BAB 26

157K 14K 491
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Sebutkan suami calon idaman kalian 🤣🤣

****
Kadang jarak diperlukan untuk mengukur seberapa besar rasa ini saling membutuhkan.

****

Afiqah membuka matanya saat mendengar sebuah suara wanita sedang berbicara dengan Arsena. Ia jadi kesal melihat Novi ada disana. Saking kesalnya ia merapatkan pelukannya pada Arsena.

"Bangun dek sholat Ashar, dulu...," bisik Arsena ketika merasakan pergerakan Afiqah. Ia tahu gadis itu sudah terbangun.

Afiqah diam pura-pura tidak mendengar. Ia sudah kesal dengan pria ini. Bahkan Arsena tidak peka jika ia tidak menyukai kehadiran wanita itu disini. Ia hanya risih melihat Novi yang menurutnya bertugas melebihi seorang dokter. Walau ia tahu wanita itu yang menjahit luka Arsena tapi bukan berarti bisa menemui Arsena setiap saat bukan. Sedangkan Novi melihat interaksinya dengan Arsena malah tetap berada disana seakan sedang mengecek sesuatu di buku laporan medisnya. Wanita itu bahkan tak risih melihatnya bermesraan dengan Arsena.

"Mas, sudah tahu loh dek Afi sudah bangun dari tadi," ucap Arsena sambil mengecupi kelopak mata Afiqah. Tentu saja hal itu menganggu Afiqah mau tidak mau ia membuka matanya.

"Sholat dulu dek!" Perintah Arsena sambil menatap Arsena lembut bahkan senyum terukir di bibirnya.

Afiqah bangkit dengan kesal. Ia bahkan tidak mengatakan apapun. Dalam hatinya menggerutu bilang saja kalau berduaan dengan dokter cantik itu. Tanpa menatap ke dua orang itu Afiqah keluar menuju musholah. Hatinya dongkol melihat keakraban dua orang itu bahkan Arsena terlihat santai dan menikmati obrolan bersama wanita itu tanpa mempedulikan dirinya. Tidak tahukah jika ia cemburu setengah mati.

Afiqah masuk ke dalam mushola setelah wudhu. Ia mengambil mukena dan memakainya. Lalu sholat sambil menahan kekesalannya. Dia harus menahan diri, lagi pula Arsena hanya mencintainya dirinya bukan wanita lain. Pria itu saja sudah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya jadi tidak mungkin pria itu mengkhianatinya.

****
Ketika Afiqah kembali ke kamar rawat tempat Arsena berada wanita itu sudah tidak ada. Ia menghela napas lega, pernapasannya terasa sesak melihat sosok itu. Bahkan ia merasa sulit bernapas melihat Novi seakan begitu asyik dengan suaminya. Bahkan tidak merasa sungkan padahal ada dirinya disini. Tapi kehadirannya seakan menjadi nyamuk. Seharusnya kan dia yang menemani dan mengajak Arsena mengobrol bukan dokter itu. Ternyata tidak menyenangkan jika posisi kita di rebut oleh orang lain. Ingin sekali Afiqah meneriakkan kepada wanita itu jika Arsena adalah miliknya. Tapi ia hanya bisa diam karena Arsena juga seperti tidak ingin memperkenalkan siapa dirinya ke wanita itu.

Afiqah duduk di kursi dekat Arsena. Pria itu sedang tersenyum menyambutnya. Ia merasa curiga ada hal yang Arsena inginkan. Bisa dilihat dari gelagat pria itu ketika menatapnya.

"Kamu udah selesai sholat, dek?" tanya Arsena.

"Udah Mas Arse, kalau mas?" Afiqah berbalik bertanya. Pria itu mengangguk sebagai jawaban.

"Dek Afi, saya lapar," ucap Arsena sambil melirik makanan di sampingnya pada meja.

"Kalau lapar Mas Arse bisa makan. Nah ini ada makanan," balas Afiqah sekenanya. Hal itu membuat Arsena tersenyum kecut menyadari jika Afiqah tidak mengerti maksudnya yang meng-kode gadis itu untuk menyuapinya.

Arsena diam langsung memalingkan wajah. Pria itu merebahkan diri ke ranjang. Enggan menatap istrinya. Sesekali biarlah ia yang merajuk. Ia juga ingin di manja. Melihat tingkah aneh Arsena yang tiba-tiba diam dan menganggapnya tidak ada membuat Afiqah mendesah. Batinnya ingin sekali berteriak menahan kekesalan ini. Ia tidak mengerti kenapa Arsena merajuk tanpa alasan.

"Mas Arse nggak lapar?" tanya Afiqah. Yang ditanya tidak menjawab justru mencoba memejamkan matanya.

"Mas Arse marah ya. Ayo mas makan! Mas tidak lapar? Katanya tadi lapar mau makan sekarang kok malah tidur." Tidak ada jawaban. Hal itu membuat Afiqah menghela napas sabar.

"Makan dulu ya mas, Apa perlu Afiqah suapin?"

"Mas makan ya Afiqah suapin deh." Kalimat itu mampu membuat Arsena yang Awalnya memejamkan mata jadi terbangun. Pria itu berusaha menahan senyum namun tak mampu hingga membuat Afiqah sadar jika ini hanyalah salah satu modus Arsena.

"Udah gede juga tapi minta disuapin," sindir Afiqah merasa kesal. Gadis itu mengambil semangkuk sup itu untuk di makan Arsena.

"Kamu lupa ya dek, tangan mas belum bisa di gerakan nih masih sakit. Karena siapa tangan mas kayak gini?" sahut Arsena sambil menunjukkan luka jahitannya. Pria itu meringis seakan kesakitan. Arsena sengaja menunjukan itu untuk meledek gadisnya.

"Iya gara-gara Afi. Siapa suruh juga mas nyelamatin Afiqah? Afiqahkan juga tidak minta. Salah mas sendiri yang nolong Afiqah," balas Afiqah kesal. Cukup sudah ia menahan kesal sedari tadi menahan cemburu tapi sayang pria itu tidak menyadari hal itu bahkan nampak biasa-biasa saja. Padahal ia ingin suaminya itu menjelaskan siapa sosok Noviantika itu kepadanya. Arsena sepertinya tidak peka terhadap suasana hatinya yang kacau apalagi di tambah dengan mengungkit kembali luka itu.

Mendengar hal itu Arsena terdiam. Ia tidak menyangka jika kata itu yang akan terucap dari Afiqah. Tanpa sadar pria itu mengambil alih mangkuk yang Afiqah pegang. Dan menaruhnya kembali ke meja. Ia kecewa, padahal ia melindungi gadis itu karena cinta. Mana ada suami yang tega melihat gadis yang dicintainya terluka bukan. Pasti semua pria jika ada di posisinya akan melakukan itu untuk melindungi istrinya. Ia merasa pengorbanannya sia-sia. Bahkan gadis itu tidak mengkhawatirkannya sama sekali.

"Kalau kamu tidak ikhlas tidak apa-apa dek. Mas bisa makan sendiri lebih baik kamu pulang istirahat dan belajar di rumah. Lagipula besok kamu sekolah. Saya tidak ingin kamu tertinggal pelajaran hanya karena merawat saya," usir Arsena secara halus. Sebenarnya ia ingin gadis itu tetap berada di sini tapi ingin Afiqah menyadari dulu bagaimana perasaan gadis itu padanya. Sepertinya mereka butuh jarak untuk tahu seberapa besar mereka saling membutuhkan satu sama lain. Karena cinta itu saling mencintai bukan siapa yang paling mencintai. Arsena merasa di sini ialah yang paling mencintai. Tidak dengan gadis itu.

Afiqah terpaku dengan ucapan Arsena. Ia merasa dia salah bicara. Tidak seharusnya ia mengatakan itu. Bukannya ia kesini untuk merawat pria itu tapi kenapa ia malah membuat semuanya kacau. Arsena pasti salah paham. Pria itu pasti mengira ia tidak ikhlas menyuapinya. Afiqah menggigit bibir tubuhnya terasa lemah. Apalagi Arsena langsung berbaring tanpa mau menatapnya. Seakan menyuruhnya untuk pergi dan tidak ingin di ganggu. Afiqah merutuki kelabilannya. Seharusnya ia tidak bersikap seperti itu.

Dulu saja ketika ia jalan dengan Andreas pria itu bisa sabar menghadapinya tapi sebaliknya disaat ia berada di posisi Arsena ia tidak mampu. Ketika ada wanita yang mendekati Arsena rasanya ia tidak mampu menahan gejolak di hatinya. Afiqah menyadari betapa kokohnya hati pria itu menghadapinya. Betapa luasnya kesabaran Arsena untuknya. Dan ia menyesal selalu menyakiti hati pria itu. Afiqah menghela napas kemudian bangkit pergi sambil menangis. Ia bahkan tak mampu menahan Isak tangisnya. Seharusnya ia tidak mencurigai Arsena dan bersikap bodoh seperti tadi karena cemburu. Tapi sisi hati lainnya menginginkan hal itu. Karena Ia hanya takut kehilangan pria itu.

****
Gimana part ini?

Lanjut apa enggak?

1000 komentar baru lanjut

nggak komen sama vote nggak lanjut!!!

VERRSI NOVEL LEBIH LENGKAP YA ADA TAMBAHAN SECRET PART SAMA EXTRAPART

Kalau kalian jadi Afiqah apa yang kalian rasakan?

Kurang apa part ini?

Semoga suka ♥️♥️

Semangat terus ya baca cerita aku 🥰🥰

Jangan lupa Follow Instagram aku @wgulla_
@arsen_anggara
@afi_qahshafa
@arsena_official
@andreaswijaya87

Salam

Gulla
Istri sahnya Lee min ho

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Where stories live. Discover now