Bab 64

83.3K 6.8K 227
                                    

Now playing Bryan Please for give me

Kata orang ada seribu jalan menuju Roma. Maka akan kutempuh seribu jalan itu untuk mendapatkan maafmu. Lantas apakah engkau mengizinkanku untuk menempuh seribu jalan itu.
-
-
-

Arsena tertegun melihat penampilan istrinya. Baru saja ia pulang tapi sudah di suguhi pemandangan yang menyejukkan mata. Afiqah memakai gaun cantik berwarna merah muda dengan jilbab yang senada serta riasan make up di wajahnya. Arsena menelan ludahnya beberapa kali. Apalagi tubuh Afiqah yang terlihat semakin berisi karena kehamilannya, membuatnya tak rela membiarkan istrinya untuk pergi.

"Kamu mau kemana dek?" Tanya Arsena penasaran. Ini malam Minggu kenapa gadis itu berdandan cantik. Apa dia ingin kencan dengan pria lain mengingat mereka masih marahan. Tiba-tiba rasa cemburu menguap di hati Arsena.

"Mau pergi ke prom night." Balas Afiqah tanpa ingin menatap Arsena. Ia masih dalam mode marah. Arsena seakan teringat acara itu. Acara perpisahan yang di adakan oleh anak kelas tiga.

"Mau mas antar, mas juga mau ikut."

"Tidak perlu, aku bareng Pangeran." Arsena berusaha menahan geramannya, ia hanya mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sampai kapan ia harus di diamkan dan tidak dianggap seperti ini.

Suara motor berhenti membuat ke dua orang itu menghentikan aktivitas masing-masing. Afiqah berseru senang, ia keluar untuk menemui Pangeran. Afiqah nampak antusias untuk pergi. Arsena memandang itu cemburu. Andai saja gadis itu tidak marah dengannya pasti ia yang akan di posisi itu. Ketika melihat Afiqah akan naik ke atas motor tiba-tiba Arsena jadi was-was. Ia jadi teringat akan kejadian beberapa Minggu lalu disaat istrinya itu hampir saja kecelakaan.

"Pangeran," panggil Arsena yang membuat ke dua orang itu menoleh. Afiqah menatap Arsena, ia berharap rencananya berhasil. Ia ingin membuat Arsena cemburu dan menghentikannya berangkat bersama Pangeran. Ia ingin Arsena memaksa untuk mengantarkannya ke pesta.

"Pakai mobil saja." Lalu Arsena melempar sebuah kunci kepada keponakannya itu. Afiqah tersenyum kecut tahu akan hal itu. Ternyata pria itu tidak ingin berjuang malah membiarkannya pergi dengan dirinya bahkan meminjamkan mobilnya.

"Makasih om." Arsena mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apapun. Afiqah jadi kecewa dengan perlakukan Arsena yang seperti itu. Ia kira Arsena akan memaksa untuk mengantarkan. Tapi pria itu memilih untuk di rumah. Dasar pengecut!

"Kenapa mbak?" Tanya Pangeran melihat wajah Afiqah kusut.

"Nggak kenapa-kenapa ayo kita berangkat keburu telat." Pangeran mengangguk kemudian mereka masuk ke dalam mobil dan berangkat.

Setelah mengambil kunci motor Arsena keluar. Dilihatnya Pangeran baru saja mengeluarkan mobilnya. Sejujurnya ia tidak kuat untuk berkendara keluar. Kepalanya terasa pusing mungkin ia masuk angin mengingat dua hari ini ia tidur di luar dan telat makan. Tapi ia khawatir dengan istrinya yang keluar malam-malam begini. Jadi ia memutuskan untuk mengikuti mobil itu dari belakang tentu saja tanpa sepengetahuan Afiqah. Ia tidak akan membiarkan istrinya itu keluar malam tanpa pengawasannya, ia juga tak sempat ganti baju. Ia masih mengenakan seragam kedinasannya. Arsena memeriksa GPS yang telah ia pasang di gelang yang di kenakan Afiqah. Mobil itu belum terlalu jauh. Sambil melajukan motor matik kesayangannya Arsena menyusul mereka. Mengambil jarak beberapa meter di belakang, Arsena mengikuti mobil itu.

****
Arsena mengernyit melihat mobil yang dikendarai Pangeran berhenti di sebuah hotel. Ia baru tahu jika acara perpisahan di lakukan disana. Setelah memarkirkan motor, Arsena mengikuti kedua orang itu dari belakang.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang