BAB 41

128K 9.6K 267
                                    

Now playing Halu

Love dulu buat part ini ♥️

....

Membahagiakan orang yang aku cintai adalah bagian dari ibadahku kepada Allah. Yang aku yakini dicatat malaikat sebagai amal kebaikan. Jadi jangan pernah ragu meminta padaku untuk membahagiakanmu!

-
-
-

Arsena bersenandung sambil menenteng plastik berisi cireng yang di belinya tadi. Ia sudah membayangkan akan mendapat bintang lima dari Afiqah. Jadi tidak sabar rasanya. Rendi yang berjalan di sebelah Arsena hanya menggelengkan kepala melihat betapa halunya sang sahabat. Apa dia akan sehalu itu jika jatuh cinta?

Setiap langkah kaki mereka menyusuri lorong rumah sakit. Lalu sebuah pintu bernomor 15 mereka masuki. Arsena yang lebih dahulu masuk, ia sudah tidak sabar untuk bertemu istrinya. Dilihat Afiqah sedang duduk sambil berbicara dengan Dhea. Melihat kehadirannya dua orang itu berhenti berbincang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Lihat sayang saya sudah bawa pesenan kamu." Arsena menyerahkan belanjaannya.

"Ini beneran mas yang belikan? Langsung ke abangnya?" Arsena diam seketika mendengar itu. Padahal Rendi tidak mengatakan apa-apa dan istrinya juga tidak melihat proses belinya tapi kenapa istrinya tiba-tiba memiliki sifat seperti seorang peramal.

"Bohong dosa loh mas!" Arsena semakin meringis mendengar itu. Sedangkan Rendi yang tengah duduk di sofa cengengesan, baru saja tadi ia akan mengatakan pada Afiqah tapi gadis itu sudah lebih dulu tahu. Benar-benar ajaib dan betapa bodohnya Arsena.

"Maaf." Hanya itu yang bisa Arsena katakan.

Afiqah tersenyum kecut mendengar itu. Ia sedikit kecewa dengan sikap Arsena. Ia merasa akhir-akhir ini Arsena berubah. Tidak lagi seperti dulu. Pria itu menjadi kurang peka. Seharusnya jika istrinya hamil suami itu tingkat kepekaannya harus naik dua kali lipat. Tapi ini malah kebalik. Afiqah menaruh cireng tersebut di meja sampingnya.

"Maaf dek, mas rela kok kamu suruh beli lagi. Mas janji tidak akan nakal lagi."

"Beneran mas?"

"Iya mas rela kok beli lagi, kalau kamu mau apa mas bakal beliin beneran. Kamu mau apa lagi sayang selain cireng, mas pasti akan beliin dengan tangan mas sendiri. Mas akan berjuang."

"Yakin?"

"Kamu meragukan mas?" Tanya Arsena sambil menggenggam tangan Afiqah. Pemandangan itu membuat Rendi seakan mau muntah. Ia merasa salah tempat, tak seharusnya dia masuk tadi. Ia tidak menyangka jika Arsena bisa seperti itu.

"Membahagiakan orang yang aku cintai adalah bagian dari ibadahku kepada Allah. Yang aku yakini dicatat malaikat sebagai amal kebaikan." Ucap Arsena tatapan yang tak lepas dari Afiqah. Dan benar saja gadis itu luluh. Setiap perkataan yang di katakan Arsena terdengar manis di telinganya.

"Jadi jangan pernah ragu meminta pada mas untuk membahagiakanmu!" Setalah mengatakan itu Arsena mengecup kening Afiqah lama. Pipi Afiqah merona, dan ia langsung menjauh ketika sadar bahwa tidak hanya ada mereka di sini.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang