BAB 46

106K 7.9K 141
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Hal yang paling menakutkan di hidupku adalah tidak bisa di sisimu lagi.
-
-

Afiqah sedang duduk berdua dengan Dhea. Baru saja mereka selesai kelas fisika yang membahas soal SBMPTN untuk masuk perguruan tinggi. Maklum sekolahnya ingin murid-muridnya di terima di sekolah tinggi negeri favorit. Ini adalah program khusus dari sekolah untuk membantu siswa-siswanya lanjut kuliah di perguruan tinggi. Maka tak jarang banyak sekali murid dari SMA Sukoharjo ini masuk di PTN favorit mulai dari UI, IPB, UB dan lain-lainnya. Saat ini mereka sedang istirahat di kantin sambil makan siang.

"Fi liat deh berita ada polisi sama massa yang meninggal gara-gara demo di gedung DPR RI." Mendengar itu Afiqah langsung mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Baru saja ia ingin mengecek instagramnya karena banyak sekali pemberitahuan yang keluar. Nanti saja ketika sampai di rumah kebetulan juga baterai ponselnya lowbat jadi ia tidak bisa memainkan ponselnya.

Afiqah tak kuasa melihat itu. Apakah Arsana pernah mengalami hal itu? Apalagi sekarang lagi zaman-zamannya demo. Ia jadi takut jika terjadi sesuatu pada Arsena suaminya. Karena suaminya itu pasti juga akan mengalami hal itu. Maklum lagi tahun pemilu jadi banyak kericuhan. Mulai dari demo buruh, mahasiswa, organisasi islam, guru, dan lain-lainnya yang menuntut kebijakan kepada pemerintah.

"Semoga suami kamu tugasnya ngak kayak gitu ya. Kasihan anak kalian nanti." Ucapan itu menghantui Afiqah.

Ia jadi tidak ingin Arsena berada di kepolisian. Ia takut kehilangan Arsena. Tanpa sadar Afiqah mengelus perutnya yang masih rata itu. Ia berusaha menenangkan dirinya ayahnya juga seorang polisi dan buktinya masih hidup.

****

Disepanjang perjalanan Afiqah hanya diam. Tangannya memeluk erat boneka serigala yang waktu itu Arsena belikan. Hanya ada suara radio di sana. Bahkan gadis itu enggan bersuara sama sekali. Padahal Afiqah selalu aktif berbicara atau bertanya hingga membuat Arsena kewalahan.

"Kamu kenapa dek kok diem aja?" Tanya Arsena sambil menyetir. Akhir-akhir ini ia lebih sering menggunakan mobil dari pada motor agar Afiqah lebih nyaman tentunya. Untung saja ketika mereka menikah ia langsung berinisiatif untuk membeli mobil.

"Ngak ada apa-apa." Jawab Afiqah berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Ia tidak ingin Arsena tahu.

"Bohong kamu dek, jangan bohong sama mas." Afiqah menghela napas. Kemudian matanya berkaca-kaca menatap Arsena. Ternyata Arsena peka sekali terhadap perasaannya.

"Afi takut." Ucap Afiqah pada akhirnya.

"Kamu takut kenapa?"

"Hiks...hiks..hiks.." mendengar suara tangisan Arsena menghentikan mobilnya memarkirkan di pinggir jalan agar tidak menganggu konsentrasinya menyetir.

"Kamu kenapa dek? Apa yang kamu takutkan?" Arsena membawa gadis itu ke dalam dekapannya.

"Afi takut kehilangan mas Arse." Arsena diam sejenak sibuk mencerna. Kemudian dia tertawa mendengar itu.

"Hahahahah." Afiqah kesal melihat reaksi Arsena.

"Mas Arse jahat.. malah ketawain Afi."

"Habis kamu ngelantur sih dek. Mas Arse ngak akan pergi kemana-mana kok. Mas akan selalu ada disisi kamu."

"Tapi Afi takut..." Ujar Afiqah sambil melepaskan pelukan Arsena matanya menatap ke samping jendela.

"Coba cerita sama mas, apa yang kamu takutkan?" Tanya Arsena sekali lagi merasa aneh dengan sikap istrinya hari ini.

"Afi takut mas ngak ada. Tadi Afi liat berita polisi meninggal karena demo." Ucapan itu membuat jantung Arsena berdebar. Ia jadi teringat perkataan bundanya -Reyna- tentang pamannya yang pernah meninggal karena kericuhan demonstrasi.

Arsena menelan ludah, andai saja Afiqah tahu kisah ini, pasti gadis ini akan berpikir macam-macam. Semoga saja ibunya tidak pernah menceritakan hal ini pada Afiqah. Ibunya saja sampai memintanya untuk keluar dari profesinya apalagi Afiqah yang masih labil di tambah lagi hamil. Tapi ia Juga sedikit takut. Mengingat tahun ini tahun demo yang bahkan hampir menyerupai tahun reformasi 1998. Bisa saja apa yang dikatakan Afiqah benar. Karena dia tadi juga baru saja ikut menjaga jalannya demo di DPRD Surakarta. Dan ada beberapa mahasiswa dan temannya polisi yang terluka bahkan sampai kepalanya bocor. Sebenarnya disini yang salah bukan mahasiswa atau polisi tapi penyelinap demo. Orang-orang tidak pernah tahu jika ada orang atau preman yang di bayar untuk membuat kekacauan di demo. Kadang Arsena hanya menyayangkan hal ini, netizen sibuk berbicara negatif tentang polisi dan massa demo tapi mereka tidak pernah tahu bahwa dalang keributan adalah bukan mereka.

"Kamu tenang sayang. Mas janji ngak akan ninggalin kamu." Ucap Arsena menenangkan. Ia harus tenang, walau hatinya sedikit resah. Apakah ia keluar saja jadi polisi? Mengingat sang ayah dan kakak ingin dia mengelola sebagain perusahaan keluarga Anggara.

"Janji ya mas. Mas Arse harus jadi kayak serigala yang kuat dan ngak akan pernah ninggalin pasangan hidupnya." Afiqah menggenggam tangan Arsena erat menautkannya seakan takut kehilangan.

"Jadi arti boneka jelek itu seperti itu." Ucap Arsena terkekeh sambil melihat boneka itu. Ada rasa iri karena Afiqah memeluknya sepanjang jalan. Padahal ia lebih hangat untuk di peluk dari pada boneka itu.

"Ini imut ya mas Arse. Makannya nonton film werewolf (Manusia serigala)" protes Afiqah karena tidak terima bonekanya di bilang jelek.

"Nanti kita nonton bareng ya? Biar mas bisa kuat dan selalu disisi kamu seperti serigala." Arsena terkekeh tahu akan hal itu.

"Afi sebel sama Mas Arse." Afiqah berdecak sebal.

Kemudian berbalik menatap sisi jendela. Ia kesal karena Arsena tidak tersipu sepertinya yang sering di gombalin pria itu. Diakan juga mau kayak Arsena yang suka gombal. Tapi kok ngak mempan. Apa suaminya itu ngak suka serigala? Padahalkan serigala di film-film yang ia tonton ganteng, keren, kuat dan setia. Afiqah tambah cemberut bahkan dia sudah lupa akan rasa takutnya karena berita tadi. Karena reaksi Arsena yang biasa saja tahu arti dari serigala ini.

Arsena sudah mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaraannya. Semenjak percakapan tadi. Ada yang mengganjal di hati Arsena. Ia jadi mempertimbangkan profesinya saat ini. Ia hanya takut jika ia tidak bisa di sisi Afiqah dan melihat wanita itu melahirkan anaknya.

Haruskah ia keluar dari profesinya hanya karena rasa takut tidak masuk akal ini? Mungkin karena kehamilan Afiqah jadi rasa khawatir itu timbul. Mungkin karena ini pertama kalinya ia merasakan memiliki keluarga kecil sesungguhnya. Hingga ia merasa takut untuk kehilangan mereka. Arsena mendesah, ia harus membicarakan ini dengan bundanya. Pasti sang bunda bisa memberikan solusi yang terbaik untuknya.

****

GIMANA PART INI??

SPAM NEXT DI SINI YA!!

Author update lagi semoga suka...
Love you..
Jangan lupa Vote and coment..
Follow Instagram @wgulla_

Ini cerita terpanjang yang author buat entah akhirnya seperti apa?
Happy ending atau sad ending?
Kita tidak pernah tahu...

Mau sampai bab berapa tamatnya?

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن