Bab 68

97.1K 6.1K 207
                                    

Arsena baru saja akan pulang ke rumah. Ia berniat ingin pulang ke rumah. Ia tidak sabar menemui istrinya. Ia jadi terbayang wajah berseri-seri milik Afiqah yang selalu mendebarkan hatinya.

Ketika ia menjalankan motornya di jalan. Tiba-tiba ada mobil yang menghadangnya. Arsena terhenyak sebentar, ia bingung. Ada apa ini? Perasaan ia tidak memiliki masalah apapun. Kenapa ia di cegat? Apa mereka rampok?

Kemudian keluar beberapa orang berpakaian hitam menyergapnya lengkap dengan topeng yang menutupi wajah mereka. Sial! Jalan begitu sepi. Ada lebih dari sepuluh orang yang mengepungnya. Sedangkan ia seorang diri. Bagaimana ini?

"Mau apa kalian?" tanya Arsena.

Namun orang-orang itu tidak menjawab. Mereka mulai menyerang Arsena. Arsena membalas dengan ilmu bela diri yang ia punya. Tapi, ia kewalahan. Tenaganya tidak sebanding melawan belasan orang ini. Lalu ia merasakan tubuhnya seperti di suntik. Indra penglihatannya tiba-tiba menggelap dan tubuhnya lemas seketika. Sial ia di bius. Hanya kegelapan yang terakhir kali di ingatnya.

***

Arsena membuka matanya. Kepalanya terasa pening akibat peristiwa tadi. Ia melihat sekitar nampak asing. Kenapa ia berada di dalam gedung dengan tangan yang terikat? Bagaimana ini bisa terjadi? Sial berarti tadi ia diculik. Siapa yang berani melakukan ini padanya? Arsena akan membalasnya.

"Lihat siapa yang terjebak disini! Bodoh sekali hingga bisa tertangkap oleh kami... Hahahaha." Sebuah suara yang entah dari mana itu tertangkap di Indra Arsena. Arsena ingat suara siapa itu. Tidak salah lagi itu adalah Nathan.

"Argghh." Arsena menoleh melihat Nathan. Pria itu menatapnya dengan penuh ejekan karena tidak berdaya. Nathan pasti berniat balas dendam padanya karena dulu berhasil ia masukan penjara.

Nathan mendekat ke arahnya ingin melakukan sesuatu, belum sempat menghindar. Tangannya lebih dahulu di putar ke belakang. Kemudian dia di jatuhkan berlutut di tanah. Kaki Nathan menginjak kepala Arsena dengan kasar. Arsena meringis kesakitan ia berharap bahwa akan ada pertolongan dari atas.

"Polisi itu memang lemah." Nathan keluar sambil memegang pistol. Arsena terdiam, ia sedang memikirkan strategi untuk lepas dari sini.

"Bukannya mereka suka menodong pistol? Bagaimana kalau kita balik? Penjahat yang menodong pistol ke kepala polisi?" Nathan menyeringai pistol yang ia pegang ia julurkan ke kepala Arsena.

"Sudah lama sekali tidak bertemu bukan. Padahal dulu kamu kuat sekali. Tapi sekarang lihatlah! Belum apa-apa kamu mudah sekali tertangkap olehku. Bukan tertangkap tapi kau lah yang menyerahkan diri kepadaku. Hahahahaha." Arsena diam menatap Nathan tidak suka. Ia tidak akan mengira akan terjebak dalam posisi ini. Tapi ia akan buktikan jika tidak selemah itu. Ia hanya diam pura-pura lemah. Agar Nathan sedikit lengah dan tidak memberikan ikatan yang kuat lagi.

"Aku juga punya hadiah kejutan untukmu. Sebentar lagi dia akan datang. Jadi bagaimana kalau kita bersenang-senang terlebih dahulu sebelum membuka kado."

Arsena memejamkan matanya. Lalu sedetik kemudian ia memukulkan kepalanya pada pergelangan tangan Nathan ketika pria itu lengah. Hingga pistol itu jatuh. Lalu kakinya yang bebas menendang Nathan hingga jatuh, Arsena juga memberikan sedikit pukulan di kemaluan pria itu hingga tak mampu bangkit. Nathan mengerang kesakitan begitu juga orang-orang disana menatap ngeri apa yang Arsena perbuat.

Arsena bangkit melepas ikatan itu. Lalu mengambil pistol yang Nathan todong darinya. Menembakan peluru ke arah orang-orang Nathan yang mengelilinginya. Nathan melihat itu berdecak. Ia mengumpat tidak suka.

Arsena sialan! Bisa-bisanya ia mempermalukannya! Padahal tadi pria itu terlihat tak berdaya.

Ketika semua pasukan Nathan tumbang. Tinggal Nathan sendiri disana meringkuk tak berdaya. Arsena mendekat ke arah Nathan. Menunduk lalu mengarahkan pistolnya ke kepala Nathan. Kakinya menginjak punggung Nathan yang tak berdaya.

"Polisi bukan hanya bisa sekedar menodong pistol tapi lebih dari itu. Ia menembakan pelurunya hingga penjahat itu tidak bernapas lagi." Bisik Arsena sambil menatap tajam Nathan. Ia marah dengan pria ini. Gara-gara orang itu, ia harus kehilangan rekannya. Hanya pria kurang kerjaan yang melakukan hal seperti ini. Apa Nathan tidak berpikir? Hal seperti ini bisa membuatnya masuk penjara lagi.

"Cih.. jangan merasa menang dulu. Kau belum lihat hadiah apa yang aku bawa untukmu." Balas Nathan tidak terima di permalukan seperti ini oleh Arsena. Ia akui pria ini semakin hebat. Tapi ia tidak akan kalah dengan polisi menyebalkan ini lagi. Arsena harus merasakan rasa sakit sepertinya. Ia ingin membalas dendam pada Arsena apapun yang terjadi.

"Lebih baik kamu diam saja, nasibmu sekarang ada pihak ku. Sekarang kau pilih mati atau mendekam di penjara?" Ancam Arsena menekan pistol yang ia pegang ke kepala Nathan. Ia tidak pernah main-main dengan perkataannya. Ia bahkan bisa membunuh siapapun tanpa ampun jika ia sedang marah.

"Kali ini aku tidak akan kalah dari mu polisi tua!" Desis pria yang usianya jauh lebih muda dari Arsena itu.

Lalu sebuah cahaya menyinari mereka diikuti langkah kaki yang membuat Arsena terdiam.

🍁🍁🍁

🍁🍁🍁

Jangan lupa Follow Wattpad Author.. like juga dong coment juga...

Maaf jelek ngk bisa nulis adegan action wkwkw..

Follow Instagram @wgulla_

Instagram Arsena @arsena_official

Author sebenarnya lagi sakit.. tapi ide minta di tulis...

Siapa ya kadonya?

A. Afiqah
B. Pangeran
(tapi pangeran buat apa jadi Sandra wkwkwk)
C. Reyna (Ibu Arsena)
D. Rehan (Ayah Afiqah)
E. Rendi (wkwkwk ngak masuk akal lagi)
D. Entah siapa wkwk suka-suka author

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Where stories live. Discover now