Bab 63

80.2K 6.3K 303
                                    

Arsena menatap nanar pintu kamar yang di tutup. Ia mendesah berbaring di sofa tanpa bantal, selimut dan pelukan hangat. Sudah pasti ia akan bangun dengan punggung yang sakit besok. Bahkan perutnya yang lapar-pun rasanya tidak ingin ia isi. Kepalanya sakit memikirkan kejadian hari ini. Padahal ia tidak melakukan apa-apa tapi istrinya malah marah dengannya dan mendiamkannya.

Tepat saat itu ponsel milik Arsena berdering. Ternyata ada pesan dari Desy. Arsena mendesah mengabaikannya tanpa ingin membalasnya. Gara-gara Afiqah salah paham dengan juniornya itu ia jadi merana seperti ini. Arsena memejamkan matanya berusaha mencari cara agar Afiqah tidak marah padanya lagi. Sejujurnya kepalanya sudah sakit, tapi ia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi terus-menerus apalagi istrinya sedang hamil.

Arsena kembali mengambil ponselnya lalu membuka pesan dari Desy -juniornya- yang suka mengganggunya walau sebenarnya Arsena merasa tidak terganggu, karena ia tidak mempedulikan orang itu. Namun ia hanya risih jika di kantor Desy terlalu berlebihan  mencari perhatian padanya. Mungkin gadis itu belum tahu jika ia sudah beristri. Ia mengetikkan beberapa kata pada juniornya itu. Ia tidak ingin kehadiran Desy malah menjadi duri di pernikahannya nanti. Sebagaimana yang ia inginkan hanyalah Afiqah seorang.

-Jangan hubungi saya lagi, saya sama sekali tidak tertarik kepada anda. Sebagai wanita kamu pasti tahu bagaimana perasaan seorang istri jika ada wanita lain yang menganggu suaminya. Semoga otak kamu dapat mencerna pesan saya.-

Setelah mengatakan itu Arsena langsung menaruh ponselnya di meja dekat sofa. Ia menatap langit-langit kamar sambil terkekeh. Ini kali pertama ia merasakan seperti ini. Seorang polisi sepertinya bisa tunduk oleh wanita yang bahkan tidak bisa melukainya secara fisik.

"Dek Afi.. dek Afi..." Guman Arsena sambil memejamkan matanya untuk tidur berharap di dalam mimpi ia akan bertemu dengan istrinya dan memeluk tubuhnya yang kedinginan ini dengan erat.

****

Pagi ini berbeda dengan pagi sebelumnya. Biasanya istrinya itu akan dengan senang menyiapkannya makan pagi ala kadarnya berupa nasi goreng, nasi telur, atau susu tapi saat ini tidak atau paling tidak membangunkannya untuk sholat bersama. Afiqah memilih tidur dari pada mengurusi dirinya hingga dirinya sedikit kesiangan. Dirinya bangun karena merasa sakit di punggung juga udara dingin yang menyelimuti tubuhnya sampai ia menggigil. Arsena mendesah sudah tidak makan malam  terus tidak sarapan semoga saja ia tidak pingsan.
Arsena mengetuk pintu kamar yang ternyata tidak di kunci. Istrinya itu terlihat masih terlelap di atas kasur.

Arsena mengambil pakaian kerjanya lalu menggantinya di sana. Masih baik Afiqah membiarkan pintu kamar tidak di kunci jika tidak sudah di pastikan ia tidak akan bisa bekerja. Setelah selesai memakai baju, Arsena menghampiri istrinya berniat untuk pamit berangkat.

"Dek.." Arsena mengelus rambut Afiqah lembut. Terdengar gumaman yang keluar dari mulut istrinya.

"Mas mau berangkat dulu ya." Tidak mendapatkan jawaban Arsena dengan nekat mendaratkan ciuman di bibir. Afiqah merespon itu dengan baik matanya langsung terbuka dan mendorong dada bidang Arsena menjauh darinya. Ia tidak mengatakan apapun bahkan langsung bersedekap membalikan diri tanpa ingin melihat Arsena.

"Dek." Panggil Arsena kembali, bukannya mendapat balasan Afiqah malah menutupi dirinya dengan selimut. Arsena mendesah mendapat perlakuan seperti itu. Ingin rasanya ia berteriak agar Afiqah tidak bersikap kekanak-kanakan seperti itu. Tapi ia mencoba mengendalikan dirinya.

"Mas mau berangkat dulu." Kepala berdenyut Arsena seakan ingin pecah di buatnya. Sepertinya masalah tidak akan selesai jika di bahas dengan mode istrinya yang sedang merajuk secara berlebihan seperti ini.

"Assalamualaikum." Pamit Arsena sambil meninggalkan sang istri yang ternyata menangis di balik selimut. Afiqah merasa Arsena berubah. Biasanya suaminya itu akan mencoba membujuknya jika ia marah. Arsena akan mengeluarkan kata-kata yang mampu membuatnya luluh, tapi sekarang pria itu pergi seolah-olah tidak ada yang terjadi. Padahal semalaman mereka bertengkar hebat. Arsena-nya berubah, apa ini karena wanita itu? Apa Arsena diam-diam menyukai wanita itu? Pikiran buruk memenuhi pikiran Afiqah. Dulu ketika Novi mengejar-ngejar Arsena pria itu dengan gigih membujuknya dan meyakinkannya. Tapi sekarang pria itu berubah bahkan dengan pasrah mau tidur di luar, padahal semalam Afiqah hanya menguji Arsena. Dia bahkan menunggu pria itu memohon padanya untuk bisa tidur bersamanya. Pria itu menurut tanpa ada keinginan protes sedikitpun.

"Hiks...hiks..." Afiqah menangis tersedu-sedu. Ia merindukan Arsena-nya yang dulu. Kemana perginya Arsena yang dulu. Apakah pria itu sudah tidak mencintainya lagi? Memikirkan hal itu membuat hati Afiqah sakit. Seperti tertancap belati disana.

****
"Boss muka lu pucat, Belum sarapan toh?" Tegur Rendi melihat Arsena berbeda dari biasanya. Badannya juga terlihat lesu dan kuyu.

"Lagi nggak nafsu makan." Balas Arsena. Disaat kondisi seperti ini ia jadi tidak ingin makan apapun padahal tubuhnya lagi kurang fit dan tugasnya menumpuk apalagi ia juga sudah mengurus kepindahan. Lebih tepatnya bagian pusat memindahkan kekantor polisi di karesidenan Surakarta, ia mendapat rekomendasi. Ia juga bersyukur karena dekat dengan rumah ibu dan ayahnya jadi ia bisa merawat mereka dari dekat.

"Ituloh junior lu, udah naruh sarapan di meja lu pagi-pagi." Kening Arsena berkerut mendengar itu.

"Maksudmu Desy?" Tanya Arsena mengingat gadis yang akhir-akhir ini gencar mendekatinya. Arsena melangkah ke mejanya ternyata benar ada sekotak bekal makanan disana dan sebuah surat. Arsena meremas surat itu lalu membuangnya setelah membacanya. Ternyata yang Afiqah katakan benar, wanita itu akan terus mengejarnya padahal sudah dia abaikan bahkan semalem dia sudah menegur wanita itu. Sepertinya ia harus melakukan sesuatu agar si-Desy ini jera. Mau di taruh dimana kepalanya ini jika mertuanya tahu anaknya menangis gara-gara masalah absurd yang tidak jelas ini. Arsena mendesah kenapa semua wanita itu rumit, mereka itu maunya apa sih!

"Nih buat kamu." Arsena menyerahkan kotak bekal itu pada Rendy.

"Kok buat gue sih yang dikasihkan lu?" Arsena tidak berniat membalas pertanyaan Rendy. Ia lebih fokus ke ponselnya memesan makanan di go-food.

"Tau aja lagi laper." Lanjut Rendy. Kemudian dia menatap bingung Arsena yang memesan makanan.

"Kok pesan makanan, ini udah ada makanan ngk baik nolak rezeki dari perempuan cantik." Goda Rendy.

"Aku nggak nafsu makan masakan perempuan yang bukan istri aku." Kemudian Rendy terbahak mendengar ucapan Arsena yang tidak masuk akal.

"Hahahaha bohong lu, soto buatan Mbah Jum depan kantor aja lu doyan." Balas Rendy hal itu membuat Arsena meringis. Sialan si Rendi! Ya beda kontekslah Mbah Jum sama perempuan-perempuan yang menggodanya. Memang dia tergoda sama mbah-mbah yang umurnya sudah hampir 80 tahun itu.

"Berisik guyumu marai kepalaku mumet."

"Habis muka Lo udah kayak suami yang nggak di kasih jatah istri aja semalam atau jangan-jangan lu tidur di luarnya dari tadi gua liatin lu kayak pegal-pegal gitu." Skak matt ucapan Rendy Menang telak. Ia hanya bisa menatap tajam temannya itu untuk tidak berkata-kata lagi. Rasanya ia sudah hampir gila.

"Nasib lu ngenes banget bro, udah kayak suami yang nggak di urus istri." Lanjut Rendy yang sepertinya dapat membaca tatapan Arsena yang seakan mengiyakan apa yang ia katakan tadi.

Arsena berusaha sabar, ingin rasanya memplaster mulut comel Rendy. Apalagi perutnya yang sudah berbunyi minta untuk di isi makan. Walaupun ia tidak nafsu makan namun sepertinya ia harus makan. Ia tidak ingin memakan makanan Desy. Jadi ia memesan go-food, kalau bisa ia ingin makan di depan Desy. Biar juniornya itu kecewa bekal yang dia buatkan di makan Rendi dan ia malah mesen makanan online dari pada makan buatan perempuan itu.

"Ngelamun aja bos! Lagi mikirin jatah ya." Goda Rendy kembali.

"Berisik! Bisa Diem nggak sih mulutmu!"

****

spam komen next di sini yaaa...

gimana part ini? 


Semoga suka cerita aku :) love you...

Instagram @wgulla_

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- (LENGKAP)Where stories live. Discover now