Bab 49

95.8K 7.3K 146
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 🤗

***

Mas akan membawa kamu ke dalam jurang kebahagiaan dan kita akan terjebak bersama di sana selama-lamanya tanpa pernah ingin keluar.
-
-
-

Arsena membuka kaosnya yang terkena muntahan lalu membuangnya. Saat ini hanya bertelanjang dada. Afiqah yang meminum air mineral di botol tersedak melihat itu. Ia melotot tidak percaya apa yang di lakukan Arsena pria itu bertelanjang dada di depan umum. Badannya yang tegak dan six pack menjadi pandangan indah bagi orang-orang lewat. Dan yang menyebalkan lagi, Arsena nampak tidak peduli dan menganggap ini adalah hal yang wajar.

"Mas,"

"Kita beli teh hangat dulu ya buat kamu." Ucap Arsena. Baru saja pria itu ingin menarik tangan Afiqah. Tapi gadis itu lebih dahulu menepis.

"Kita beli baju dulu baru teh hangat." Arsena nampak berpikir sejenak. Afiqah mendengus kesal.

"Mas mau pamer badan ya!! Mentang-mentang badannya bagus." Mendengar itu Arsena tertawa kecil, melihat istrinya cemburu dan baru ia sadari jika ia jadi pusat perhatian wanita. Orang-orang itu menatapnya penuh minat.

"Kamu cemburu ya." Afiqah diam tidak menjawab.

"Mas udah biasa gini dek apalagi pas sekolah kepolisian dulu lari-lari cuma kayak gini aja." Afiqah semakin diam bahkan enggan menatap Arsena. Ia sebal dengan pria itu. Ia hanya tidak suka jika ada wanita lain jadi menyukai Arsena bahkan menatapnya penuh minat. Laki-laki ternyata sama saja di dunia sukanya tebar pesona ke semua orang.

"Baiklah beli kaos dulu, baru cari teh hangat buat kamu." Ucap Arsena mengalah, ketika tahu bahwa istrinya nampak marah padanya.

Mereka tiba di salah satu stand baju. Arsena memilih Jarsey klub bola Arsenal yang berwarna merah. Pria itu langsung memakainya. Untung saja yang jualan laki-laki. Jadi ia tidak perlu menerima tatapan aneh. Setelah membayar mereka berusaha mencari minuman. Tapi belum terlihat. Melihat Afiqah yang nampak lelah dan kerumunan semakin banyak. Arsena menepi mendudukan Afiqah di salah satu kursi yang kosong.

"Kamu capek dek?" Tanya Arsena lembut.

"Cuma pegel mas."

"Yasudah duduk dulu. Mas yang cari teh hangatnya. Jangan kemana-mana, nanti mas segera kembali." Afiqah menurut, ia duduk di kursi sambil menunggu kehadiran Arsena.

Pasar malam nampak ramai. Bahkan penuh dengan sesak. Makanya tadi ia tidak sanggup untuk meneruskan jalan, mungkin karena malam Minggu  jadi seramai ini. Ketika sibuk mengamati sekitar, tiba-tiba tubuh Afiqah mendengar seseorang memanggil namanya.

"Afi.." Suara itu sangat di kenal Afi.

Afiqah berdiri menengok ke arah sumber suara. Ia terkejut mendapati Andreas di sana. Pria itu menatapnya nanar. Ada kerinduan disana Afiqah bisa melihat itu dengan jelas. Andreas menghampiri Afiqah. Sedang Afiqah hanya terdiam kaku.

"Apa kabar?" Afiqah diam tidak menjawab. Ia masih syok dengan kehadiran Andreas. Pria yang membuatnya trauma. Ia masih ingat betapa teganya pria yang mengatakan mencintainya tapi tega melukai hati dan fisiknya.

"Kamu masih marah dengan aku? Baiklah kalau begitu." Tidak ada balasan dari sang empu. Andreas menghela napas. Kemudian tersenyum andai saja dulu ia serius dengan Afiqah pasti gadis ini masih ada di sampingnya bahkan akan memeluknya di saat ini sendirian seperti ini dengan kata-katanya yang penuh semangat. Baru Andreas sadari bahwa kehadiran Afiqah di hidupnya begitu penting sampai-sampai ia tidak ingin kehilangan.

"Aku minta maaf atas semuanya. Aku tidak akan mengganggumu lagi, tapi tolong bisakah kita menjadi teman?" Afiqah mengangguk tanpa menjawab.

"Andai saja ada kesempatan ke dua aku ingin mencintaimu dengan benar Afiqah." Afiqah tersenyum kecut mendengar itu.

"Maaf Andreas tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Saya pergi dulu." Afiqah pergi dari sana meninggalkan Andreas tanpa menatap pria itu. Bahkan langkahnya tergesa-gesa sambil menahan tangis. Rasanya menyakitkan sekali. Sakit bukan karena kehilangan Andreas tapi karena pria itu pernah melukainya. Ia ingin melupakan betapa sakitnya luka itu. Mulai dari tajamnya pisau itu hingga membuat Arsena tidak ter-pedaya dan cacian orang-orang mengenai beritanya yang menggoda polisi ke hotel. Walaupun ia sudah mencoba melupakan tapi rasanya tidak semudah yang ia harapkan. Ia sudah memaafkan tapi rasa sakitnya akan muncul di saat melihat pria itu.

Afiqah terus berlari hingga ia tidak memperhatikan langkahnya. Ia menubruk sesuatu. Hampir saja ia terjatuh dan terombang-ambing oleh lautan manusia yang mondar-mandir. Ia hampir terinjak-injak, jika saja orang itu tidak menolongnya. Arsena mendekap Afiqah lembut ketika di lihatnya gadis itu berjalan kehilangan arah sambil menangis.

"Ada apa?"

"Katakan sama Mas, apa yang terjadi sayang?"

Arsena membawa Afiqah ke pinggir menjauh dari kerumunan. Lalu memberikan seplastik teh hangat ke Afiqah meminta gadis itu untuk meminumnya. Afiqah menurut, ia merasa sedikit membaik dengan minuman itu.

"Ada apa dek cerita sama mas kalau ada sesuatu jangan di simpan sendiri." Ujar Arsena sambil bersimpuh. Ia menggenggam tangan gadis itu.

"Afi bertemu Andreas. Tapi Afi tidak mencintainya mas, Afi lari karena ketakutan."

"Apa yang perlu kamu takutkan dek? Sedang kamu tidak mencintainya lagi." Ucap Arsena dengan sabar. Ia tahu Afiqah sudah tidak mencintai Andreas karena hatinya sudah menjadi miliknya. Lalu apa yang membuatnya takut.

"Afiqah takut dia akan melukai Afiqah sama seperti dulu." Arsena menggenggam tangan Afiqah. Ia bisa merasakan ketakutan istrinya pasti tidak akan mudah mengetahui fakta bahwa orang yang pernah kita cintai dan kita percayai di hidup kita justru orang itulah yang paling melukai kita. Pasti sungguh menyakitkan.

"Kamu jangan takut mas ada disini. Jikalau dia ingin melukaimu kembali mas tidak akan membiarkan itu. Kamu tahu bukan mas sendiri yang menjaminkan diri untuk kamu  agar kamu tidak kehilangan tawa dan bahagia selama bersama mas. Jadi kamu tidak perlu khawatir selama kamu masih berada di sisi mas, mas akan melakukan apapun untuk menjamin kebahagiaanmu. Kebahagiaanmu adalah tanggung jawab mas yang akan di pertanggung jawabkan kelak di akhirat nanti di hadapan Allah, jadi dek kamu hanya perlu yakin dengan mas." Afiqah terdiam menatap Arsena. Ia tidak mampu berkata. Arsena selalu bisa meluluhkan hatinya dengan perkataannya yang manis. Sampai-sampai ia berpikir Arsena lebih cocok jadi penyair dari pada seorang polisi.

"Dek, jikalau kau ingin menghilangkan rasa takutmu itu. Bersediakah kau melakukan itu bersama mas?"

"Karena mas akan membawa kamu ke dalam jurang kebahagiaan dan kita akan terjebak bersama di sana selama-lamanya tanpa pernah ingin keluar." Afiqah mengangguk, baru saja Arsena ingin mencium Afiqah. Sebuah suara menghentikan mereka.

"Mas Sena?" Panggil seorang gadis perempuan seusia Afiqah. Afiqah ikut menoleh melihat gadis cantik seusianya. Ia menatap Arsena dan gadis itu bergantian. Ada rasa penasaran dengan siapa gadis itu. Ia tidak suka jika mengetahui ada perempuan yang dekat dengan Arsena selain dirinya.

"Putri." Panggil Arsena seakan tidak yakin namun itu benar-benar Putri.

Arsena bangkit mendekati gadis itu kemudian memeluknya mereka seperti menukar rindu satu sama lain. Sedang Afiqah merasakan sesak. Airmata nya jatuh tanpa ia duga. Baru tadi Arsena mengatakan hal yang manis. Namun pria itu dengan mudahnya memeluk wanita lain di hadapannya. Rasanya sakit sekali. Pria pintar sekali berjanji namun dengan mudah juga melupakannya. Bahkan Arsena tak lagi menoleh ke arahnya. Ia seakan melupakan kehadirannya disana. Pria itu terlalu sibuk memeluk wanita itu. Hingga melupakannya yang seorang diri memandangi betapa mesranya mereka. Jadi siapa gadis itu? Apakah Arsena juga mencintai wanita lain selain dirinya? Apakah Arsena balas dendam karena dia pernah mencintai Andreas? Agar dia merasakan bagaimana rasanya jika orang yang dicintainya mencintai orang lain.

***
Follow Instagram author @wgulla_

Arsena @arse_fa

Ambyarrrr hati Afiqah...

Ayo tebak siapa putri? Hahaha

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang