Bab 66

78.2K 5.8K 126
                                    

Absen yuk siaapa aja yang baper wkwkwk!!

Love dulu buat part ini ♥️

**

Saat ini Afiqah duduk di samping Arsena yang sibuk mengemudikan mobilnya. Siang ini mereka pergi ke tempat di mana Andreas berada. Arsena hanya akan mengantarkan saja. Karena ia ada shift siang jadi ia meminta putri untuk menemani.

"Mas kamu nggak marah kan? Aku mau ketemu Andreas. Soalnya aku penasaran banget mas." Ucap Afiqah yang melihat sedari tadi Arsena hanya diam saja. Ia tahu Arsena dalam mode marah.

"Emangnya kalau aku marah. Kamu mau berhenti untuk tidak ketemu Andreas?" Balas Arsena tanpa menatap Afiqah. Pandangannya fokus ke jalan raya. Ia benar-benar alergi jika sudah menyebut nama mantan Afiqah yang satu itu.

"Tapikan kamu udah setuju mas." Protes Afiqah sambil merajuk.

"Oke bentar aja tapi." Arsena hanya bisa pasrah.

Afiqah langsung mengecup bibir Arsena cepat.

"Makasih sayang."

Putri yang duduk di belakang mereka hanya bisa menggelengkan kepala melihat ke dua pasangan itu.

"Put nanti awasi mbak mu kalau dia macam-macam bilang mas."

🍁🍁🍁

Afiqah duduk di temani putri. Andreas agak terkejut mendapati fakta Afiqah mau menemuinya. Bukannya kemarin wanita itu selalu menghindarinya. Lalu siapa gadis di samping Afiqah. Andreas kembali lagi ke Afiqah. Siapa gadis itu tidak penting? Yang lebih penting untuk apa Afiqah repot-repot menemui dirinya. Mereka berada di salah satu restoran. Ia bebas tidak dinyatakan bersalah. Karena kemarin dijebak oleh temannya. 

"Kamu sehat?" Tanya Afiqah menanyakan kabar Andreas.

Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan Andreas. Pria itu terlihat lebih kurus dari yang terakhir kali ia lihat. Apakah orang tua Andreas tidak perhatian kepada anaknya?

"Seperti yang kau lihat."

"Ngomong-ngomong ada apa?" Afiqah memberikan sebuah Al-Qur'an terjemahan kepada Andreas.

"Untuk apa ini?"

"Aku lagi ngidam denger kamu baca Al-Qur'an, kamu mau?"

Andreas tertawa menanggapi ucapan Afiqah. Ia bisa baca Al-Qur'an tapi tidak terlalu lancar. Aneh sekali mana ada ngidam seperti itu. Lalu kenapa harus dia? Pasti ada yang di sembunyikan Afiqah. Setelah ini Andreas akan mengoreknya lebih jauh.

"Kenapa tidak minta bacakan suamimu saja?" Andreas menatap Afiqah heran setahunya Arsena itu sosok suami yang religius pasti bacaannya lebih bagus dari dirinya.

"Aku maunya dirimu." Balas Afiqah dengan cepat.

"Baiklah aku turuti sebagai permintaan maaf aku yang pernah menyakitinya kamu dulu."

Andreas memilih surat Al-fatihah untuk di baca. Mengingat surat itu mudah untuknya. Lalu ia membacakannya. Ia langsung menutup Al-Qur'an ketika sudah selesai membacakannya. Ia memberikan Al-Qur'an itu kembali pada Afiqah. Namun Afiqah menolak.

"Buat kamu saja."

"Ha? Jangan bilang kamu kesini untuk membuatku insyaf?" Andreas menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia menerima Al-Qur'an terjemahan itu dengan terpaksa. Mendengar itu Afiqah segera bertindak ternyata Andreas menyadari maksudnya.

"Put bisa tunggu di luar. Mbak janji nggak akan ngapa-ngapain." Pinta Afiqah. Awalnya Putri menolak karena ia sudah berjanji pada Arsena namun melihat tatapan tajam pria di hadapannya seakan menyuruhnya keluar membuat Putri setuju. Ia baru pertama kali melihat seseorang memiliki tatapan seseram itu.

"Sebenarnya ini kamu ngidam atau cuma akal-akalan mu aja mau bertemu dengan aku?" Lalu ia melanjutkan ucapannya disaat Afiqah diam. Sudah ia duga Afiqah itu selalu menyimpan maksud tertentu.

"Tahu dari mana."

"Kamu itu mudah sekali di tebak."

"Jadi katakan apa maksudmu sebenarnya menjengukku?"

Afiqah menarik napas sebentar lalu mengeluarkannya. Apa yang di katakan Andreas benar? Ia kesini bukan karena ngidam. Tapi ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Andreas secara baik-baik. Ia tahu Andreas masih mengharapkannya. Ia tahu itu dari pertemuan terakhir mereka. Ia hanya ingin meluruskan pada Andreas untuk tidak mengharapkannya lagi. Pria itu layak bahagia dengan wanita lain. Ia terpaksa berbohong pada Arsena. Agar dia di ijinkan bertemu dengan Andreas. Kalau tidak seperti ini ia takut Andreas akan mendatanginya lagi.

"Apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?"

Andreas tertawa mendengar itu. Ia tidak menyangka maksud Afiqah mendatanginya hanya karena ingin tahu apakah ia sudah tidak mencintai wanita itu lagi atau tidak.

"Andreas jawab! Jangan tertawa!" Afiqah menatap Andreas kesal. Padahal ia sudah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan ini.

Andreas berdehem untuk menghentikan tawanya. Ia kemudian menatap Afiqah tajam.

"Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Kau bisa tenang. Aku tidak akan menganggu kalian lagi." Andreas mengatakan ini dengan jujur. Ia sadar diri jika ia tak pantas untuk Afiqah. Gadis itu terlalu berharga untuknya. Dia terlalu kotor dan banyak dosa. Ia takut merusak Afiqah.

"Syukurlah. Aku harap kita bisa berteman." Ujar Afiqah tulus. Paling tidak Andreas tidak akan punya alasan lagi untuk merusak hubungannya dengan Arsena.

"Kamu itu aneh sekali Afiqah mana ada mantan yang mengajak berteman."

"Terserah kau mau menerimanya atau tidak. Yang terpenting kita tidak bermusuhan lagi." Afiqah kemudian berdiri. Misinya sudah selesai. Namun belum juga Afiqah pergi Andreas menghentikan langkahnya.

"Afi tolong katakan pada Arsena untuk berhati-hati untuk kali ini." 'Karena banyak kriminal yang menginginkan suamimu itu mati,' lanjut Andreas dalam hati.

"Maksud kamu?"

"Katakan saja itu. Sampai jumpa lagi." Andreas tersenyum kecil. Ia hanya ingin mengatakan itu karena ia juga tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan karena ia hanya tahu masalah ini sekilas. 

Banyak orang yang diam-diam menyimpan dendam. Kenapa Andreas bisa tahu? Karena Andreas pernah berada di dunia gelap itu. Walau ia pertama sempat meragukan itu karena Arsena pernah membiarkan dirinya sendiri terlihat lemah di hadapan Afiqah waktu penyergapannya itu. Arsena memang sengaja agar Afiqah tidak tahu siapa sebenarnya seorang Arsena itu. Arsena pernah memiliki masalah dengan seseorang. Bahkan ia pernah dengar temannya Arsena sampai terbunuh. 

"Assalamu'alaikum." Setelah mengatakan itu Andreas bangkit pergi. Meninggalkan Afiqah yang terdiam. Gadis itu masih bingung dengan apa yang Andreas katakan. Kenapa Arsena harus berhati-hati? Afiqah menggelengkan kepalanya mungkin Andreas hanya ingin mengatakan agar hati-hati di jalan waktu nilang orang. Atau hati-hati terhadap demo atau tawuran. Afiqah tidak pernah tahu siapa Arsena sesungguhnya.

🍁🍁🍁

Semoga kalian suka..

Entahlah mau seperti apa akhir dari cerita ini. Wkwkwkwk

Karena ini cerita fiksi aku mau buat sesuai imajinasi ku bukan realita wkwk...

Instagram: @wgulla_

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora