya pak. Namun suara ponsel di saku Arsena membuat perhatian Arsena berpaling. Keningnya berkerut melihat nama salah satu rekan kerjanya. Dengan sigap ia mengangkat panggilan itu sambil memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.  Setelah selesai bicara, Arsena menutup panggilannya.

"Bapak yakin tidak mau ke kantor?" Tanya Afiqah melihat wajah panik Arsena.

"Tidak usah, saya khawatir jika kamu sendirian." Arsena sudah izin tidak masuk hari ini.

"Tidak apa-apa pak. Afiqah sudah baikan. Coba lihat sekarang Afiqah sudah bisa tersenyum lagi." Ujar Afiqah berusaha meyakinkan Arsena. Senyumnya mengembang dengan manis seiring dengan wajah cantiknya. Tentu saja hal itu membuat Arsena luluh.

"Baiklah, tapi janji kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi saya." Afiqah mengangguk dengan cepat. Melihat itu tangan Arsena dengan gemas mengelus kepala Afiqah. Arsena kembali melajukan mobilnya.

Setelah sampai di rumah Afiqah langsung menghubungi Andreas. Sebenarnya tadi alibi saja untuk mengelabui Arsena. Karena dipikirannya di penuhi apa yang Andreas perbuat di luar sana. Kenapa laki-laki itu membohonginya?

"Kamu dimana?" Tanya Afiqah.

"Disekolah dong."

"Bohong, tadi Afi liat kamu di SMA 5 Sukoharjo." Afiqah menyebut nama sekolah yang sudah tutup itu. Terdengar helaan napas disana.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang