BAB 12

168K 13.5K 1.2K
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 🤗

***
Cinta itu bukan hanya sekedar rayuan belaka, namun cinta itu butuh ikatan. Karena cinta bukan hanya khayalan namun kenyataan yang butuh kepastian.
-
-
-

Baru saja Afiqah melangkahkan kakinya. Dhea berdiri menghadang gadis itu. Ia menatap suka ke arah Afiqah. Temannya ini akhir-akhir ini berubah semenjak jadian dengan Andreas. Padahal dulu Afiqah bilang tidak ingin pacaran. Tapi yang namanya hati tidak ada yang Taukan.

"Darimana saja kamu? Kok ngak ikut upacara?" Mata Dhea tak lepas mengamati sosok Andreas yang telah pergi meninggalkan mereka berdua di depan kelas.

"Tadi aku nemenin Andreas di UKS, kepalanya pusing." Ujar Afiqah sambil mengigit bibirnya. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Dhea jika dia tidak mengikuti upacara. Temannya itu pasti akan membencinya. Dhea menatap Afiqah tidak percaya.

"Udah yuk masuk kelas. Keburu Pak Endrik masuk." Afiqah mencoba mengalihkan perhatian. Untunglah Dhea menurut, mereka masuk ke dalam kelas lalu duduk di tempat duduk mereka.

"Kamu sekarang berubah Fi..." melihat Pak Endrik tak kunjung datang Dhea mengeluarkan suara hatinya.

"Berubah gimana?" Afiqah mengeluarkan buku-buku yang akan nanti dipelajari.

"Semenjak kamu Deket Andreas kamu lebih sering sama dia dari pada sama aku. Bahkan kamu kayak udah lupa punya temen." Balas Dhea.

"Kamu tuh udah kelewatan banget, aku tahu kamu cinta banget sama Andreas. Tapi kamu juga inget Fi kalau kalian itu belum ada ikatan apapun bukan mahram, nanti kalau kelewatan gimana. Sama sahabatnya aja bisa lupa apalagi sama yang lain."

Afiqah meringis, apa yang dikatakan Dhea ada benarnya. Ia terlalu sibuk dengan Andreas. Sampai melupakan sahabatnya ini.

"Maaf..."

"Udahlah.. aku maafin tapi jajanin aku bakso ya nanti." Afiqah mengangguk, ia jadi ingat tadi ia belum sempat sarapan. Semoga saja penyakit mag-nya tidak kambuh.

"Kamu tau ngak polisi yang waktu itu nolongin kita." Ucapan itu membuat Afiqah kembali memusatkan perhatiannya kembali pada Dhea. Hatinya berdebar mendengar kelanjutan itu. Apa Dhea sudah tahu rahasianya?

"Kenapa?"

"Dia tadi balas chat gua di Instagram." Afiqah bernapas lega. Tapi ia mengernyit aneh, untuk apa Arsena repot-repot membalas pesan Dhea. Apa pria tua itu juga tertarik pada Dhea? Dasar pria tua sama saja, pasti suka sama daun muda.

"Anehnya dia malah nanyain kamu ih tadi. Aku bilang aja kamu ngak ikut upacara." Jantung Afiqah seakan berhenti mendengar itu. Ia menatap Dhea tidak percaya. Tamatlah riwayatnya nanti pasti pria itu akan berpikir yang macam-macam.

"Muka kamu kenapa pucat begitu?" Tanya Dhea menyadari perubahan wajah Afiqah.

"Enggak kok, cuma agak laper aja tadi aku belum sempet sarapan."

"Sabar ya nanti istirahat pertama kita langsung jajan. Nih minum air putih dulu." Dhea menyodor sebotol air mineral pada Afiqah.

***
Bel pulang sekolah berbunyi. Afiqah tersenyum senang sambil memasuki barang-barangnya ke dalam tas. Didepan pintu kelas sana Andreas sudah berdiri menunggunya. Hatinya berdebar merasakan itu, apalagi sorakan dan godaan dari teman-temannya.

"Sayang kita makan dulu ya." Ujar Andreas pada Afiqah disaat mereka berjalan menuju parkiran.

"Boleh."

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang