BAB 25

160K 14K 589
                                    

Love dulu buat part ini

Sebutkan asal kota kalian guys!!

****

Afiqah duduk sambil memeluk lututnya di lantai. Air matanya keluar seiring dengan Isak tangisnya. Luka di pipinya sudah di tangani. Sekarang yang Ia khawatirkan adalah keadaan Arsena, tapi sayang ia di tempatkan di tempat yang berbeda dengan pria itu. Ia harus berada di kantor polisi. Walau ia tak bersalah tapi bukti keberadaannya di sana menjadi hal yang dipermasalahkan. Polisi butuh jaminan jika ia tidak terlibat apapun. Padahal hatinya khawatir setengah mati dengan keadaan Arsena di luar sana. Polisi tidak mengizinkannya bertemu Arsena dan memenjarakan dirinya. Walau dirinya istri dari Arsena sekalipun.

Afiqah menunduk sambil berdoa berharap Tuhan menjaga Arsena-nya. Ia tak sanggup jika harus kehilangan pria itu, apalagi penyebab utama pria itu terluka adalah dirinya sendiri. Andai saja ia tidak mengiyakan ajakan Andreas semua ini tidak akan terjadi.

"Hikss...hikss...hikss.." Afiqah menangis. Ia tidak ingin tinggal di kantor polisi lebih lama lagi. Ia ingin bertemu Arsena. Tanpa sadar Afiqah menggumankan nama itu. Berharap pria itu datang dan menyelematkanya seperti yang sudah-sudah. Baru ia sadari betapa pentingnya Arsena. Pria itu selalu menolongnya disaat dia kesusahan. Ia jadi teringat potongan memorinya degan Arsena ketika pria itu mengantarnya larut malam karena bannya bocor, menolongnya agar tidak dihukum karena bolos, merawatnya ketika sakit, memasakkan makanan untuknya. Tangis Afiqah semakin isak, bahkan ia tak mampu menahan air matanya lagi.

Hanya Arsena-nya yang mengerti dia tanpa dia harus mengatakan apapun. Pria itu peduli tanpa mengharap pamrih. Ia tidak bisa membayangkan jika Arsena tidak selamat dari peristiwa tadi. Ia belum siap menerima kenyataan hidup tanpa Arsena. Ia belum menjadi istri yang baik. Bahkan merasakan menjadi seorang ibu dari anak-anaknya Arsena.

"Saudari Afiqah anda dibebaskan." Suara itu membuat Afiqah mendongak. Ia menatap polisi itu terkejut. Karena ayahnya lah yang mengatakan itu. Pria bergelar ayah menatapnya tajam. Seakan tahu jika anaknya melakukan kesalahan-kesalahan yang fatal.

Afiqah menelan ludah gugup, ia berdiri mengikuti ayahnya keluar dari sini. Disetiap langkah ayahnya itu Afiqah bisa merasakan kemarahan yang ditahannya. Mungkin sang ayah tidak ingin marah di depan umum. Jadi pria itu hanya diam kepadanya tanpa berkata apapun bahkan ketika di dalam mobil tidak ada satupun perbincangan. Mereka hanya diam sambil menatap ke depan menikmati arus.

"Ayah...," panggil Afiqah ketika mereka turun dari mobil. Mobil yang mereka kendarai berhenti di rumah Afiqah tempat dimana dulu gadis itu tinggal.

"Masuk!" Hanya itu yang keluar dari mulut sang ayah.

Mereka berjalan menuju ke dalam rumah. Hingga di ruang tamu ayah Afiqah mengeksekusi anak perempuannya. Ia meminta Afiqah untuk duduk diam di sofa sedang ia berdiri.

"Ayah kecewa sama kamu Afiqah. Jadi selama ini kamu menjadi wanita liar tanpa pengawasan ayah." Afiqah langsung bersimpuh meminta maaf.

"Maafkan Afiqah ayah."

"Di mana pikiran kamu Afiqah? Apakah ayah pernah mengajarkan untuk melakukan hal sedemikian rupa. Inikah yang kamu lakukan ketika bebas dari ayah. Berselingkuh dengan laki-laki lain yang bahkan mengonsumsi narkoba. Ayah kecewa sama kamu. Sekarang apa yang bisa kamu lakukan disaat Arsena terbaring tak berdaya hanya untuk menyelamatkan kamu. Beruntung sekali kamu Arsena merahasiakan semua ini dari keluarganya dan disaat sadarnya ia masih sempat memikirkan bagaimana membebaskan kamu." Ucapan itu membuat Afiqah mendongak ia berhenti menangis. Berarti Arsena sudah sadar, pria itu tidak mati. Ia terharu dengan apa yang pria itu lakukan padanya. Padahal ia sering kali menyakiti Arsena. Tapi lagi-lagi ia membuat pria itu kecewa.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang