BAB 22

169K 14.5K 590
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Plis guys komen saama vote, jangan pelit-pelit lah nanti kuburannya sempit.

****

Dan Sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis (An-Najm ayat 43)

Dunia ini bagaikan dua sisi mata uang. Ketika ada yang bahagia maka Allah akan menghendaki ada yang terluka.
-
-

Afiqah bersiap untuk pulang. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Arsena. Banyak sekali hal yang ia ingin lakukan dengan Arsena. Tanpa sadar senyum Afiqah mengembang. Hal itu tak luput dari pengamatan Dhea.

"Kamu kenapa Afi senyum-senyum sendiri?" Tanya Dhea merasa aneh dengan tingkah Afiqah dari tadi. Padahal gadis itu baru saja di hukum. Tapi anehnya dia malah terlihat bahagia. Kalau dia jadi Afiqah tidak akan mungkin bisa mengembangkan senyum semanis itu gara-gara lari sepuluh kali di lapangan.

"Seneng aja akhirnya kita bisa cepet-cepet pulang."

"Bukannya setiap hari kita juga pulang jam segini ya." Balas Dhea merasa aneh dengan ucapan Afiqah. Tapi hanya kekehan yang keluar dari mulut gadis itu.

"Dasar gila!" Afiqah tidak menanggapi serius ucapan Dhea. Dia malah keluar dari kelas secepat mungkin. Pasti Arsena sudah menunggunya di depan gerbanga. Ia sudah tidak sabar akan hal itu. Jantungnya berdebar-debar seiring dengan langkah kakinya.

Seperti dugaannya pria yang ia nanti sudah menunggu di sana. Arsena duduk di atas motor patroli polisi lengkap dengan seragam ke banggaannya. Namun yang membuat Afiqah kesal, pria itu terlihat sangat keren hingga semua mata perempuan memandang Arsena. Afiqah berdecak kesal melihat beberapa anak yang dengan santai tanpa tahu malu memfoto suaminya sambil membicarakannya.

Afiqah baru saja berbalik namun sebuah suara menghentikan langkahnya. "Nyonya Anggara Putra, pesanan ojeknya disini." Teriakan itu membuat Afiqah semakin sebal. Apa-apaan mengaku sebagai ojek. Bilang saja pria itu tidak ingin orang-orang tahu kalau sudah taken. Afiqah menghiraukan itu. Ia lebih memilih berjalan kaki dari pada menghampiri Arsena. Ia sudah terlanjur kesal.

Arsena menyalakan mesin motor dan menghampiri gadisnya. Ia merasa ada yang aneh dengan Afiqah. Tiba-tiba gadis itu menjadi murung. Enggan menatap dirinya bahkan berniat meninggalkannya.

"Dek... kamu kenapa?" Tanya Arsena menjalankan motornya pelan menyamai langkah Afiqah.

Afiqah enggan menyambut ucapan itu. Gadis itu lebih memilih untuk berjalan lebih cepat. Arsena menghela napas, apa ada yang salah dengan perkataannya tadi? Apa ia melakukan kesalahan? Rasanya ia tidak bisa memahami gadis itu.

Arsena memarkirkan motornya di pinggir jalan. Agar ia bisa leluasa mengejar gadis itu. Ia sudah tidak peduli jika motornya hilang. Lagipula hanya orang bodoh saja dan nyari mati mau mencuri motornya. Karena Arsena akan menghabisi siapapun yang berani melakukan itu. Arsena berlari mengejar Afiqah, lalu menarik tangan gadis itu.

"Ih lepas mas.. apaan sih pegang-pegang." Elak Afiqah untung saja mereka sudah agak jauh dari sekolah. Tadi Afiqah masuk ke sebuah gank yang menuju tempat markas Andreas. Ia juga tidak tahu kenapa langkahnya menuju kesana.

"Kamu marah ya sama saya? Maaf..." Afiqah menghela napas mendengar itu.

"Udah tahu masih aja nanya."

"Kamu kesal gara-gara saya panggil nyonya anggara putra." Afiqah menahan kesal ketika Arsena tidak mengerti di mana letak kesalahannya. Yang dipermasalahkan disini adalah pria itu tampil keren di depan orang-orang. Afiqah baru menyadari jika saat ini ia sedang cemburu. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. Untuk apa ia harus cemburu? Apakah ini tanda ia mulai mencintai pria itu?

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Where stories live. Discover now